PURA Ulun Kulkul dalam Pangider-ider
Pura Catur Dala yang berada di wilayah barat dari Pura Penataran
Agung Besakih.
Mengapa pura ini disebut Pura Ulun Kulkul, karena di Pura ini
terdapat hulunya Kulkul di seluruh Bali. Di pura ini umat mohon
taksu kalau membuat kulkul atau kentongan sebagai alat komunikasi
tradisional. (Mestinya dalam alam modern ini, kita bisa mohon
taksu untuk ponsel kita, agar kondisinya tetap prima dan tidak
mudah terganggu).
Fungsi utama dari Pura Ulun Kulkul ini adalah sebagai media pemujaan
Tuhan Yang Mahaesa dalam manifestasinya sebagai Dewa Mahadewa.
Pelinggih utama sebagai pemujaan Bathara Mahadewa adalah di Pelinggih
Gedong Sari (7). Pelinggih ini berbentuk segi empat beratap ijuk
agak meruncing keras. Pelinggih ini letaknya di arah tenggara
dari areal Pura Ulun Kulkul dan diapit oleh Palinggih Pepelik
(5 & 6) sebagai tempat mengaturkan upakara saat ada upacara
besar atau kecil. Dua Pelinggih Pepelik ini sebagai tempat mengaturkan
dua macam upakara. Dalam Sarasamuscaya ada disebutkan persembahan
itu ada dua jenis yaitu Ista dan Purta. Ista adalah upakara sebagai
media permohonan untuk mengembangkan niat-niat spiritual untuk
membangun kemajuan jiwa. Sedangkan Purta simbol permohonan untuk
memajukan kesejahteraan hidup duniawi. Karena itu di Pura Ulun
Kulkul diadakan setiap Tilem Sasih Ketiga di upacara Pengurip
Bumi. Bumi ini ke bawah memiliki tujuh lapisan yang disebut Sapta
Patala. Kalau masing-masing lapisan ini berfungsi dengan sebaik-baiknya
maka kehidupan di permukaan bumi ini akan berlangsung dengan baik.
Di semua lapisan-lapisan bumi ini ada kemahakuasaan Tuhan sehingga
lapisan bumi ini dapat berdinamika sesuai dengan hukum Rta. Kalau
lapisan bumi ini dapat berfungsi sesuai dengan hukum Rta maka
sumber-sumber alam akan berfungsi sebagai sumber kehidupan bagi
makhluk hidup di permukaan bumi ini. Karena itu Pura Ulun Kulkul
sebagai media untuk memohon agar tanah seperti sawah, ladang maupun
hutan dapat menjadi tempat tumbuhnya tanam-tanaman dengan suburnya.Sementara
kulkul besar hulu dari kulkul di Bali diletakkan di Pelinggih
Bale Agung (2) bertiang delapan.
Di Bali kalau ada umat atau desa membuat kulkul, pada saat melaspas
kulkul-nya umat nunas tirtha di Pura Ulun Kulkul ini agar kulkul-nya
mataksu ditaati oleh umat. Memang sebagian besar kompleks Pura
Besakih ini sebagai hulunya berbagai pemujaan umat Hindu yang
ada di seluruh Bali. Oleh karena itu sudah sangat tepatlah Pura
Besakih berkedudukan sebagai Huluning Bali Rajya. Artinya kepalanya
Pulau Bali. Sedangkan pusatnya adalah Pura
Pusering Tasik.Fungsi kulkul sesungguhnya sebagai sarana untuk
memohon adanya suasana yang rukun, aman dan damai. Karena salah
satu tujuan hidup bersama adalah mendapatkan rasa aman dan sejahtera.
Dalam Manawa Dharmasastra 1.89 disebut Raksanam dan Dhanam. Raksanam
artinya mohon keamanan dan Dhanam artinya memohon kesejahteraan
ekonomi. Dua kebutuhan rakyat dalam kehidupan bersama ini menjadi
tanggung jawab para pemimpin.Karena itu Raja sebaga Ksatria didampingi
oleh Bhagwanta atau pendeta istana menekankan pendirian Pura Besakih
termasuk Pura Ulun Kulkul ini. Kalau ada anggota masyarakat yang
diduga berbuat salah seperti mencuri atau perbuatan yang melanggar
hukum lainnya, maka di Pura Ulun Kulkul inilah diselenggarakan
upacara ''Penyumpahan''. Hal ini untuk membuat umat menjadi takut
berbuat melanggar hukum. Penyumpahan ini sebagai bukti bahwa Pura
Ulun Kulkul sebagai media untuk membangun rasa aman atau Raksanam.Penyumpahan
ini bertujuan untuk menanamkan pada lubuk hati umat bahwa kalau
mereka melanggar hukum Tuhan pasti tahu. Inilah cara menanamkan
cara pengawasan oleh diri sendiri agar umat menjaga prilakunya.
Dengan demikian Raja akan lebih mudah membangun rasa aman dalam
kerajaannya.
Pura Ulun Kulkul juga berfungsi sebagai Pura untuk memohon keselamatan
''Sarwa Mule''. Yaitu barang-barang berharga seperti emas, perak,
dan batu-batu permata yang diyakini memiliki tuah spiritual. Karena
benda-benda ini bentuknya kecil sehingga sangat mudah hilang,
apa lagi zaman dahulu tidak ada peti besi (bran-kaas, safety deposit
box) seperti sekarang untuk menyimpan benda-benda berharga itu.
Dengan memuja Tuhan sebagai Bhatara Mahadewa umat yakin akan keamanan
barang-barang mereka yang berharga itu. Demikian juga umat yakin
kalau memiliki barang-barang berharga mereka mohonkan Tirtha di
Pura Ulun Kulkul sebagai stana Dewanya ''Sarwa Mule''. Hal itu
diyakini akan mendapatkan perlindungan dari Bhatara Mahadewa.
Demikian juga para pencuri akan takut mencuri barang-barang yang
sudah dimohonkan perlindungan di Pura Ulun Kulkul.Kalau mereka
berani mencuri mereka akan segera ketahuan atau akan mendapatkan
''pastu'' dari Bhatara Mahadewa. Cara pengamanan ini bersifat
Niskala. Pada zaman modern sekarang ini keyakinan orang pada hal-hal
Niskala itu agak menipis, karena itu pengamanan Niskala itu hendaknya
disertai dengan pengamanan Sekala. Di samping itu menurut ajaran
Hindu dalam hidup ini memang tindakan manusia harus selalu diupayakan
seimbang antara tindakan Sekala dan Niskala.Pura Ulun Kulkul sebagai
media untuk menanamkan nilai-nilai keseimbangan itu yang diawali
dari melakukan upaya Niskala untuk memperoleh rasa aman sebagai
salah satu unsur yang mutlak untuk mendapatkan hidup yang harmonis.
|