Bhasma terbuat dari serbuk cendana yang
sangat halus. Serbuk ini diperoleh dengan menggosok-gosokkan
kayu cendana yang dibubuhi air di permukaan sebuah periuk
atau dulang dari tanah liat. Hasil gosokan (asaban)
itu kemudian diendapkan. Inilah bahan bhasma.
Kata bhasma sendiri secara harfiah
berarti abu atau serbuk. Kata "bhas"
dalam kata bhasma tidak sama dengan kata baas
dalam bahasa Bali yang berarti beras. Karena kata Bhasma
adalah kata dalam bahasa Sansekerta. Pemakaiannyapun berbeda.
Kalau wija umumnya dipakai oleh orang yang masih
berstatus walaka, sedangkan bhasma hanya dipakai
oleh Sulinggih yang berstatus sebagai anak lingsir.
Kata wija berdekatan artinya dengan kata Walaka
dan Kumara yang berarti biji benih atau putera.
Bhasma dalam hal ini adalah lambang Sunya
atau Siwa. Dengan pemakaian bhasma itu Sulinggih bersangkutan
menjadikan dirinya Siwa (Siwa Bhasma), disamping
sebagai sarana untuk menyucikan dirinya (Bhasma sesa).
|