BABAD BALI

KESAN SUMBANG

Pernah suatu ketika nenek moyang kita berpikir bahwa bumi ini datar seperti meja. Adalah realitas yang membuat kita kini berpikir lain. Realitas yang sekarang lebih masuk akal, kata kita. Tetapi tidak mudah bagi nenek moyang kita pada masa itu memahami realitas kita sekarang. Demikian pula bagi kita untuk memahami pendapat keturunan kita kelak. Pemikiran pun terus ber-evolusi.

Babad sering dituding sebagai pencipta kotak- kotak dalam masyarakat. Adanya soroh, gotra, trah, dalam masyarakat dikukuhkan dengan berbagai macam babad. Demikian realitanya jika trah masih dianggap sebagai kotak yang berbentuk dan berbatas.

Babad juga dapat menjadi wahana untuk mencapai legitimasi kelompok tertentu, dengan manipulasi silsilah atau sejarah guna meninggikan satu pihak dan menjatuhkan pihak lain. Itulah realita jika tinggi dan rendahnya sosok dapat dinilai dari trah leluhurnya, tanpa berusaha membuat dirinya sendiri berarti.

Babad sering memuat betapa sakti mandragunanya leluhur, dibantu dengan pusaka dan simbol- simbol kejayaannya. Penggambarannya memang kadang- kadang dinilai berlebihan. Realitas saat itu mungkin bahwa kekuatan dan kelebihan fisik maupun metafisik dapat menentukan martabat.

Pada masa lalu, di mana suara tidak bergaung lebih jauh dari batas kampung, nada sumbang itu mungkin jarang terdengar. Sekarang, paduan suara itu pasti terdengar sumbang. Apa lagi dengan kelir jagad maya kita ini. Dahulu, babad hanya beredar tidak jauh dari lingkaran keturunan beliau. Kini, penerbitan di atas kertas dengan mudah mencetak ribuan copy dan diterbitkan, tidak terbayangkan dari para penulis lontar babad sebelum kita.

Sebetulnya inilah saatnya kita memadukan suara itu. Menjabarkan semua dan menganalisa dengan kepala dingin apa yang tersurat dan apa yang tersirat. Mendiskusikan berdasarkan bukti, referensi, peninggalan, acuan silang (cross reference) dan apapun yang dapat kita pakai untuk "memurnikan" itu. Kalau kotak sudah tidak lagi bermakna, kekuatan fisik tidak lagi perlu diperhitungkan, harga diri adalah dari pencapaian dan karma kita, untuk apa kita jengah? Dunia internet sekarang tergelar, cakrawala baru bagi kita adalah juga bagi babad. Masing- masing kita akan membuka babad baru bagi keturunan kita. Babad yang rasional bagi era kini dan selalu di-kini-kan.

Bukankah demikian?