|
Pedoman Dasar Membangun Padmasana |
-
Pendahuluan:
Dalam kenyataan sekarang banyak sekali terdapat variasi
bangunan Padmasana baik mengenai bentuk, tata letak,
maupun hiasan yang digunakan. Atas dasar tersebut diadakanlah
seminar dengan salah satu topik yang berjudul Standarisasi
bentuk Padmasana, dengan tujuan mendapat kesatuan pendapat
bentuk bangunan Padmasana yang bisa digunakan sebagai
pedoman dasar dalam pembangunan Padmasana.
Pada sidang komisi disepakati untuk menyesuaikan judul
lama dengan judul baru : Pedoman dasar pembangunan Padmasana,
untuk memberikan sifat keluwesan dengan tidak mengurangi
nilai tattwanya. Bahan dasar sebagai sumber penulisan
adalah : Prasaran, pembahasan, urun pendapat dan para
peserta baik dalam sidang- sidang pleno maupun sidang-
sidang komisi.
- Pengertian.
-
Tattwa.
Tattwa Padmasana bersumber pada kitab- kitab Weda
(Sruti dan Smrti) serta kitab- kitab yang memuat
ajaran Siwa Sidanta, secara khusus dimuat dalam
Lontar Anda bhuwana, Padma bhuwana, dan Adi Parwa.
Pada prinsipnya Padmasana adalah pengejawantahan
bhuwana agung (alam raya) sebagai stana Ida Sanghyang
Widhi. Bhuwana Agung disimbulkan dengan Bedawang
Nala (Kurma Agni) yang dililit oleh Naga yang menyangga
lingga. Adi Parwa menceritakan pencarian Amerta
dengan memutarkan Mandara Giri/ Gunung Mandara di
dalam Ksirarnawa (lautan susu). Dalam pemutaran
Mandara Gin tersebut Naga Anantabhoga mencabut gunung
Mandara, Bedawang Nala menyangganya, Naga Basuki
melilit, dan para Dewa dan raksasa memutarnya. Akhirnya
Wisnu yang mengendarai Garuda menguasai Amerta tersebut.
- Fungsi.
Umat Hindu dalam usaha mendekatkan diri dan memuja
Hyang Widhi menjadikan Padmasana sebagai sarana menstanakan
Hyang Widhi.
- Bentuk.
Secara umum bentuk bangunan Padmasana dibagi atas tiga
bagian:
- Tepas (dasar).
- Batur (badan).
- Sari (puncak).
Uraiannya adalah sebagai berikut
- Tepas (dasar)
Dasar Padmasana didukung oleh Bedawang Nala yang dibelit
oleh Naga. Mengenai masalah Naga bisa berjumlah satu
sebagai simbul Hyang Wasuki dan dapat pula dua sebagai
simbul Hyang Wasuki dan Anantabhoga.
- Batur (badan).
Pada badan Padmasana terdapat pepalihan (tingkat yang
berjumlah gasal 5, 7, dan 9) dan hiasan Garuda serta
angsa di atasnya juga terdapat arca Astadikpalaka
yang letaknya sesuai dengan pengider- ider.
- Sari(puncak).
Puncak Padmasana berbentuk Singasana yang terdiri
dan ulon, tabing dan badan dara. Pada ulon dapat diisi
pahatan berwujud Hyang Acintya. Bagian atas dari tabing
sebaiknya tidak ada bentuk- bentuk hiasan karena sudah
menggambarkan alam swah.
- Tata letak.
- Prinsip dasar letak padmasana sebagai bangunan
pemujaan Ida Sanghyang Widhi Wasa mengambil tempat
pada daerah yang paling utama.
- Faktor- faktor penentuan daerah utama.
- Arah atas, sesuai dengan nilai- nilai tri loka.
- Arah Timur, sesuai dengan arah perputaran bumi/
terbitnya matahari.
- Arah Kaja sesuai dengan letak gunung/ pegunungan.
- Pilihan tata letak.
- Secara mendatar.
- Timur.
- Kaja.
- Kaja Kangin.
- Secara vertikal: atas.
- Upacara/ upakara.
- Nasarin (peletakan batu pertama.
- Ngeruwak sesuai dengan keputusan Pesamuhan
Agung Tahun 1987.
- Penggalian". lubang untuk dasar.
- Penyucian lubang bisa sampai tingkatan mebumi
sudha.
- Persembahyangan dengan puja pengantar Ananta
Boga stawa dan Pertiwi stawa. Bunga atau kawangen
yang telah dipakai diletakkan pada lubang sebagian
dasar.
- Peletakan dasar dengan materi sesuai dengan
keputusan Pesamuhan Agung tahun 1988.
- Melaspas.
Upakara- upakara berupa pedagingan, orti, dan sesaji
sesuai dengan lontar Dewa Tattwa, wariga, Catur Winasa
Sari dan Kesuma Dewa.
|