Kepada Bapak I WAYAN PATERA,
ijinkalah kami mengucapkan terimakasih. Tulisan tetang Pura Samuantiga
ini kami kutip dari buku karya bapak seperti tersebut diatas.
Lokasi pura Samuantiga sangat mudah dicapai dari segala penjuru
baik dari kota Denpasar sebagai ibu kota Propinsi maupun dari
kota-kota lainnya sebab jalan aspal yang menghubungkannya melintas
di depan pura. Pura ini terletak di bagian timur laut Desa Bedulu,
Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, kurang lebih 400 meter
sebelah timur Pura Goa Gajah yang sekarang menjadi salah satu
tempat tujuan wisata utama di Bali. Jarak lokasi Pura Samuantiga
dari Denpasar kira-kira 25 km, dan dari kota Gianyar atau Ubud
tidak lebih dari 5 km.
Lingkungan di sekitar pura masih memperlihatkan
suasana yang alami di depan pura berdiri bangunan Mandala Wisata
yang didirikan oleh Pemerintah dengan ide awal sebagai sarana
untuk menunjang dan mendorong aktifitas budaya Bali seperti pameran
dan pertunjukkan hasil kesenian Bali. Bangunannya ditata dan dibangun
sesuai dengan aturan arsitektur tradisional Bali dimaksudkan untuk
dapat mendukung keserasian dan kemegahan Pura Samuantiga, namun
sangat disayangkan karena tidak berfungsinya sebagian besar bangunannya
karena telah mengalami kerusakan. Di sebelah barat pura terdapat
lapangan yang dulunya berfungsi sebagai kolam kuna, terbukti dengan
ditemukannya balok- balok batu yang tersusun rapi sepanjang tepinya
sampai ke pekarangan rumah penduduk. Sedangkan di sebelah timur
pura mengalir sungai kecil atau tukad oleh masyarakat setempat
disebut tukad Jurang merupakan campuhan atau gabungan dari air
tukad Pande dan tukad Tegending. Di sekitar pura tumbuh pohon-pehon
besar seperti beringin, pole, kayu curiga bagaikan payung peneduh
mengelilingi pura dan menambah keangkerannya.
Seperti telah disinggung di depan, pura yaitu tempat dan bangunan
suci yang merupakan suatu Nyasa atau simbol sehingga bentuk dan
strukturnya didasarkan atas konsepsi filosofis tertentu sebagai
landasannya. Pada umumnya lanndasan filosofisnya berdasarkan pada
kosmologi Hindu yang memandang, bahwa dunia ini terdiri dari susunan
yang berlapis-lapis disebut loka dan tala. Sebagaimana replikasi
dari makrokosmos pura dibagi menjadi beberapa halaman sebagai
simbolik dari loka dan tala tersebut. Misalnya pura dengan dua
halaman jaba dan jeroan sebagai simbol alam bawah dan alam atas
dengan tiga halaman simbol tri loka yaitu bhur, bwah, dan swah
loka dan begitu seterusnya. Di masing-masing halaman / mandala
biasanya dilengkapi dengan bangunan seperti pelinggih, bangungan
pelengkap dan penunjang. Pemisah masing-masing halaman ditandai
dengan adanya bangunan tembok pembatas atau tembok penyengker
dan kori agung serta candi bentar sebagai penghubungnya.
Di samping pembagian halaman secara horisontal
dalam penempatan halaman sering diupayakan adanya perbedaan ketinggian
tempat. Dalam keyakinan umat Hindu makin tinggi suatu tempat,
memiliki tingkat kesucian yang makin suci. Maka tata letak masing-masing
halaman yang dibatasi dengan tembok penyengker memperlihatkan
perbedaan ketinggian.
Demikian pula halnya dengan struktur Pura Samuantiga
yang menghadap ke selatan terdiri dari tujuh halaman / mandala
tersusun dan jaba ke jeroan yang semakin meninggi yaitu :
- Mandala Jaba
- Mandala Penataran Agung
- Mandala Duur Delod
- Mandala Beten Kangin
- Mandala Batan Manggis
- Mandala Samenggen
- Mandala Jeroan
Untuk lebih jelasnya lihat denah
terlampir. Di masing-masing mandala terdapat bangunan-bangunan
kecuali di jaba hanya ada bangunan pemedek. Adapun bangunan di
setiap mandala seperti terurai terlampir. Pura Samuantiga dengan
strukturnya itu terkait erat dengan keberadaan pura-pura lainnya
yang berada di sekeliling Pura Samuantiga sebagai pura Lawa/ Dikpala
Pura- pura tersebut antara lain
- Pura Bukit terletak di sebelah Timur
- Pura Celanggu terletak di sebelah Selatan
- Pura Batan Jeruk/ Margibuung di sebelah Barat
- Pura Santrian di sebelah Utara
- Pura Pasar Agung dan Melanting di sebelah Timur
- Pura Dalem Puri di sebelah Timur
- Pura Geduh di sebelah Timur
- Tegal Penangsaran di sebelah Timur
|