8 Sep 2003
|
Rekan sedharma Yth.
Om Swastiastu,
Catur Ashrama adalah tahapan kehidupan yang ideal, disusun sesuai dengan pertumbuhan phisik, mental dan intelegensi manusia rata-rata. Namun tidak berarti bahwa proses belajar-mengajar terhenti di masa Grhastha, Vanaprastha dan Bhiksuka.
Mengenai pawiwahan, dalam sejarah juga ditemukan Pendeta yang sudah sanyasin menikah lagi (Danghyang Nirartha) dan di Manawa Dharmasastra Buku III (Tritiyo dhyayah) pasal 28 juga membolehkan seorang Pendeta yang setelah memimpin upacara menerima anak gadis (untuk dikawini) yang dihaturkan oleh sang Yajamana, Pawiwahan ini dinamakan Daiwa Wiwaha.
|
|
Dalam ephos Maha Barata dikisahkan Bhagawan Abyasa diminta oleh Ibunya Dewi Satyawati (didukung oleh Bisma) untuk mengawini janda Wicitrawirya yaitu Dewi Ambika dan Dewi Ambalika demi kelanjutan Hastina Pura karena selama ini kedua janda itu tidak sempat punya anak. Dari perkawinan semalam dengan Dewi Ambika lahirlah Dastarastra (kemudian menurunkan Korawa) dan dari Dewi Ambalika lahirlah Pandu (kemudian menurunkan Pandawa). Selanjutnya dengan seorang dayang Bhagawan Abyasa mempunyai putra bernama Widura. Jadi benar pendapat anda, bahwa unsur "desa-kala-patra" menjadi pertimbangan dalam Catur Ashrama.
Catur Purusharta adalah ambeg parama artha dalam kehidupan sehari-hari, tidak dalam tahapan yang dibatasi waktu.
Om Santi, Santi, Santi, Om.....
|
|