Potret komunalisme Hindu dan politik Hindu
yang berfokus sempit haruslah diseimbangkan dengan menunjuk
ambivalensi mendalam dari Hindu dewasa ini. Sejajar dengan
semangat nasionalistik yang sangat intens yang ditunjukkan
oleh orang-orang Hindu, sebagaimana dikemukakan (dalam halaman)
sebelumnya, adalah penolakan terhadap konsep "Barat"
dari negara-bangsa dalam tulisan
dari juru bicara Hindu modern seperti Rabindranath Tagore,
Aurobindo Ghose, dan Sarvepalli Radhakrishnan.
Sejalan dengan peneguhan kembali varnasramadharma
sebagai dasar bagi India adalah juga pernyataan dari para
wakil orthodoksi dan politik Hindu yang menganjurkan masyarakat
tanpa kelas dan kasta. Pengecaman secara besar-besaran terhadap
modernisasi dan sekularisasi oleh beberapa orang diimbangi
oleh anjuran bagi terbentuknya India modern yang kuat secara
militer dan industri oleh yang lain.
Sementara sejak lama memang telah ada perlawanan
Hindu terhadap segala perobahan yang diperkenalkan dalam
masyarakat dan undang-undang, harus juga ditunjukkan bahwa
hampir semua gerakan progresif telah dimulai oleh orang-orang
Hindu. Paralel dengan, dan bertentangan keras terhadap,
kecendrungan untuk kedaerahan dan sektarian dari agama Hindu,
adalah gerakan berlawanan untuk menguniversalkan dan menspritualkan
agama Hindu dan menganggapnya sebagai rumah dari semua religiusitas
yang murni.
Agama Hindu telah menghasilkan dalam zaman
modern ini tidak saja hanya seorang Dayananda dan Tilak
tapi juga seorang Gandhi dan seorang Sarvepalli Radhakrishnan,
seorang Aurobindo Ghose dan seorang Krishnamurti, warga
dunia yang sesungguhnya dan nabi-nabi dari sebuah agama
universal. Apa yang kita
lihat sedang terjadi atas agama Hindu dewasa ini adalah
pembentukan satu agama baru dunia yang sebenarnya.
Agama Hindu, tentu saja, telah menjadi
sebuah agama dunia berdasarkan jumlah pemeluknya yang besar.
Tapi ikatannya yang kuat kepada geografi India dan struktur
sosial dari kasta telah menghalanginya untuk menjangkau
dunia secara luas. Juga, perbedaan-perbedaan internalnya,
kekurang pastian akan
apa yang dianggap esesial, sejarah sektarianismenya telah
menjadi penghalang bagi kedudukannya sebagai sebuah agama
universal yang sesungguhnya.
Semua ini sudah berubah. Dalam abad kita,
agama Hindu telah menghasilkan para pendukung terkemuka
yang mengesampingkan sektarianisme, menekankan atau mengutamakan
dasar-dasar bersama bagi seluruh cabangnya, dan memodernisasi
dan merevitalisasi agama Hindu. Agama Hindu telah membuktikan
dirinya jauh lebih terbuka dari agama-agama yang lain terhadap
ide-ide atau pemikiran baru, pemikiran ilmiah, dan juga
ekperimen sosial.
Banyak kepercayaan, yang merupakan dasar
bagi agama Hindu dan semula asing bagi Barat, seperti reinkarnasi,
polydevataisme, meditasi, lembaga/hubungan guru (guruship)
telah diterima secara luas di seluruh dunia. Juga kesamaran
tradisonal dari agama Hindu berkaitan dengan batas-batas
doktrinnya telah
menjadi suatu aspek universal yang menarik dari agama di
seluruh dunia. Tradisi yoganya yang hidup dan metoda interiorisasi
(pencarian ke dalam jiwa/batin) telah memberikan agama Hindu
nilai lebih (edge) atas agama-agama tradisional yang lain,
yang lebih menekankan otoritas mutlak atas kebenaran
resmi dari sebuah kitab suci.
Agama Hindu sedang mulai mengorganisasikan
dirinya sendiri, dia sedang mengartikulasikan esensi atau
ajaran-ajaran utamanya (tattva), memodernisasikan dirinya,
dan dia didukung oleh pemeluk yang sangat besar dengan keyakinan
yang kuat. Tidak mengherankan untuk menemukan agama Hindu
akan menjadi agama yang dominan untuk abad duapuluhsatu.
Ia akan menjadi agama yang secara doktrinal tidak sedogmatik
Kristen, secara politik tidak sekeras Islam dan secara etik
tidak seheroik Buddha; tapi ia akan
menawarkan segalanya untuk setiap orang, ia akan memberikan
kebahagiaan dengan kekayaan dan kedalamannya, dia akan menjangkau
orang-orang pada sebuah level yang sejak lama belum disentuh
oleh agama atau ideologi lain yang masih ada. Ia akan tampak
idealistik bagi mereka yang mencari idealisme, pragmatik
bagi mereka yang pragmatis, spiritual bagi para pencari,
sensual bagi generasi kini dan disini. Agama Hindu, beruntung
karena kepercayaannya pada intuisi dan tidak terlalu menekankan
ideologi,
kelihatannya jauh lebih dapat diterima daripada agama-agama
yang doktrin dan dogmanya telah dibekukan lebih dari seribu
tahun yang lalu atau yang struktur sosialnya tetap dikendalikan
oleh perilaku dan adat suku (tribal mores).
Agama Hindu akan menyebar luas tidaklah
melalui para guru dan swami, yang akan menarik sejumlah
orang untuk mencari satu komitmen baru dan gaya hidup yang
mirip pertapaan, tapi agama Hindu akan berkembang terutama
melalui karya-karya para intelektual dan penulis, yang telah
menemukan beberapa dari cita-cita (ideal-ideal) Hindu yang
meyakinkan dan yang mengindentifikasi cita-cita itu dengan
keyakinan pribadi mereka. Sejumlah cukup besar dari ahli
fisika dan biologi terkemuka telah menemukan paralel antara
ilmu pengetahuan modern dengan ideal-ideal atau cita-cita
Hindu. Sejumlah yang
terus meningkat dari ilmuwan yang kreatif akan datang dari
latar belakang Hindu dan akan secara sadar dan tidak sadar
menggabungkan cita-cita ilmiah mereka dan cita-cita agamanya.
Semua dari kita mungkin telah sedikit banyak menjadi lebih
Hindu dari yang kita duga.
(Klaus K. Klostermaier : "A Survey
Of Hinduism" State University of New York Press, 1989).
(Klaus
K. Klostermaier : "A Survey Of Hinduism" State University
of New York Press, 1989).