|
|
|
|
|
|
|
Bagian 4 |
|
|
|
- PURA LUHUR PUCAK GEGELANG - NUNGNUNG
-
Lingkungan Lokasi
Pura
Lingkungan alam sekitar Pura berupa
perumahaan/ pemukiman penduduk yang
di sebelah timurnya masih berupa lahan
sawah, namun demikian tidak mengurangi
keasrian Pura lebih-lebih lebih-lebih
dilatarbelakangi oleh suatu alam bentang
pegunungan yang nampak dengan jelas,
sehingga menambah indahnya pandangan
mata kita. Keberadaan Pura ini sangat
terlindung karena posisinya pada desa
pakraman, walaupun demikian karang kekeran
atau kawasan suci sangat jelas adanya
karena Pura Luhur Pucak Gegelang ini
dibatasi oleh tembok penyengker dan
penampias Pura, sehingga kelestariannya
masih utuh dan tetap terjaga yang secara
tak langsung mendukung suasana Pura
dan fungsinya sebagai tempat peribadatan.
-
Konsep Penataan
Keseimbangan alam bhur, bhuwah, swah
yang merupakan falsafah Tri Bhuwana,
perlu dilestarikan untuk menjaga kawasan
suci agar tetap utuh dan sakral. Sesuai
dengan tatanan Tri Hitakarana yang meliputi
kawasan Pura, lingkungan hunian, lahan
usaha tani, wajib dikendalikan dengan
suatu pola yang bersumber pada keselarasan
yang saling mendukung. Keindahan bentang
alam pegunungan bukan tidak mungkin
akan mengundang orang-orang untuk mengembangkan
usahanya terutama dalam bidang pariwisata,
untuk itulah perlu diantisipasi sedini
mungkin dampak yang akan ditimbulkan
terutama pada kawasan suci dari Pura
Luhur Pucak Gegelang - Nungnung.
Tatanan Tri Mandala berlaku penataan
makro, meso dan mikro, di mana lokasi
Pura Luhur Pucak Gegelang berkaitan
dengan Pura Beji yang jaraknya 0,5 km
dari
Pura, di mana pada saat-piodalan/ pujawali
pralingga Ida Bhatara katuran mesuci
di Pura Beji yang berlokasi juga disekitar
wilayah Desa Nungnung, Pura Beji itu
pun sangat perlu sekali mendapat perhatian
serius dari kita semua agar keutuhan
serta keasriannya dapat terjaga dengan
baik dan yang dipandang sangat perlu
sekali adalah sarana jalan menuju Pura
Beji mengingat pesatnya perkembangan
umat dan kesadaran daripada pengemong
dan penyiwi untuk ikut serta dalam prosesi
upacara yang dilangsungkan. Yang perlu
juga dicermati adalah mencegah tumbuh
dan berkembangnya bangunan-bangunan
yang tak diinginkan yang tidak sesuai
dengan hubungan fungsi Pura dengan keberadaan
Pura, di mana pencegahan ini perlu disosialisasikan
sedini mungkin kepada masyarakat pengemong,
mengingat pada Pura-Pura yang ada di
Bali, seperti yang kami lihat salah
satu contohnya di Pura Kahyangan Jagat
Besakih, terdapat tenda-tenda tempat
berjualan didepan candi bentar di areal
kawasan suci Pura tersebut, jelas ini
sangat disayangkan karena mengurangi
kesucian dan kesakralan dari suatu kawasan
suci dan karena perkembangan jaman,
umat yang pedek tangkil dari tahun ke
tahun semakin membludak ke Pura Luhur
Pucak Gegelang, perlu juga dipikirkan
areal parkir dan fasilitas wc, kamar
mandi untuk mengantisifasi bau urine
yang akan mengganggu kekhusukan para
pemedek untuk melakukan persembahyangan.
Yang tidak kalah pentingnya di areal
Pura adalah menanam tanaman bunga-bungaan
terutama tanaman bunga yang mendukung
dalam prosesi kegiatan upacara yang
sekaligus akan menambah teduhnya kawasan
Pura Luhur Pucak Gegelang.
- Tapak Mandala
Penataan sistem kosmis mandala lokal merupakan
acuan dasar penataan tapak mandala Pura
pada umumnya, di mana pola Tri Mandala
dengan strata ruangnya yang meliputi:
uttama mandala (jeroan), maddya mandala
(jaba tengah), dan nista mandala (jaba
sisi), tampak dengan jelas karena dibatasi
oleh tembok penyengker.
Bangunan pemujaan yang terdapat di Pura
Luhur Pucak Gegelang - Nungnung meliputi
:
- Uttama Mandala
- Bagian timur menghadap ke barat
terdapat palinggih meru tumpang
7, padmasana rong tiga, palinggih
prathiwi, bale panggungan, palinggih
bebaturan, bale pelik, paruman
agung.
