Rekan-rekan sedharma Yth
Om Swastiastu,
Setelah membahas keempat jalan menuju Hyang Widhi yaitu Bhakti Marga, Karma Marga, Jnana Marga dan Yoga Marga, maka kini dilanjutkan dengan etika kehidupan sehari-hari yang harus dilaksanakan oleh seorang Bhakta. Etika ini merupakan rambu-rambu Dharma yang mencegah kita ke dalam kesesatan adharma. Yang pertama adalah:
. Catur purushaarta adalah empat kekuatan atau dasar kehidupan menuju kebahagiaan, yaitu: Dharma, Arta, Kama, dan Moksa. Urut-urutan ini merupakan tahapan-tahapan yang tidak boleh ditukar-balik karena mengandung keyakinan bahwa tiada arta yang diperoleh tanpa melalui dharma; tiada kama diperoleh tanpa melalui arta, dan tiada moksa yang bisa dicapai tanpa melalui dharma, arta, dan kama.
Dharma sebagai dasar utama mempunyai pengertian yang sangat luas. Dharma dapat diartikan sebagai mematuhi semua ajaran-ajaran agama terlihat dari pikiran, perkataan dan perbuatan sehari-hari. Dharma juga dapat diartikan sebagai memenuhi kewajiban sesuai dengan profesi atau pekerjaan dan tanggung jawab masing-masing. Misalnya dalam Manawa Dharmasastra Buku III (Tritiyo dhyayah) diatur tentang kewajiban seorang suami dan kewajiban seorang istri dalam membina rumah tangga, di mana antara lain dinyatakan bahwa seorang suami berkewajiban mencari nafkah bagi kehidupan keluarganya, sedangkan seorang istri berkewajiban mengatur rumah tangga seperti merawat anak, suami, menyiapkan upacara, dll. Dalam kaitan implementasi profesi dan tanggung jawab (responsibility), sering digunakan istilah "swadharma", sehingga swadharma setiap manusia berbeda-beda menurut tugas pokoknya. Misalnya swadharma seorang dokter adalah merawat pasien sebaik-baiknya agar sembuh, swadharma seorang cleaning service adalah menjaga kebersihan dan kerapian ruangan, dll. Jadi melaksanakan dharma itulah yang utama.
Setelah melaksanakan dharma dengan baik maka Hyang Widhi akan melimpahkan berkatnya berupa Arta. Arta adalah sesuatu yang bernilai materiil yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara phisik. Arta dapat diperoleh secara langsung maupun tidak langsung. Arta yang diperoleh secara langsung misalnya seseorang yang swadharmanya sebagai petani pemelihara lembu maka ia akan menikmati susu lembu itu. Arta yang diperoleh secara tidak langsung misalnya seorang Ayah yang tekun mendidik anaknya sejak kecil dengan baik sehingga dikemudian hari anaknya menjadi tokoh yang kaya dan terhormat, maka anaknya dapat merawat kehidupan ayahnya di masa tua dengan baik dan berkecukupan.
Arta yang cukup dapat digunakan untuk memenuhi Kama. Kama artinya kebutuhan hidup berupa pangan, sandang, perumahan, sosial, spiritual, kesehatan, dan pendidikan. Makin banyak arta yang diperoleh maka manusia makin leluasa memenuhi kama.
Apabila dharma, arta dan kama sudah dicukupi dengan baik maka tercapailah kehidupan yang bahagia lahir dan bathin yang lazim disebut sebagai "Moksartham Jagadhitaya caiti dharmah" Pakar psycholog barat seperti Sperman dan Reven (1939) menamakan kehidupan seperti itu "Living Healthy" di mana unsur-unsur: Spiritual, Emotional, Intelectual, Phisical dan Social, dipelihara dan terpenuhi dengan baik.
Bagaimanakah jika urut-urutan Catur Purushaarta itu ditukar balik, misalnya mendahulukan arta dari dharma? Dalam keadaan ini manusia akan menempuh segala cara untuk memperoleh arta, artinya tidak lagi berdasarkan ajaran agama. Misalnya memperoleh arta dengan cara mencuri, menipu, merampok, korupsi, dll. Arta yang diperoleh dengan cara ini (adharma) tidak akan kekal dan akan menyengsarakan hidup di kemudian hari. Kesengsaraan itu bermacam-macam berbentuk "skala" dan "niskala" Yang berbentuk skala misalnya seorang perampok yang tertangkap akhirnya masuk penjara. Kesengsaraan niskala, misalnya seorang koruptor karena kepandaiannya berkomplot dan berkuasa, mungkin saja ia terhindar dari hukuman duniawi, tetapi kelak roh-nya akan mengalami penderitaan karena menerima hukuman Tuhan (Hyang Widhi), atau paling tidak bathinnya tidak tenang, karena merasa berdosa...
bersambung
Om Santi, Santi, Santi, Om....
|