Canang Sari - Dharmawacana
Topik sebelumnya  Topik selanjutnya
Ida Pandita Nabe Sri Bhagawan Dwija Warsa Nawa Sandhi
 
Tentang: SESANGI
 
19 Agustus 2003

Rekan Yth.

Om Swastiastu,

Seperti yang saya jelaskan pada kesempatan yang lalu, sesangi juga disebut "bebeligan" artinya tergelincir, maksudnya keliru. Disebut juga "saud atur" artinya salah ucapan, maksudnya juga keliru. Keliru yang bagaimana? Keliru dalam menjalin hubungan kasih sayang kepada Hyang Widhi. Kasih sayang kepada Hyang Widhi disebut BHAKTI. Cara kita ber-bhakti yang benar adalah dengan meresapi dan menjalani kehidupan sesuai dengan aturan-Nya. Perhatikanlah Mantram Gayatri, Puja Trisandya, Kramaning sembah. Tidak ada satu kata pun yang berbentuk sesangi. Inti segala doa adalah semoga Hyang Widhi yang Maha Kuasa memberikan petunjuk kepada kita di jalan Dharma, serta mohon pengampunan atas pelanggaran-pelanggaran Trikaya parisudha. Dengan mesesangi, secara tidak sadar anda mengungkung atman kepada kondisi keterikatan. Di sinilah letak kekeliruannya. Mestinya segala aktivitas didorong atau dimotivasi oleh niat melaksanakan Dharma sebaik-baiknya, tanpa memikirkan atau menghayalkan hasilnya.

Ingat catur purusha artha: DHARMA, ARTHA, KAMA, MOKSA. Dharma hendaknya dilaksanakan terlebih dahulu, karena dengan Dharma Hyang Widhi akan melimpahkan karunia-Nya berupa Artha, kemudian dengan Artha manusia bisa memenuhi Kama (kebutuhan hidup: sandang, pangan, papan, dll). Ketiga unsur itu yang dapat mengantarkan manusia ke alam Moksa. Jadi singkatnya, dengan mesesangi anda terperosok dalam motivasi: RESULT ORIENTED, bukan PROCESS ORIENTED. Untuk lebih mendalami hal ini baca serial saya: Satyam, Siwam, Sundaram, yang kini sudah sampai mengulas tentang Moksa (lanjutan ke-10).

Om Santi, Santi, Santi, Om....

 
 
Ida Pandita Nabe Sri Bhagawan Dwija Warsa Nawa Sandhi
Geria Tamansari Lingga Ashrama
Jalan Pantai Lingga, Banyuasri, Singaraja, Bali
Telpon: 0362-22113, 0362-27010. HP. 081-797-1986-4