|
|
|
|
|
|
|
Bagian 4 dari 5 |
|
|
|
Dikisahkan
sekarang Ida Bang Panataran, putra Ida Wang
Bang Tulus Dewa, bertempat tinggal di Bukcabe
Besakih bersama adik sepupunya yang bernama
Ida Bang Kajakauh atau Ida Bang Wayabiya.
Diceriterakan Ida Bang Panataran, mempunyai
seorang putri bernama Ida Ayu Punyawati, cantik
tanpa tanding seperti bidadari layaknya, bahkan
seperti Sanghyang Cita Rasmin yang menjelma.
Banyak para penguasa dan pejabat yang melamar,
namun tidak diberi.
Karena sudah terkenal di seluruh pelosok negeri
tentang kerupawanan beliau Ida Ayu Punyawati,
maka hal ini didengar juga oleh Kyai Anglurah
Agung Pinatih Rsi di Puri Kerthalangu, Badung.
Kemudian Kyai Anglurah Agung Pinatih Rsi mengirim
utusan untuk melamar Ida Ayu Punyawati.
Yang ditugaskan untuk melamar Ida Ayu Punyawati,
adalah adik disertai para kemenakan beliau yang
bernama I Gusti Gde Tembuku, I Gusti Putu Pahang,
I Gusti Jumpahi. Itulah keponakan yang diutus,
bagaikan Baladewa Kresna dan Arjuna, demikian
kalau diperumpamakan, diiringi oleh bala rakyat
yang jumlahnya cukup banyak mengiringkan.
Tidak diceriterakan di tengah jalan, akhirnya
sampailah di Geria Ida Bang Sidemen Penataran
kemudian melakukan pembicaraan. Prihal lamaran
itu diajukan seperti ini :
?Inggih Ratu Sang Bang, kami datang kemari hanyalah
utusan dari Ki Arya Bang Pinatih, yang beristana
di Kerthalangu kawasan Badung, yang merupakan
paman kami, yang bermaksud untuk melamar puteri
palungguh I Ratu akan dijadikan permaisuri?.
Kaget Ida Bang Panataran, seperti gugup tak
bisa berkata-kata, kemudian menjawab:
?Saya sama sekali tidak mengerti dengan maksud
Ki Arya Pinatih, karena tidak boleh sang Arya
melamar sang Brahmana” Demikian ucap Ida
Bang Sidemen Panataran.
Menjawab sang utusan I Gusti Gde Tembuku serta
Gusti Putu Pahang :
?Ah bagimana rupanya ratu Bang Sidemen, mungkin
tiada ingat dengan nasehat leluhur dahulu? Hamba
berani melamar putri tuanku Bang Sidemen ke
sini, karena kawitan hamba dahuhi sesungguhnya
adalah wangsa Brahmana. Sekarang mohon didengar
atur hamba agar merasa pasti. Pada saat dahulu
ada nasehat dari leluhur hamba, yang bernama
Ida Bang Banyak Wide, bersaudara dengan Ida
Bang Tulus Dewa serta Ida Bang Kajakauh. Ida
Bang Banyak Wide pergi dari Besakih guna mencari
kakeknda Ida Sang Pandya Siddhimantra di Jawa,
namun tidak dijumpainya, kemudian benjumpa dengan
Ida Mpu Sedah, dan kemudian belakangan dijadikan
menantu oleh Ki Arya Buleteng. Karena Ki Arya
Buleteng tidak memiliki keturunan langsung atau
sentana, maka Ida Bang Banyak Wide dijadikan
sentana Ki Arya, sehingga Ida Bang Banyak Wide
menjadi Arya. Ida Bang Banyak Wide itu merupakan
leluhur kami yang menurunkan Ki Arya Pinatih
Rsi”. Demikian halnya dahulu.
Nah, sekarang ini bagaimana Sang Bang Sidemen,
apakah tidak ada ceritera dari Leluhur seperti
itu? Demikian hatur I Gusti Gde Tambuku. Segera
ingat Ida Sang Bang Sidemen, pada nasehat dari
sang leluhur kepada beliau, pada saat dulu.
Karena mendengar hal itu, maka diberikanlah
putri Ida Bang Panataran Sidemen kepada Ki Arya
Bang Pinatih, dan dengan segera mau bersama
menjadi Arya Ksatrian.
Demikian pula Ida Bang Panataran menjadi Arya
: Arya Bang Sidemen diwariskan sampai sekarang
turun temurun bersaudara dengan Arya Bang Pinatih.
Ida Bang Wayabiya, saat itu juga datang menghadap
kakaknya berkehendak untuk melamar putri Ida
Bang Panataran Sidemen yakni Ida Ayu Puniyawati.
Karena
sudah didahului oleh Ida I Gusti Anglurah Pinatih
Rsi, lamaran itu tidak bisa dipenuhi. Itu sebabnya
kemudian Ida Bang Wayabiya kemudian pergi tanpa
pamit dari Besakih, tanpa tujuan. Perjalanan
Ida Bang Wayabiya akan diceriterakan nanti.
