Canang Sari - Dharmawacana
Topik sebelumnya  Topik selanjutnya
Ida Pandita Nabe Sri Bhagawan Dwija Warsa Nawa Sandhi
 
Tentang: PADMASANA - MEMASANG: AKAH/ PEDAGINGAN, ORTI, PALAKERTI, ULAP-ULAP
Seri sebelumnya Topik utama Seri selanjutnya 
22 Okt 2003

Rekan-rekan sedharma Yth.

Om Swastyastu,

Setiap pelinggih atau bangunan Niyasa, di suatu Pura atau Sanggah Pamerajan harus dilengkapi dengan akah/ pedagingan, orti, palakerti dan ulap-ulap. Jika tidak demikian maka dalam Lontar Sanghyang Aji Swamandala disebutkan sebagai berikut:

..............."muang yen ngewangun kahyangan tan mapedagingan, nista, madya, utama, luwire wewangunane, mearan asta dewa, dudu kahyangan dewa ika, dadi umahing detya kubanda, tan pegat nandang wiadin sang madruwe kahyangan ika sami mangguh kageringan, mekadi mati salah ton, kerangkenganing bhuta pisaca"

Artinya: ..........dan lagi jika membangun tempat suci tidak diisi "pedagingan" baik dalam bentuk sederhana, menengah maupun utama serta kelengkapannya, bangunan itu cacat, bukan stana para Dewa, bahkan ditempati setan, menjadikan yang punya mendapat rintangan, sakit-sakitan, mungkin saja mati mendadak, atau dikuasai setan.

Akah/ pedagingan yang ditanam di dasar bangunan terdiri dari:

Masing-masing satu lembar "pripih" (lembaran kecil ukuran 0,5 x 2 cm): selaka (perak), temaga (tembaga), wesi (besi), mas (emas), kayu cendana, semua "merajah" (ditulisi) aksara "dasa bayu": OM, I, A, KA, SA, MA, RA, LA, WA, YA.

Pudi (permata mirah), bunga harum 7 macam, uang logam 700 keping (boleh memakai uang logam RI yang berlaku sekarang), miniatur alat-alat pertanian dan pertukangan dari besi, penggorengan kecil, kwangen dua buah. Korsi, capung, bathil (sejenis kendi) semua dari emas kecil-kecil.

Semua itu dimasukkan ke dalam kendi tanah, dibungkus kain putih, diikat benang tridatu (merah, putih, hitam). Bersama dengan sejumput caru dan sejumput banten "suci" ditanam di dasar bangunan.

Untuk bangunan niyasa selain Padmasana, akah/ pedagingan itu lebih sederhana, tanpa memakai korsi-capung-bathil emas dan uang logamnya hanya 11 keping. Banten pemendemnya hanya pejati (tegteg daksina peras ajuman) dan sejumput caru.

Akah/ pedagingan yang ditanam di bagian tengah bangunan terdiri dari: lima macam pripih seperti diuraikan di atas, ditambah: pudi dan buah pala dengan daunnya, ditaruh di dalam kendi tanah, dibungkus kain putih dan diikat benang tridatu.

Di puncak bangunan diikatkan janur dari daun lontar yang dinamakan:orti/ bagia, palakerti.

Ulap-ulap adalah selembar kain putih bergambar "acintya" dan "padma angelayang" (bunga teratai berdaun delapan dilengkapi dengan "Dasa Aksara" suci: SANG, BANG, TANG, ANG, ING, NANG, MANG, SING, WANG, YANG dan gambar dari sembilan buah senjata para Dewata Nawa Sangga yaitu:

  • BAJRA dari Iswara,
  • DUPHA dari Mahesora,
  • GADA dari Brahma,
  • KADGA MOKSALA dari Rudra,
  • NAGAPASA dari Mahadewa,
  • DWAJA ANGKUS dari Sangkara,
  • CAKRA dari Wisnu,
  • TRISULA dari Sambu, dan
  • PADMA dari Siwa).

Untuk bangunan niyasa selain Padmasana, ulap-ulapnya tidak memakai gambar Acintya, hanya padma angelayang saja

(bersambung)

Om Santi, Santi, Santi, Om...

 
 
Ida Pandita Nabe Sri Bhagawan Dwija Warsa Nawa Sandhi
Geria Tamansari Lingga Ashrama
Jalan Pantai Lingga, Banyuasri, Singaraja, Bali
Telpon: 0362-22113, 0362-27010. HP. 081-797-1986-4