- Bagian utara menghadap ke selatan
terdapat pelinggih meru tumpang
3, paruman alit, dan bale pengaruman.
- Maddya Mandala terdapat bale gong,
bale dawa/ genah pesanekan
-
Nista Mandala
terdapat palinggih pengapit lawang
2 buah kiri dan kanan, palinggih
gedong, paruman alit, bale gong,
perantenan (dapur), serta bale kulkul.
Antara jaba sisi (Nista mandala)
dengan Maddya mandala dibatasi oleh
tembok penyengker dan terdapat 2
buah candi bentar bagian utara dan
selatan serta di tengah-tengah ke
dua candi bentar itu terdapat candi
gelung. Dengan adanya dua buah candi
bentar ini sirkulasi pemedek pada
saat pujawali dapat diatasi untuk
menuju ke jeroan atau kembali (mepamit)
dari jeroan ke jaba sisi. Pada pengembangan
semestinya menjaga suasana keakraban
lingkungan baik lingkungan boitik
maupun lingkungan abiotik dalam
artian pembangunan apa yang diperlukan
dan bukan sebaliknya apa yang bisa
dibangun. Penataan lingkungan sekitar
Pura sangat diperlukan dalam pola
pengembangan sebagai penunjang terselenggaranya
fungsi Pura, kesakralan Pura, kesucian
Pura dalam rangka ritual, sehingga
para pemedek merasa nyaman dalam
menghaturkan sembah bhaktinya ke
hadapan Ida Bhatara yang berstana
di Pura Luhur Pucak Gegelang.
-
Orientasi Prosesi
Secara umum sebuah Pura di Bali berorientasi
pada arah utara (gunung) atau ke arah
terbitnya matahari (timur), di mana
orientasi prosesi dari Pura Luhur Pucak
Gegelang adalah kearah terbitnya matahari
(hulu kangin) sehingga bagian baratnya
sebagai hulu teben (Nista mandala),
sehingga untuk mengikuti tatanan normanorma
memasuki Pura ini dari arah teben (dari
barat), di mana orientasi prosesi memasuki
Pura melalui candi bentar yaitu dari
jaba sisi ke jaba tengah. mengingatkan
kita pada kepercayaan leluhur bahwa
di jaman dahulu kepercayaan terhadap
Dewa Gunung sangat tinggi (jika uttama
mandala ada di bagian utara) dan demikian
juga suatu Pura Uttama mandalanya di
bagian timur, karena di Bali pada jaman
dahulu, sebelum bernama agama Hindu,
masyarakat di jaman itu menyebut agamanya
adalah agama Surya. Itulah kiranya dua
hal pokok yang dijadikan landasan pendirian
suatu Pura berorientasi pada hulu kaja
(utara) dan hulu kangin (timur).
-
Perwujudan Bangunan
Sebagaimana umumnya pembuatan suatu
Pura khususnya di Bali tidak terlepas
dari aturan asta bhumi, asta kosala-kosali.
Di Pura Luhur Pucak Gegelang ini perwujudan
bangunan suci tidak menampakkan nilai
kekunaan kecuali palinggih prathiwi
(lihat denah Pura) menunjukkan nilai
kekunaan, di mana pada palinggih prathiwi
itu terdapat patung/ arca Wishnu. Wujud
bangunan suci di Pura ini seperti meru
tumpang 7, meru tumpang 3, padmasana
rong tiga, bebaturan, palinggih prathiwi,
paruman agung, paruman alit, pelik sari,
panggungan dan sambyangan tapakan, gedong,
paruman serta terdapat pula adanya bangunan
sekunder seperti bale gong, bale pesanekan
dan dapur.
Yang sangat menarik perhatian penulis
adalah palinggih Prathiwi dengan Arca
Wishnunya, lalu kenapa palinggih itu
disebut palinggih prathiwi, sedangkan
Arca yang dilinggihkan disana berupa
Arca Wishnu? Hal ini sangatlah wajar
dan relevan, lontar Çiwa Purana
ada menyebutkan, duking dangu sira
Bhatareng Çiwa, anjuti pwa sira
mangdadya lingga pan sira Hyang Brahma
kalawan Hyang Wishnu padha.
