YADNYA
 
MENURUT CARA MENJALANKANNYA (PANCA MARGA YADNYA)

Panca Marga Yadnya adalah merupakan dasar yang menunjang pelaksanaan Panca Yadnya.

  1. Drewya Yadnya.
    Adalah suatu korban suci secara ikhlas dengan menggunakan barang- barang yang dimiliki kepada orang lain pada waktu, tempat, dan alamat yang tepat, demi kepentingan dan kesejahteraan bersama, masyarakat, Negara dan Bangsa.
    Pada umumnya Drewya Yadnya ini ditujukan kepada:
    1. Orang sakit.
    2. Orang yang menuntut ilmu.
    3. Anak- anak yatim- piatu.
    4. Para tamu.
    5. Para Pendeta.
    6. Keluarga yang menderita karena ditinggal tugas.

  2. Tapa Yadnya.
    Yaitu suatu korban suci dengan jalan bertapa, sebagai jalan peneguhan iman di dalam menghadapi segala jenis godaan agar memiliki ketahanan di dalam perjuangan hidup serta menyukseskan suatu cita- cita luhur.
    Suatu kegiatan Tapa jika dilatarbelakangi oleh keinginan untuk menghindarkan diri dari berbagai kewajiban dalam kehidupan ini, tidak dapat kita katakan sebagai Tapa Yadnya. Tapa Yadnya justru dilaksanakan demi menegakkan dharma, sehingga kekuatannya akan menelurkan adanya ketenangan, ketentraman, serta kebahagiaan, baik bagi pelakunya maupun bagi masyarakat banyak. Tapa Yadnya termasuk Yadnya yang sangat berat, akan tetapi sangat mulia dan tinggi nilainya dari sudut spiritual.
    Apabila diyakini pelaksanaannya maka akan dicapai apa yang disebut "SATYAM EVA JAYATE" yang berarti hanya kebenaran yang menang pada akhirnya.


  3. Swadyaya Yadnya.
    Adalah suatu korban suci yang menggunakan sarana "diri sendiri" sebagai kurbannya (Sadhana), yang dilaksanakan dengan tulus ikhlas karena terdorong oleh perasaan kasih sayang yang sangat mendalam, umpamanya berupa berbagai jenis organ tubuh, seperti daging, darah, tenaga, pikiran, mata, jantung, dan sebagainya.

    Swadyaya Yadnya dilaksanakan benar- benar demi:
    1. Rasa cinta kasih yang sejati.
    2. Rasa tanggung jawab yang sangat besar.
    3. Panggilan rasa kemanusiaan.
    4. Rasa bakti karena panggilan jiwa.

    Demikian besar pengorbanan yang dituntut bagi pelaksanaan Swadyaya Yadnya sehingga menjadikan pelakunya sebagai manusia yang luar biasa. Para anggota ABRI yang berjuang demi membela Bangsa dan Negara, para penerima hadiah Nobel untuk perdamaian dan kemanusiaan dapat digolongkan sebagai pelaksana- pelaksana dari Swadyaya Yadnya.

  4. Yoga Yadnya.
    Adalah suatu korban suci dengan cara menghubungkan diri (menyatukan cipta, rasa, dan karsa) ke hadapan Sang Hyang Widhi Wasa yang sifatnya sangat mendalam, sehingga si pelaksana (Yogin) tersebut benar- benar merasakan bersatu serta manunggal dengan- Nya, mencapai alam kesucian atau Moksa. Tetapi tidaklah semudah sebagaimana yang telah diajarkan serta diuraikan di dalam berbagai Sastra Yoga yang ada, melainkan ada beberapa bekal minimal di dalam rangka melaksanakan Yoga Yadnya, seperti umpamanya:

    1. Ilmu pengetahuan tentang berbagai selukbeluk Yoga (sastra- sastra Yoga mulai dari Yoga Asanas, Hatta Yoga, Kundalini Yoga, Raja Yoga, dan sebagainya).
    2. Adanya kesanggupan dan kemampuan serta keberanian di dalam melaksanakan Yoga Yadnya itu. Keyakinan, kesanggupan, serta kemampuan melaksanakan "Tri Kaya Parisudha" yaitu berpikir, berbicara, serta berbuat suci dan benar.
    3. Suci lahir dan batin serta mengenal berbagai ilmu mengenai jalan menuju Moksa. Mengerti serta mengetahui bagaimana caranya untuk mencapai Moksa.
    4. Meyakini ajaran Panca Sradha.

  5. Jnana Yadnya.
    Jnana Yadnya berarti korban suci yang menyeluruh, yang berintikan dasar pengetahuan dan kesucian.
    Para Maha Resi terdahulu telah sanggup melaksanakan korban suci Jnana Yadnya ini, karena kesanggupan dan kemampuan beliau mengolah pikiran dengan ilmu pengetahuan kesuciannya itu sehingga mampu untuk menerima wahyu dari Sang Hyang Widhi Wasa, yang dipergunakan oleh umat manusia sebagai pedoman dalam mengatur kehidupan material dan spiritual dalam usaha mencapai kebahagiaan di dunia (jagadhita) dan kedamaian abadi di akhirat (Moksa). Di antara para Maha Resi Hindu yang telah berhasil di dalam melaksanakan Jnana Yadnya ini antara lain:

    1. Bhagawan Abhyasa, sebagai Maha Resi penerima wahyu yang telah mengkodifikasikan CATUR WEDA (Catur Weda Sruti).
    2. Bhagawan Wararuci, sebagai Maha Resi yang telah menyusun sari pati dari Astha Dasa Parwa (Mahabarata) diwujudkan dalam kitab Sarasamuçcaya.
    3. Sang Krishna, Sang Rama Dewa.


    Kesemuanya adalah pelaksana Jnana Yadnya yang telah mencapai kedudukan tertinggi di antara umat manusia pada jamannya maupun pada jaman- jaman berikutnya sampai sekarang.