Kembali sekarang dikisahkan Ki Arya Bang Panataran,
sudah selesai perbincangannya dengan Ki Arya
Bang Pinatih, sebab semuanya memang benar menjaga
nama
leluhurnya. Karena sudah selesai perbincangan
itu, kemudian Ki Arya Bang Pinatih bertiga memohon
diri, pulang menuju Kerajaan Kerthalangu. Sesudah
selesal pembicaraan mengenal han baik berkenaan
dengan rencana pemikahan itu, kemudian diselenggarakanlah
upacara Pawiwahan itu seraya mengundang semua
peng?asa serta rakyat dan warga.
Tentram wilayah Pinatih ?pada saat pemerintahannya
I Gusti Ngurah Pinatih Rsi serta adiknya Ida
Gusti Ngurah Made Bija Pinatih.
Hentikan dahulu.
Diceriterakan kemudian sesudah beristerikan
Ida Ayu Puniyawati, kemudian lahir putra beliau,
yang sulung bemama Kyai Anglurah Agung Gde Pinatih
, adiknya Kyai Anglurah Made Sakti, serta yang
wanita bemama I Gusti Ayu Nilawati. Lama juga
Kyai Anglurah Bang Pinatih Rsi bersama adiknya
Kya Anglurah Pinatih Bija memegang kekuasaan
di wilayah Jagat Kerthalangu, Badung, tentram
wilayah itu, serta sang raja dipuja dengan taat
oleh rakyat dan warga semuanya. Wilayah itu
menjadi makmur, hama menjauh, mereka yang ingin
berbuat jahat tidak berani. Inggih, demikian
keadaannya di kawasan Kerthalangu. |
|
Diceriterakan
Ki Arya Kenceng di Badung berkehendak akan memohon
seorang putra Dalem Sagening di Puri Gelgel,
akan dijadikan penguasa di kawasan Badung.
Konon setelah sampai di jabs tengah atau halaman
dalam Pun Gelgel di Sumanggen, terlihat oleh
Ki Arya Kenceng api bagaikan lentera di Sumanggen,
kemudian diperhatikan oleh Ki Arya Kenceng,
sudah pasti hanya dia itu adalah putra Dalem
Segening. Kemudian Ki Arya Kenceng mengambil
kapur. seraya digoreskan menyilang atau dibubuhi
tampak dara anak kecil itu. Keesokan hannya
diingat kembali , karena dia itu memang betul
putra Dalem yang bernama I Dewa Manggis Kuning.
Kemudian Ki Arya Kenceng datang menghadap berhatur
sembah kepada Ida Dalem seraya mengatakan untuk
memohon putra beliau seorang, akan dijadikan
penguasa di negara Badung. Ida Dalem merasa
senang dan memberikan putranya yang dimohon
itu, yang bemama I Dewa Manggis Kuning, dan
kemudian diiringkan pulang ke Puri Badung. Sesudah
diberi tempat di Badung, sangat disayang oleh
Ki Arya Kenceng, disebabkan karena kebagusan
rupanya, ganteng seperti Arjuna,
dan bagaikan Sanghyang Asmara yang menjelma
di Puri Pamecutan. |
|
Diceritakan
Ki Arya Kenceng memiliki seorang putera laki
? laki bernama I Gusti Ngurah Pemecutan, dipertunangkan
dengan putri Ida Kyai Anglurah Agung Pinatih
Rsi yang menjadi penguasa di istana Puri Kerthalangu.
Putrinya bernama I Gusti Ayu Nilawati. Paras
rupanya sangat cantik tanpa tanding bagaikan
Dewi Ratih yang menjelma ke dunia. Diceritakan
kemudian sang putri sudah masuk ke Puri Pemecutan,
namun belum diupacarai menurut tata cara upacara
perkawinan dengan I Gusti Ngurah Pemecutan.
Pada saat malam tiba, dilihatlah oleh sang putri
I Dewa Manggis, yang menyebabkan jatuh hatinya
I Gusti Ayu Nilawati serta pada akhirnya dapat
beradu asmara. Karena demikian halnya, bukan
alang kepalang marahnya Ki Arya Kenceng, berkehendak
akan merebut I Dewa Manggis. Hal itu kemudian
diketahui oleh Kyai Anglurah Pinatih Resi. Bila
saja I Dewa Manggis terkena bencana, tidak mustahil
putrinya juga akan meninggal. Saat itu kemudian
Kyai Anglurah Pinatih Resi memakai busana wanita,
menyerupai selir, lalu masuk ke rumah yang didiami
oleh I Dewa Manggis, kemudian I Dewa Manggis
digulung tikar, kemudian dibawa keluar puri.
Karena berupa seorang wanita, maka tak seorangpun
hirau, sehingga I Dewa Manggis bisa dibawa ke
Purinya Ida Kyai Anglurah Pinatih Rsi, bersama
putri beliau.
