|
Wayang Babad adalah wayang kulit
kreasi baru Bali yang paling muda dan oleh sebab itu masih
mencari-cari identitas diri. Walaupun struktur pertunjukan
bentuk-bentuk wayangnya dan dialognya masih tetap mengacu
kepada pola wayang tradisional
Bali, kecuali figur- figur bondresnya, lakon yang
dibawakan adalah cerita sejarah Bali atau Babad,
sumber lakon dari dramatari Topeng
Bali.
Wayang ini pertama kali diciptakan dan
dipentaskan pada tahun 1988 oleh I
Gusti Ngurah Serama Semadi sebagai tugas akhir dalam
menyelesaikan program Seniman pada jurusan Pedalangan STSI
Denpasar. Konon penciptaan Wayang Babad ini mendapat
inspirasi dari pagelaran Wayang Topeng oleh dalang
I Made Sidja
dari desa Bona. Tahun 1995 I
Ketut Agus Supartha, mementaskan wayang sejenis dengan
penafsiran, penataan dan pengembangan pementasan yang lebih
kaya. Sementara lakon yang dibawakan masih bersumber pada
cerita Babad, dalang Ketut
Partha tampil dengan gamelan Semar
Pagulingan yang berlaras pelog. Pada tahun 1966, Ketut
Ciptadi juga menampilkan Wayang Babad sebagai
tugas akhirnya dalam menyelesaikan program Sarjana (S1)
pada jurusan Pedalangan di STSI Denpasar. Jumlah pemain
Wayang Babad hampir sama dengan wayang Tantri, 17
(tujuhbelas) orang, yaitu:
- 1 orang dalang
- 2 orang pembantu dalang
- 14 (empat belas) orang penabuh gamelan Semar Pagulingan
yang sudah dimodifikasikan untuk pementasan wayang kulit,
tanpa trompong dan pengurangan instrumen lain.
Munculnya Wayang Babad, di samping
memperkaya dan menyemarakkan seni perwayangan Bali, juga
membawa inovasi penting terutama dalam lakon. Dengan Wayang
Babad masyarakat Bali dapat menyaksikan kisah perjalanan
para leluhur melalui pertunjukan wayang.
|