BABAD BALI

NILAI RELIGIUS

Berikut dharma-wacana Ida Bhagawan:

Jangan sampai terputus dengan garis kawitan. Memuja kawitan itu perlu karena meliputi tiga dari Pancasrada yaitu : Widhi Tattwa, Atma Tattwa, dan Punarbhawa.

Sama seperti kita sekarang, bagaimana sakit hati kita jika anak kandung kita tidak mengakui kita sebagai ayahnya ? Atau tidak tahu bahwa kitalah ayahnya ? Kawitan berasal dari kata Wit artinya asal-usul. Bhisama leluhur yang dimuat di Prasasti antara lain berbunyi sbb.: (terjemahan)

.....tulah hukumnya bagi orang-orang yang tidak tahu kawitan; bagi mereka yang demikian itu akan tertimpa kesusahan seperti:

  • sabe asanak (berkelahi antar keluarga),
  • tanpegat agering (sakit terus menerus tanpa sebab yang jelas),
  • katemah dening bhuta kala dengen (diganggu pikirannya, tidak pernah tenang),
  • surud kawibawaan (tidak punya wibawa/ kharisma),
  • surud kawisesan (bodoh, malas dan kata- katanya tidak berarti),
  • kelangenan tan genah (hidup boros sehingga menjadi miskin),
  • sedina anangun yuda neng pomahan (tidak pernah rukun dengan anak- istri),
  • rame ing gawe kirang pangan (banyak kerjaan tetapi hasilnya kurang/ tidak memadai)

 

Tetapi berbakti kepada Kawitan, tidak berarti lalu membangkitkan fanatisme soroh.

Om Santi, santi, santi, Om

Ida Pandita Nabe Sri Bhagawan Dwija Warsa Nawa Sandhi,
Geria Tamansari Lingga Ashrama,
Jalan Pantai Lingga, Banyuasri, Singaraja-Bali.
Telpon : 0362-22113, 27010.
HP. 0817-971-986-4