Baru sehari disembunyikan di Puri Kerthalangu,
diketahui oleh Kyai Kenceng, dikatakan bahwa
Ki Arya Agung Pinatih Rsi menyembunyikan putrinya
bersama I Dewa Manggis, kemudian mendatangi
Puri Kerthalangu. Segera tahu Kyai Anglurah
Agung Pinatih Rsi, itu sebabnya segera I Dewa
Manggis Kuning dan putrinya dilarikan ke purinya
I Gusti Putu Pahang.
Sampai disana masih juga diketahui oleh Ki Arya
Kenceng, maka dikepung dengan bala pasukan yang
jumlah cukup banyak. Kembali I Dewa Manggis
Kuning digulung dengan tikar, ditaruh di depan
rumah, ditindih dengan selimut. Kemudian datang
pasukan pemecutan mencari kesana kemari sampai
kedalam rumah, namu tidak juga ditemukan I Dewa
Manggis. Karena itu kembalilah pasukan itu ke
Puri Pemecutan. |
|
Setelah malam,
I Gusti Pahang bertimbang rasa dengan I Dewa
Manggis Kuning : ? Aum I Dewa Manggis anakku
I Dewa, merasa sulit bapak menyembunyikan I
Dewa disini. Sekarang lebih baik I Dewa berpindah
tempat dari sini, sebab bapak malu dengan Ki
Arya Kenceng. Dan lagi bapak sangat mengasihi
ananda I Dewa, agar I Dewa bisa meneruskan hidup
? panjang umur. Ini ada anak bapak seorang,
agar mendampingi ananda dipakai isteri. Putri
bapak ini bernama I Gusti Ayu Pahang?. Demikian
hatur I Gusti Putu Pahang disaksikan oleh ayahandanya
Ki Arya Bija Pinatih. Kemudian dijawab oleh
I Dewa Manggis dengan rasa penuh prihatin :
? Aum ayahanda Ki Arya Pinatih, sangat besar
rasa kasihan Ayahanda kepada saya, tidak akan
bisa saya membayar pihal kasih sayang Ayahanda
kepada diri saya ?. |
|
Diceritakan
kembali Kyai Anglurah Pinatih Rsi sudah berusia
lanjut, kemudian berpulang ke Sorgaloka. Demikian
juga Ida Kyai Anglurah Made Bija, juga sudah
meninggalkan dunia fana? ini. Kyai Anglurah
Pinatih Rsi kemudian digantikan oleh putranya
memegang kekuasaan, yang bernama sama dengan
ayahandanya yakni I Gusti Anglurah Agung Gde
Pinatih Rsi disertai oleh adiknya I Gusti Anglurah
Made Sakti Pinatih, didampingi oleh paman beliau
dari para putra Kyai Anglurah Made Bija seperti
I Gusti Gde Tembuku,
I Gusti Putu Pahang,
I Gusti Nyoman Jumpahi,
I Gusti Nyoman bija Pinatih,
I Gusti Nyoman Bona,
I Gusti Benculuk serta
I Gusti Ktut Blongkoran.
Banyak memang keturunan Kia Arya Pinatih ketika
beristana di Kerthalangu, tidak bisa dihitung
jumlahnya. Semasa pemerintahan beliau berdua
tidak ada orang lain yang berani bertingkah,
semuanya besembah sujud, serta tentram wilayah
itu semasa kekuasaan I Gusti Ngurah Gde Pinatih
beserta I Gusti Ngurag Made. Tidak ada manusia
yang beranai, subur makmur kawasan itu jadinya
serta sejuk keadaannya karena sang penguasa
sangat welas asih suka memberi serta tiada pernah
lupa menghaturkan sembah baktinya kepada Yang
Maha Kuasa. Itu sebabnya wilayah beliau menjadi
tentram dan kertaraharja.
Lama beliau berkuasa di kawasan Pinatih Badung,
menjadi tertib kerajaan Kerthalangu yang bernama
Kawasan Pinatih, sebab Pinatih lah yang memegang
kekuasaan disana.
Patut diketahui Ida I Gusti Anglurah Gde Pinatih
mempunyai putra banyak yakni I Gusti Ngurah
Gde Pinatih ? sama namanya dengan sang ayah,
I Gusti Ngurah Tembawu,
I Gusti Ngurah Kapandeyan,
I Gusti Ayu Tembawu,
I Gusti Bedulu,
I Gusti Ngenjung,
I Gusti Batan,
I Gusti Abyannangka,
I Gusti Miranggi,
I Gusti Celuk,
I Gusti Arak Api,
I Gusti Ngurah Anom Bang,
I Gusti Ayu Pinatih,
I Gusti Balangsigha.
Adik beliau I Gusti Ngurah Anglurah Made Sakti
mempunyai putra:
I Gusti Putu Pinatih,
I Gusti Ngurah Made Pinatih,
I Gusti Ngurah Anom,
I Gusti Ngurah Mantra,
I Gusti Ngurah Puja.
Saudara sepupunya I Gusti Putu Pahang mempunyai
putra
I Gusti Putu Pahang ? sama dengan nama sang
ayah,
I Gusti Made Pahang,
I Gusti Ayu Pahang ? yang diambil oleh I Dewa
Manggis Kuning, serta
I Gusti Nyoman Pahang.