Pemujaan Sanghyang Ardhanareswari (Purusha
pradhana) dalam wujud manifestasi Tuhan
dalam bentuk Hyang Brahma dan Wishnu,
sehingga yang disebut palinggih Prathiwi
dengan Area kekunaan dalam bentuk Wishnu
adalah sangat sesuai di Pura ini sebagai
pemujaan Bhatara Wishnu yaitu meru tumpang
7 dan pemujaan Bhatara Brahma yaitu
meru tumpang 3, jika kita menilik prabhawa
Hyang Tri Murti maka Dewa Brahma sebagai
Dewa pencipta dan Dewa Wishnu berfungsi
sebagai Dewa pemelihara keseimbangan
alam ini, sehingga dengan demikian fungsi
Tuhan yang berstana di Pura Luhur Pucak
Gegelang merupakan salah satu Pura Kahyangan
sebagai tempat memohon keseimbangan
alam, lebih-lebih keseimbangan lahir
bhatin kepada umat Hindu.
-
Pola Pengembangan
Tempat Suci umat Hindu disebut dengan
Pura, di mana Pura yang masih aktif
difungsikan sebagai tempat pemujaan
oleh umat Hindu, memang belum bisa dikatagorikan
sebagai peninggalan purbakala, karena
Pura yang masih aktif difungsikan ini
selalu mengalami perubahan, pengembangan
serta peningkatan guna memantapkan secara
kwalitas sesuai dengan tuntutan dan
peradaban umat Hindu dewasa ini. Namun
walaupun demikian pengembangan hendaknya
tidak meninggalkan tatanan ciri khas
yang berpakem pada arsitektur Bali yang
berkonsep pada Asta kosala-kosali serta
Asta bhumi.
senangken
wisesanira, pan ikang lingga
tar kenatonan ikang sor luhur
nia, ika matangia Hyang Brahma
anjuti atemahan manuk, mwang
sira Hyang Wishnu atemahan mangdadya
waraha, nduli ikang manuk umiber
mesat mareng antariksa, angruruh
ikang tungtunging lingga ika,
nghing kang warahatumedhune
mareng dhasaring prethu dst. |
Artinya kurang lebih sebagai
berikut : |
Tersebutlah
pada jaman dahulu Ida Bhatara
Çiwa, merubah wujudnya
menjadi batu lingga yang sangat
tinggi tanpa diketahui ujung
pangkalnya, beliau Bhatara Çiwa
merubah wujudnya itu karena
Bhatara Brahma dan Bhatara Wishnu
keduanya sama-sama mengaku paling
sakti, melihat keberadaan batu
lingga itu tanpa ada ujung pangkalnya,
sehingga Bhatara Brahma merubah
wujudnya menjadi seekor burung
dan Bhatara Wishnu juga merubah
wujudnya menjadi seekor babi
hutan dan burung jelmaan itu
terbang setinggi-tingginya mencari
Ujung lingga itu, sedangkan
babi hutan jelmaan dari Bhatara
Wishnu masuk kedalam bhumi untuk
mencari pangkal dari batu lingga
tersebut dst.
|
Dari penggalan kalimat di atas tersirat
bahwa Brahma sebagai simbol akasa (purusha)
yang mana Dewa Brahma sebagai Dewa api
dan seperti diketahui sifat api adalah
selalu naik, sedangkan Dewa Wishnu sebagai
Dewa air, sifat air selalu turun, sehingga
Dewa Wishnu sebagai simbol pradhana
(bhumi). Jadi dengan demikian di Pura
Luhur Pucak Gegelang merupakan tempat
yang tidak kalah pentingnya dalam pola
pengembangan suatu Pura adalah menjaga
keasrian lingkungan dengan memikirkan
secara matang terutama pembangunan baru,
karena tanpa konsep yang jelas, akan
merusak tatanan identitas dari tempat
suci yang kita sakralkan sebagai wahana
memuja kebesaran Tuhan/ Ida Sanghyang
Widhi Wasa. Kebanyakan Pura-pura yang
ada di Bali, di mana uttama mandala
(jeroan) merupakan areal paling tinggi
yang merupakan kompleks inti dari suatu
Pura, letaknya lebih tinggi dari maddya
mandala (jaba tengah) dan nista mandala
(jaba sisi), pemandangan yang demikian
itu sangat enak dipandang yang terbias
bagai perwujudan piramida berundak,
dengan wujud yang demikian itu Pura
tampak kekar/ kokoh, pemandangan ini
tampak jelas seperti di Pura Luhur Pucak
Gegelang Desa Nungnung.
