Salah satu upacara yang diselenggarakan di Pura
Batu Madeg setiap Tilem Sasih Kesanga adalah Aci Penaung Bayu.
Upacara ini sejatinya bertujuan untuk mengisi atau menguatkan
tenaga kepada semua makhluk hidup. Apa sesungguhnya makna yang
dapat dipetik dari upacara tersebut?
JIKA diartikan secara harfiah,
penaung bayu berasal dari kata penaung dan bayu. Penaung berasal
dari kata ''naung'' yang dalam bahasa Bali artinya mengisi atau
menambahkan. Sedangkan ''bayu'' dalam bahasa Bali artinya tenaga.
Tetapi, ada juga yang mengartikan angin. Kadang-kadang ada juga
yang mengartikan darah, tergantung konteks kalimatnya. Dengan
demikian kata ''penaung bayu'' artinya menambah tenaga.
Tenaga dalam makhluk hidup bersumber dari makanan.
Hal itu jelas dinyatakan dalam Bhagawad Gita
III. 14 bahwa kehidupan makhluk hidup berasal dari makanan. Sementara
makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan berasal
dari air atau hujan. Adanya hujan karena yadnya dari proses alam.
Yadnya itu adalah karma. Karma berarti kerja atau perbuatan. Hujan
akan jatuh apabila manusia senantiasa berbuat untuk menjaga lestarinya
sumber-sumber makanan. Sumber makanan itu adalah tumbuh-tumbuhan
sebagaimana dinyatakan dalam Bhagawad Gita di atas.
Upacara Penaung Bayu ini sebagai media untuk
mengingatkan umat lewat ritual sakral agar secara spiritual semakin
sadar bahwa memelihara sumber-sumber tenaga hidup sesuatu yang
amat penting. Karena itu setiap umat manusia di kolong langit
ini wajib memelihara sumber-sumber makanan tersebut. Dewa Wisnu
adalah manifestasi Tuhan sebagai dewanya air. Air itu berasal
dari hujan. Hujan merupakan proses alam, dari air laut yang menguap
menjadi mendung. Karena proses alam, mendung itu menjadi hujan.
Kalaupun ada hujan, jika hutan tak terpelihara dengan baik, air
hujan itu akan bablas mengalir ke laut lagi. Kalaupun ada hutan,
jika tidak terpelihara dengan baik, apalagi daerah resapan tidak
berfungsi maka siklus hidup sarwa prani tidak bisa berjalan sebagaimana
mestinya. Karena itu, Aci Penaung Bayu ini memiliki arti yang
sangat luas dan universal dalam wujud lokal. Sebab, Penaung Bayu
artinya terus-menerus menguatkan dan memelihara tenaga kehidupan.
Memelihara tenaga hidup itu ada dua, yaitu di bhuwana alit dan
bhuwana agung. Di bhuwana agung manusia harus membantu proses
alam untuk menghasilkan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan makanan
utama dari semua makhluk hidup. Manusia harus bekerja agar proses
alam itu benar-benar dapat berjalan dengan sebaik-baiknya untuk
menghasilkan bahan makanan berupa tumbuh-tumbuhan.
Selanjutnya manusia harus juga mendapatkan bahan
makanan itu dengan cara yang benar. Jika makanan yang diperoleh
dengan cara melanggar dharma, itu dapat mengotori jiwa. Demikian
juga manusia harus dapat memilih makanan yang satvika. Mengkonsumsi
makanan yang satvika sangat dianjurkan oleh sastra suci agama
Hindu seperti dalam Bhagawad Gita. Memasukkan makanan ke bhuwana
alit harus makanan yang terpilih atau yang satvika. Demikian juga
jenis makanan itu harus juga seimbang. Di samping itu, memasak
makanan harus juga dengan cara yang benar dan tepat, sehingga
tidak kehilangan zatnya yang berguna bagi hidup. Demikian juga
orang yang memasak makanan itu harus berjiwa murni agar makanan
tidak terkontaminasi oleh sifat buruk orang yang memasaknya.
Dalam ilmu kesehatan juga dinyatakan bahwa makanan
itu akan tidak dapat memberikan tenaga atau bayu yang prima kalau
pola makannya juga tidak benar. Kalaupun pola makan itu benar
dan tepat, kalau gaya hidup atau vihara seseorang tidak mendukung,
makanan itu juga bisa tidak berfungsi prima memberikan tenaga
atau bayu kepada manusia dan makhluk hidup.
Aci Penaung Bayu di Pura Batu Madeg memiliki
dimensi yang sangat luas dan universal, karena menyangkut aspek
yang sangat esensial dalam hidup ini. Karena itu sangat diperlukan
upaya nyata untuk menegakkan dan menyebarluaskan makna dari nilai-nilai
universal yang dikandung oleh upacara Aci Penaung Bayu di Pura
Batu Madeg. Sebab, pada hakikatnya Penaung Bayu itu sebagai upaya
untuk terus-menerus menjaga kesehatan, kesegaran dan kebugaran
hidup manusia agar dapat memelihara aspek-aspek yang menyangkut
penguatan tenaga hidup yang disebut bayu tersebut. Ia tidak semata
menjaga kecukupan tumbuh-tumbuhan bahan makanan saja. Tetapi menyangkut
aspek yang demikian luas agar semua makhluk hidup dapat terus-menerus
memiliki tenaga yang memadai agar ia dapat berfungsi dengan sebaik-baiknya
sesuai dengan kodratnya.
Manusia sebagai ciptaan Tuhan harus cerdas mengembangkan
berbagai sumber tenaga hidupnya seperti tumbuh-tumbuhan dengan
beraneka jenisnya.
Jangan sampai Indonesia yang sumber daya alamnya
amat kaya, tetapi sampai kekurangan bahan pangan. Bila perlu masyarakat
Indonesia berusaha secara terus-menerus melatih penduduknya untuk
mengembangkan konsep makanan yang berasal dari aneka tumbuh-tumbuhan.
Jangan hanya tergantung pada beras semata.
Tujuan Aci Penaung Bayu adalah untuk mendoakan
dan dengan usaha nyata agar semua makhluk hidup senantiasa dapat
terus-menerus menjaga tenaga hidup atau bayu. Ini berarti banyak
sesungguhnya umat manusia memiliki peluang untuk mengembangkan
berbagai jenis sumber bahan makanan agar tidak tergantung pada
satu jenis sumber tenaga hidup atau bayu saja. Dalam menyelenggarakan
Aci Penaung Bayu di Pura Batu Madeg sesungguhnya banyak hal yang
dapat diprogramkan secara nyata untuk menjaga segala jenis sumber
tenaga hidup di bumi ini.
* wiana
|