Demikian keadaanya dulu. |
|
Dikisahkan
sesudah lama Kyai Anglurah Agung Gde Pinatih
memegang kekuasaan di wilayah Pinatih, datanglah
masa tidak mengenakkan. Ada anggota masyarakat
beliau yang dipakai sebagai mertua bernama I
Dukuh Pahang atau I Dukuh Sakti. I Dukuh Sakti
memang seorang yang memiliki pengetahuan yang
tinggi, ahli dalam ilmu sastra yang mahautama,
paham tentang Catur Kamoksan atau jalan Moksa
yang empat, serta Falsafah menuju Kematian atau
Tattwa Pati. Suatu saat I Dukuh menghadap kepada
I Gusti Anglurah Pinatih :
?Aum Ki Arya Agung Pinatih, hamba sekarang memohon
diri kepada tuanku, akan pulang ke Sorgaloka,
akan moksah?.
Karena demikian kata I Dukuh, menjadi marah
Kyai Anglurah Pinatih, serta berkata :
?Uduh Kaki Dukuh, seberapa besar karya yang
Ki Dukuh sudah buat sehingga bisa mengatakan
akan moksa ?. Saya saja yang begini, menjadi
penguasa, banyak memiliki rakyat, kokoh membangun
kebaikan, tidak bisa melakukan moksa. Sekarang
kalau benar seperti yang dikatakan Dukuh yakni
akan pulang ke dunia sana dengan moksa, saya
akan berhenti menjadi penguasa di negara Badung?.
Baru saja demikian kata Kyai Anglurah Pinatih,
segera Ki Dukuh berkata :
?Aum Kyai Anglurah Agung Pinatih, sebagai ratuning
Jagat Kerthalangu, janganlah I ratu berkata
demikian kepada hamba !. Memang benar hamba
bisa moksa, ini simsim hamba bawa agar tuanku
tidak kabjrawisa !?.
?Ah masa aku kurang apa. Sekarang kapan sira
Dukuh akan melakukan moksah ??. menjawab sira
Dukuh :
?Inggih, pada hari besok hamba akan pulang moksa,
pada saat sang Surya tepat? diatas kepala?.
Demikian atur sira Dukuh.
Karena sudah pasti janji I Dukuh akan moksa,
kemudian Kyai Anglurah Agung Pinatih memberitahukan
kepada para bala dan menterinya semua agar mengawasi
di rumah Ki Dukuh, serta agar membawa tongkat,
kalau ? kalau sira Dukuh dengan tongkat itu.
Demikian perintah Ida Kyai Aglurah Agung Pinatih
kepada rakyatnya semua.
Pada keesokan harinya, semua bersiap, bala pasukan
serta para menteri menuju tempat kediaman sira
Dukuh. Sesampainya disana dilihat sira Dukuh
sedang menggelar yoga samadhi, menghadapi pedupaan.
Sesudah masak betul yoganya, kemudian Ki Dukuh
menyampaikan sapa kutukan bagi Kyai Anglurah
Agung Pinatih :
?Inggih Kyai Anglurah Agung Pinatih, ratuning
wilayah Kerthalangu, Jhah Tasmat ? semoga Kyai
Anglurah Pinatih dirusak semut !?.
Sesudah menyampaikan sapa kutukan itu, Ki Dukuh
masuk ke pedupaan besar itu, lepas, hilang tidak
kelihatan lagi Ki Dukuh. Memang benar Ki Dukuh
moksa tidak kembali lagi. Inggih hentikan dahulu
sampai disini.
Sesudah itu, merasa kagum takjub rakyat Kyai
Anglurah Agung Pinatih, memang benar Ki Dukuh
moksa, kemudian disampaikannnya kepada Kyai
Anglurah Agung Pinatih prihalnya sira Dukuh.
Saat itu Kyai Anglurah Agung Pinatih berdiam
diri, berpikir dalam hatinya, terlanjur mengeluarkan
kata ? kata tidak baik. |
|
Sesudah satu
bulan tujuh hari lamanya, datanglah ciri Kyai
Anglurah Agung Pinatih Rsi didatangi semut tak
terhitung banyaknya merebut, ada dari bawah,
dari atas, jatuh berkelompok ? kelompok. Itu
sebabnya merasa gundah hati Kyai Anglurah Agung
Pinatih beserta para isteri, putra, cucu semuanya.
Karena demikian
keadaannya, kemudian diadakan pertemuan dengan
sanak saudara semuanya, berencana akan berpindah
dari Purian, menuju Pura Dalem Paninjoan. Sesampainya
disana, kemudian diberitahukan semua rakyatnya
untuk membuat Taman dikitari dengan telaga,
telaga itu dikelilingi api, ditengahnya telaga
barulah dibangun tempat peraduan. Namun masih
saja dicari, direbut oleh semut, berbukit ?
bukit tingginya kemudian jatuh di tengahnya
taman itu.