|
|
-
Fungsi Pura
Berdasarkan fungsinya, Pura di Bali
dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
- Pura yang berfungsi sebagai tempat
suci untuk memuja Ida Sanghyang
Widhi Wasa dengan segala prabhawanya
/ menifestasinya
- Pura yang berfungsi sebagai tempat
suci untuk memuja roh leluhur yang
pada masa lalunya memiliki kelebihan
seperti Pura Kawitan
- Pura yang berfungsi ganda, di
samping sebagai tempat memuja Ida
Sanghyang Widhi Wasa juga sebagai
tempat memuja roh suci leluhur
Pembagian tersebut
jangan diartikan secara sempit, karena
Tuhan bersifat Esa atau satu, beliau
diberi nama sesuai dengan fungsinya
seperti penyebutan kata Tri Murti yaitu
pada saat Tuhan menciptakan dunia ini
Tuhan bergelar brahma, dan pada saat
Ida Sanghyang Widhi Wasa melakukan prabhawanya
untuk memelihara alam ciptaan-Nya beliau
bergelar Wishnu dan pada saatnya nanti
alam ini dilebur (dipralina) Tuhan bergelar
Siwa. Kekuatan beliau yang tiga itu
juga terdapat dalam kekawin Sutasoma
karangan Empu Tantular seperti berikut
kutipannya :
Sireka drwya
jnana tiga huriping bhumi sahana,
Bangun palweng wwai tan milu banyu
sireng dukha suka len, Guna neka
- lit tan lega maseki ngalwadbhuta
ternen, Agong tan mopek manjingi
ngahetika suksma sumilib |
Artinya kurang lebih sebagai
berikut : |
Beliau memiliki tiga kekuatan
bhatin yang menjiwai seluruh alam
semesta, seakan-akan perahu di
air, yang tidak ikut dalam air,
beliau itu selalu pada baik buruknya
air, sifat beliau beraneka ragam,
pada saat kecil beliau tidak longgar,
bahkan memenuhi tempat
yang luas, ketika besar tidak
pula tersendat masuk ke tempat
yang sempit itu dan tiada tampak/
menggaib |
Dalam Reg Weda : 7-100-1, ada disebutkan
:
Nii marto
dayate sanisyan yo wisnawa uruguayaya
dasat,
Pra yah satraca manasa yajata
etavantam naryamayivasit. |
Artinya : |
Seseorang
yang menyajikan persembahan
kepada Dewa Wishnu yang memiliki
kecepatan yang sangat dasyat,
dan yang melaksanakan yajna
melalui pikiran dan menyembah
Dewa Wishnu yang maha penolong,
segala keinginan yang baik orang
tersebut akan terpenuhi dan
akan memberikan dhana punia |
Dalam mantra Yajurweda
Wishnu adalah Dewa yang paling utama,
bahkan disebutkan Dewa Wishnu itu sendirilah
yajna, seperti halnya sebagaimana yang
tersirat dalam Purana Pura Luhur Pucak
Gegelang-Nungnung, disebutkan Dewa Wishnu
sebagai goal pemujaan disamping itu
juga di Pura ini tempat pemujaan Dewa
Brahma, sehingga dengan demikian Pura
Luhur Pucak Gegelang merupakan tempat
suci memuja kebesaran Tuhan dalam prabhawanya
sebagai Dewa Wishnu dan Dewa Brahma,
sehingga Pura Luhur Pucak Gegelang merupakan
Pura umum.
-
Status Pura
Pura Luhur Pucak Gegelang yang berlokasi
di Desa Nungnung, jika kita menyimak
dan mengkaji isi sastra kuno terutama
sastra yang menguraikan tentang keberadaan
Pura ini seperti tersebut dalam uraian
fungsi Pura bahwa di Pura ini tempat
memuja kebesaran Tuhan dalam manifestasinya
sebagai Dewa Wishnu dan Dewa Brahma.
Penghambat utama dalam penulisan ini
tiada lain disebabkan karena sangat
langkanya tulisan-tulisan kuno, maupun
hasil penelitian ilmiah yang menyangkut
keberadaan Pura Luhur Pucak Gegelang,
walaupun demikian isi Purana yang telah
diketemukan kiranya sudah dapat digunakan
sebagai acuan dan landasan untuk mencari
status Pura ini. Karena di Pura Luhur
Pucak Gegelang-Nungnung merupakan tempat
suci untuk memuja kebesaran Sanghyang
Widhi Wasa dalam prabhawanya sebagai
Dewa Wishnu dan Dewa Brahma, maka Pura
ini berstatus sebagai Pura Kahyangan
Jagat yaitu Pura umum tempat pemujaan
bagi seluruh umat Hindu, walaupun keberadaannya
tidak sepopuler Kahyangan Jagat lainnya
di pulau Bali dan mudah-mudahan dengan
diterbitkan hal ikhwal yang menyangkut
keberadaan Pura ini umat sedharma semakin
mengenal Pura Luhur Pucak Gegelang dan
tergugah hatinya untuk pedek tangkil
ngaturang pangubhakti terutama pada
saat pujawali atau pada hari rerahinan
yang lainnya.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
PURANA
PURA LUHUR PUCAK GEGELANG
DESA ADAT NUNGNUNG KECAMATAN PETANG KABUPATEN
BADUNG |
|
|
|
|
|
|