Karena itu halnya, kembali Kyai Agung Pinatih
menyelenggarakan pertemuan, bertukar pikiran
dengan saudaranya semua serta didampingi oleh
rakyatnya. Semuanya merasa masgul, kemudian
meninggalkan Pura Dalem Paninjoan, berpindah
lalu berdiam diri di sebelah timur sungai, diiringi
rakyatnya semua. Tentu saja Kyai Anglurah Agung
Pinatih berpikir tentang kedigjayaan sira Dukuh.
Kemudian beliau merencanakan akan berpindah
dari tempat itu, serta diberitahukan kepada
balanya, siapa yang sanggup menjaga Pura Dalem
itu, boleh tidak mengiringkan Kyai Anglurah
Pinatih. Kemudian segera matur anggota masyarakat
beliau yang bernama Ki Bali Hamed, ia akan menuruti
kehendak beliau untuk menjaga Pura? Dalem itu.
Pada saat itu I Gusti Tembawu menyatakan tidak
bisa mengikuti keinginan ayahandanya, demikian
juga I Gusti Ngurah Kepandeyan, yang pernah
berpaman dengan I Dukuh, dan karena memang tidak
baik dalam hubungan bersanak saudara, karena
sudah terlanjur bertempat tinggal disana serta
memperoleh kebaikan di wilayah Intaran. Usai
sudah perbincangan diadakan, kemudian diputuskan
hubungan pasidikaraan dengan I Gusti Tembawu
dan I Gusti Kepandeyan.
Disebabkan karena masih juga diburu oleh semut,
kembali beliau beralih tempat bersama menuju
Geria milik Ida Peranda Gde Bendesa dan di tempat
tinggal Ida Peranda Gde Wayan Abian, seperti
para putranya semua, yang ada di Kerthalangu,
ke Padanggalak, disana Kyai Anglurah Agung Pinatih
bertempat tinggal diiringi rakyatnya semua.
Penuh sesak disana di pinggir sungai Biaung,
disana Kyai Anglurah Agung Pinatih menghaturkan
rakyat 60 KK kepada Ida Peranda berdua. Ida
Peranda berdua merasa senang hati mendapatkan
warga itu semua yang handal didapatkan oleh
beliau Ida Peranda, yang bernama Ki Bendesa
Kayu Putih, Macan Gading, I Pasek Kayu
Selem, semua bertempat tinggal di Tangtu. Di
sana kemudian ada perjanjian Kyai Anglurah Agung
Pinatih di hadapan Ida Peranda berdua, menyatakan
sudah putus hubungan kekeluargaan dengan I Gusti
Tembawu, sebab sudah berumah di I mangku Dalem
Tembawu.
Karena demikian yang didengar oleh I Mangku
Dalem Tembawu lalu dibalaslah pernyataan Kyai
Anglurah Agung Pinatih. Katanya :
?Mudah ? mudahanlah yang membawa pusaka keris
yang bernama I Brahmana serta tumbak yang bernama
I Baru Gudug, pada saat menyelenggarakan upacara
ala ataukah ayu, jika tidak ada I wong Tembawu,
mudah ? mudahan tidak berhasil upacara itu?.
Dibalaslah oleh Kyai Anglurah Agung Pinatih
:
?Mudah ? mudahab I wong Tembawu itu kaya dengan
pekerjaan?. Demikian pernyataan Kyai Anglurah
Agung pinatih.
Kemudian I Gusti Tembawu dipakai menantu oleh
I Mangku Dalem Tembawu. Setelah itu Kyai Anglurah
Agung Pinatih disertai oleh adiknya serta sanak
saudaranya semua memohon kepada Ida Peranda
berdua, akan membangun Panyiwian di ujung desa
Biaung, dinamai Pura Dalem Bangun Sakti, disungsung
oleh rakyatnya yang ada si Biaung. Ida Peranda
berdua dengan senang hati memberikan restu untuk
hal itu. Disana kemudian Ida Peranda berdua
berdiam membuat Pura Dalem Kadewatan, Puser
Tasik Batur dan Kentel Gumi, untuk wilayah Padanggalak.
Hentikan dahulu.
Diceritakan kembali setelah beberapa lama Kyai
Anglurah Agung Pinatih bertempat tinggal di
Padanggalak, kembali direbut semut. Karena itu
kembali beliau berpindah tempat menuju Alas
Intaran ? Mimba semuanya. Tidak berapa lama
disana, ada lagi cobaan dari Yang Maha Kuasa,
ada ikan Aju datang dari tengahnya laut, semuanya
terhempas ke pantai tidak terbilang banyaknya.
Itu sebabnya kemudian orang di Intaran segera
membuat tembok dengan pohon pepaya, diperintahkan
oleh Kyai Anglurah Agung Pinatih. Memang merupakan
cobaan dari Hyang Widhi, tembok itu ditubruk
oleh ikan itu dihempas ? hempas? hingga rusak,
itu sebabnya banyak bangkai ikan di tepi pantai
sampai ke tengah hutan. Kemudian datanglah semut
merebut bangkai ikan itu. Semakin banyak semut
itu datang, serta ikan itu berulat, baunya sangat
busuk. Itu sebabnya menjadi gundah orang disana,
dan kelak kemudian hari tempat itu dinamai Ajumenang.
Karena semuanya merasa gundah, merasa tidak
tahan dengan bau ikan yang sangat busuk itu,
banyak anggota masyarakat yang ada di Intaran
berpindah kesana kemari mencari perladangan.
Ada yang mencari tempat di Kepisah, ada di Pedungan,
di Tegal, di Glogor Carik, di Seminyak, memohon
diri kepada Kyai Anglurah Agung Pinatih.
Karena demikian keadaannya, semakin masygul
hati Kyai Anglurah Agung Pinatih Rsi, serta
menyesali diri, karena sudah terlanjur menyampaikan
pernyataan tidak baik, tidak boleh berkata sumbar,
sangat berbahaya dikatakan, dan hal itu sudah
menjadi bukti, buahnya dipetik sekarang.
Singkat ceritera, Kyai Anglurah Agung Pinatih,
kemudian memohon diri kepada Ida Peranda berdua,
akan beralih tempat ke wilayah Blahbatuh, semuanya
dengan rakyatnya. Bagaikan bibit pepohonan yang
besar yang ditimpa panas membara serta angin
ribut rasanya, karena itu berpencar para putranya,
juga saudaranya I Gusti Ngurah Anom Bang yang
dipakai menantu oleh Ki Karang Buncing di Blahbatuh.
Sejak saat itu putus pula hubungan pasidikara.
I Gusti Blangsinga, pergi tanpa tujuan seraya
membawa pusaka. Entah berapa lama berdiam di
Blahbatuh, kembali ada semut yang datang, kembali
beralih tempat dari sana menuju desa Kapal.
Di Kapal, karena tempat disana sempit untuk
banyak orang, sehingga bisa berjejal disana,
maka Kyai Anglurah Agung Pinatih mengutus I
Gusti Tembuku, I Gusti Putu Pahang serta I Gusti
Jumpahi, untuk mencari tempat, yang kemudian
pergi menuju ke arah timur, ditemuilah hutan
perladangan yang cukup luas bernama Huruk Mangandang
juga disebut Pucung bolong. Disebelah utaranya
adalah wilayah Dewa Gede Oka dari Tama Bali
dan sebelah timurnya adalah sungai Melangit
namanya. Prihal tempat itu dipermaklumkan kepada
I Gusti Ngurah Agung, kemudian dilanjutkan gotong
royong membersihkan hutan tersebut. Dalam perjalanan
merabas hutan ada tempat ditemukan salah satu
yang agak angker, lalu ditempat tersebut dibangun
tempat persembahyangan sekarang bernama Pura
Dalem Agung, yang merupakan sungsungan Desa
Adat.
Pada Utama Mandala? ada Pelinggih berjejer
menghadap kebarat paling Utara disebut Pelinggih
Dalem Muku, Dalem Pande dan Dalem Dura. Kemudian
melanjutkan perjalanan keutara lalu menetap
dan membangun tempat tinggal atau Puri termasuk
juga membangun Tempat Suci atau Parhyangan,
sebagai tempat untuk memegang wilayah dan parhyangan
Sthana Ida Bhatara Kawitan. Tempat Pemujaan
dulu bernama Pemerajan Agung Pinatih dan sekarang
bernama
?Pura penataran Agung Pinatih? di puri Tulikup,
yang merupakan tempat tonggak sejarah yang
harus diingat oleh seluruh warga besar Arya
Wang Bang Pinatih.
Disamping itu Pura Penataran Agung Pinatih menjadi
satu dengan Dang Kahyangan Pura Sakti pada Utama
Mandala termasuk Pemedel Ageng juga satu. Sehingga
menetap di Puri Tulikup bersama keluarga besar
dan putra ? putri beliau berdua dikelilingi
oleh rakyat serta sanak saudaranya. Sesudah
baik keadaan Huruk Mangandang, sejak itu disebut
dengan Pradesa Tulikup utawi Talikup dan sekarang
bernama Desa Tulikup.
Diceritakan kembali I Gusti Ngurah Anom Bang
yang dipakai menantu oleh Ki Karang Buncing,
diputuskan hubungan pasidikaraannya oleh keluarganya,
namun masih kokoh kuat natad ? membawa kalingan
? keluhuran beliau, sebagai warga Pinatih, walaupun
sudah dipatah ? putuskan pasidikaraannya. Setelah
berputera, kemudian I Gusti Ngurah Bang beralih
tempat ke desa Batubulan, putranya masih di
Blahbatuh. I Gusti Bang mengambil istri putri
dari I Dewa Batusasih , mendapatkan putra, bernama
I Gusti Putu Bun bertempat tingga di Batubulan,
I Gusti Made Bun pindah ke desa Lodtunduh, ayahnya
masih di Batubulan, didampingi oleh putranya
yang lain bernama I Gusti Putu Bija Karang,
adiknya yang bernama I Gusti Bija Kareng mengungsi
ke wilayah Peliatan, Krobokan, juga adiknya
yang dua lagi I Gusti Bawa serta I Gusti Bija
bertempat tinggal di Dawuh Yeh serta Dangin
We. Kemudian I Gusti Bawa pergi tanpa arah tujuan
ke arah barat Er Uma membangun sanggar-kabuyutan
yang bernama Pura Lung Atad. Ada juga sanak
saudara beliau yang berpindah tempat menuju
kawasan Gelgel, ada yang ke Karangasem berdiam
di Bebandem.
Hentikan dahulu.
Ada ceritanya putra Ki Arya Bang Pinatih yang
bernama I Gusti Ketut Bija Natih kemudian menurunkan
Ketut Bija Natih, masih di wilayah Kerthalangu,
menjadi pemangku di Dalem Kerthalangu, lalu
ada yang berpinda ke arah selatan, ada di Bukit,
ada di Jimbaran, di Ungasan serta Umadwi. Demikian
ceritanya dahulu.
Entah berapa lama Kyai Anglurah Agung Pinatih
Rsi memerintah Puri Tulikup bersama adiknya,
ternyata kemudian pecah persaudaraannya dengan
adiknya Kyai Anglurah Made Sakti. Halnya seperti
dibawah ini. |
|
Diceritakan
Cokorda Panji Nyalian berkeinginan untuk memperluas
wilayahnya. Kemudian datang dia ke Uruk Mangandang
mempermaklumkan sebagai utusan Dalem yang berkehendak
agar Kyai Anglurah Pinatih menghadap kepada
Dalem di Gelgel semuanya, diiringi oleh rakyat,
para putra dan cucu, karena ada hal penting
yang hendak dititahkan oleh Ida Dalem.
Pada saat itu diadakan pertemuan dengan sanak
saudara, yang berkemukan seperti sang kakak
dan sang adik. Kesimpulan pertemuan itu, sang
kakak akan melaksanakan perintah Dalem. Saat
itu berkata sang kakak Kyai Ngurah Gde Pinatih
kepada adiknya Kyai Ngurah Made Sakti :
?Bila adinda tidak akan mengikuti kanda, kakanda
akan menghadap kepada Dalem, walaupun adinda
memohon diri kepada kakanda, dan walaupun nanti
adinda akan bertempat tinggal jauh, agar jangan
sekali ? sekali lupa bersaudara di kelak kemudian
hari?.
Kemudian berkata adiknya : ?Uduh, kakandaku,
dinda menuruti kata ? kata kanda?.
Setelah usai pertemuan tiu, kemudian dibagi
dua milik beliau berdua seperti pusaka sampai
dengan rakyat. Beliau sang kakak Kyai Anglurah
Agung Pinatih membawa Keris Ki Brahmana serta
tumbak yang bernama I Barugudug. Adiknya Kyai
Ngurah Made Sakti membawa segala perlengkapan
pemujaan, seperti pasiwakaranaan serta pustaka.
Sesudah itu, karena Kyai Anglurah Agung Pinatih
masih sangat hormat dan bakti kepada Daalem,
maka sekalian bersama ? sama pergi menuju Puri
Suwecapura diiringi olah sanak saudaranya serta
rakyatnya. Kyai Anglurah Made Sakti, kemudian
menuju arah barat, diikuti juga oleh saudara
? saudara, cucu semuanya serta rakyat, dan tidak
diceritakan di perjalanan, akhirnya sampai di
Jenggalabija. Pada saat itu paman beliau I Gusti
Gde Tembuku kemudian pindah dari Tulikup menuju
Buruan terus ke Pliatan, dan berdiam di Tebesaya.
Hentikan dahulu prihal I Gusti Ngurah Made sakti
yang bertempat tinggal di Jenggala Bija dan
I Gusti Gde Tembuku yang ke Tebesaya.
Juga diceritakan prihal para putra Arya Bang
Pinatih yang lain seperti putra I Gusti Made
Pahang di Tulikup, yang sulung bernama I Gusti
Putu Pahang pindah dari desa Tulikup menuju
desa yang kemudian bernama Jagapati, I Gusti
Made Pahang masih bertempat tinggal di Tulikup,
I Gusti Nyoman Pahang kembali ke wilayah Pahang,
I Gusti Ngurah Ketut Pahang pindah ke desa Selat.
I Gusti Kaja Kauh pindah menuju wilayah Bebalang,
Bangli disambut disana oleh sanak saudara dari
Arya Bang Wayabiya.
Di Tulikup, para putra Ki Arya Bang Pinatih
menguasai tempat dan kemudian membangun sthana
Pamerajan masing ? masing, seperti para putra
I gusti Bona, I Gusti Benculuk, I Gusti Sampalan,
I Gusti Pandak, I Gusti Nangun, I Gusti Berasan,
I Gusti Meranggi, I Gusti Sayan, I Gusti Bedulu,
I Gusti Nunung, I Gusti Kandel, dan I Gusti
Kutri.
Kemudian ada juga yang bertempat tinggal di
Kembengan, yakni I Gusti Tegal, I Gusti Sukawati,
I Gusti Arak Api, I Gusti Julingan putra I Gusti
Kandel, I Gusti Kembengan, I Gusti Manggis,
I Gusti Pelagaan. Juga masing ? masing membangun
Pamerajan.
Ada lagu yang mengungsi ke wilayah Siut, bernama
I Gusti Nyoman Natih, putranya berdiam di Banjar
Bias, ada di Karang Dadi serta di Gerombongan.
Demkian dahulu.
Kembali diceritakan kedatangan Ida Kyai Naglurah
Pinatih di hadapan Dalem kemudian mempermaklumkan
prihal kedatangan Cokorda Panji dari Nyalian.
Ida Dalem berkata bahwa tidak sekali ? kali
memrintahkan Kyai Anglurah Agung Pinatih agar
datang menghadap, sehingga disimpulkan bahwa
hal itu merupakan tipu muslihat Cokorda Panji,
agar Kyai Anglurah Agung Pinatih meninggalkan
wilayah uruk Mangandang. Lama beliau berdiam,
berpikir, dan mungkin sudah ada dalam pikiran
beliau, dan agar tidak menjdai bibit yang tidak
baik, agar tetap bhakti masing ? masing sejak
dahulu kala. Sejak berkuasanya leluhur Dalem
dahulu ? sejak pemerintahan Ida Dalem Kresna
Kepakisa, Kriyan Pinatih memang disayang di
Puri menjadi demung. Kemudian Ida dalem berkeinginan
memnuhi keinginan kedua belah pihak : Cokorda
Panji ingin memperluas wilayahnya agar memperoleh
rahayu; Kyai Pinatih juga agar tetap bhaktinya
seperti yang dilakukan para leluhrunya yakni
para Kriyan Pinatih yang sudah wafat, juga agar
mendapatkan keselamatan. Kyai Anglurah Pinatih
kemudian diminta untuk sementara tinggal di
Puri Agung, tidak diperkenankan kembali ke Tulikup,
diminta untuk mendampingi beliau Ida Dalem.
Diceritakan tidak lama Cokorda Nyalian memegang
wilayah Tulikup kemudian diserang oleh raja
Gianyar.
Demikian dahulu. |
|
Singkat ceritera,
Ida Dalem mengdakan utusan untuk mencari tempat
tinggal bagi Kyai Pinatih, di perbatasan wilayah
Klungkung dan Karangasem bernama Bukit Mekar.
Walaupun tempat itu sempit, atas perintah Dalem,
Ida I Gusti Anglurah Agung Pinatih Rsi kemudian
bertempat tinggal disana diiringi oleh putra
sanak saudara. Rakyat semuanya mengiringi. Tempat
itu kemudian diberi nama desa Sulang.
Sedangkan di Bukit Mekar, beliau pertama kali
mengukur tempat untuk Pamerajan, tempat Puri,
mengukur tempat untuk Kahyangan Tiga serta tempat
kuburan dan rumah tempat tinggal rakyatnya semua.
Setelah sesak di Bukit Mekar, diberikan lagi
tempat di perbatasan Klungkung dan Karangasem
yang bernama Tegal Ening, dekat dengan desa
Lebu Cegeng di tepi Sungai Unda yang sudah dikuasai
I Gusti Dauh Talibeng. Disana rakyat Kriyan
Pinatih ada sebagian membangun rumah serta panyungsungan
Puseh Bale Agung, wilayah itu kemudian dinamai
Banjar Mincidan. Penuh sesak di banjar Mincidan,
kemudian diberi tempat lagi di tepi Sungai Unda
yang bernama Tegal Genuk, yang kemudian diberi
nama Banjar Gerombongan. Dari Banjar Gerombongan,
karena sesak diberikan tempat di perbatasan
Semara Pura tepi selatan, tempat warga Pande
yang diajak dari Madura, tempat itu bernama
Banjar Galiran. Dari Banjar Galiran, karena
sesak, yang diberikan lagi tempat di Kusamba,
dekat dengan Banjar Sangging, kemudian ada yang
berada di pesisir pantai Kusamba yang bernama
Karang Dadi.
Kemudian ada diceritakan para putra Ki Arya
Bang Pinatih yang kemudian mengikuti penuanya.
Berkeinginan untuk menghadap ke Puri Dalem lalu
berdiam di Banjarangkan, serta mmembuat panyawangan
kawitan diberi nama Pura Lung Atad. Kemudian
ada yang beralih mencari tempat di tempat Sungai
Bubuh bernama tempat itu Basang Alu, membangun
Pamerajan diberi nama menurut nama masing -
masing. Pura di Lung Atad dituntun ke Basang
Alu, berganti naman menjadi Pura Sari Bang.
Diceritakan lagi I Gusti Jimbaran pindah dari
Tulikup menuju desa Getakan, berdiam disana
disayang oleh Cokorda Bakas. Inggih demikian
hentikan dahulu keadaan para putra yang terpencar
tempat tinggalnya. |
|
|
|
|
|
SIDDHIMANTRA TATTWA
Mahakertawarga Danghyang Bang Manik Angkeran Siddhimantra
Pusat - Propinsi Bali
Sekretariat: Jalan Padma Penatih Kampus Ngurah Rai,
Denpasar, Bali.
Telp: 0361 - 466265 |
|
|
|
|
|
|
|
|