Pura Penataran Agung - Mandala 5, 6 dan 7
48 Meru tumpang 3 Pelinggih Ida Ratu Ayu Magelung
49 Bale Pepelik
50 Bale Pepelik
51 Meru tumpang 11 Pelinggih Ida Sang Hyang Wisesa
52 Gedong Pelinggih Ida Ratu Bukit Tengen
53 Gedong Pelinggih Ida Ratu Bukit Kiwa
MANDALA KETUJUH

Di Mandala paling atas, ada bidang yang dibiarkan kosong, tidak ada pelinggihnya. Itulah Mandala ke tujuh, lambang kekosongan alam sunya. Memang tidak luas, ditumbuhi rumpun bambu sumpit.

Bagi para spiritualis, Mandala ketujuh ini melambangkan alam akhir yaitu sesudah segalanya di-pralina (lenyap sempurna), sekaligus awal sebelum adanya penciptaan, karena kehidupan berputar tanpa henti.

 

MANDALA KEENAM

Pada Mandala ini terdapat hanya dua gedong yang melambangkan penciptaan Hyang Widdhi yang pertama, yaitu Rwa Bhinneda. Karena itu kedua pelinggih gedong ini disebut sebagai pelinggih Rwa Bhinneda. Disebut pula sebagai Pelinggih Purusa- Pradana. Mandala keenam ini melambangkan cikal bakal kehidupan. Bentuk pertama yang tercipta setelah kesunyian alam kosong adalah Rwa Bhinneda ini, dari sini lah terbentang alam semesta. Sampai kapan pun Rwa Bhinneda tetap menjiwai tetap ciptaan di jagat raya.

Dua pelinggih di kawasan mandala keenam ini adalah:

  52. Gedong Pelinggih Ida Ratu Bukit Tengen
  Gedong Pelinggih Ida Ratu Pameneh, atau linggih Ratu Pradana, di mana distanakan Ida Dewi Danuh (Ida Bhatari Gunung Batur), Putri Hyang Pasupati.  
     
  53. Gedong Pelinggih Ida Ratu Bukit Kiwa
  Gedong Pelinggih Ida Ratu Pucak, atau linggih Ratu Purusa, sebagai stana yang dipersembahkan kepada Hyang Putranjaya (Ida Bhatara Gunung Agung), putra Hyang Pasupati.  
     
 

MANDALA KELIMA

Mandala kelima ini melambangkan kekuatan dan keberadaan yang timbul dan bersumber dari Rwa Bhinneda, yaitu Sekala dan Niskala.

Unsur-unsur yang terdapat pada mandala ini:

  48. Meru Tumpang 3
  Meru tumpang 3 tempat pemujaan pada saktinya Hyang Indra. Disebut Ida Ratu Mas Magelung.  
     
  49 & 50. Bale Pepelik
  Tempat meletakkan sesaji.  
     
  51. Meru Tumpang 11
  Tempat pemujaan terhadap baginda Wikramawardhana, yang dalam Pararaton bergelar Bhra Hyang Wisesa Aji Wikrama. Wikramawardhana adalah raja kelima Majapahit yang memerintah berdampingan dengan istri sekaligus sepupunya, yaitu Kusumawardhani putri Hayam Wuruk, pada tahun 1389-1427. Nama aslinya adalah Raden Gagak Sali. Ibunya bernama Dyah Nertaja, adik Hayam Wuruk, yang menjabat sebagai Bhre Pajang. Sedangkan ayahnya bernama Raden Sumana yang menjabat sebagai Bhre Paguhan, bergelar Singhawardhana. Mengapa pelinggih beliau ada di Besakih kami kurang tahu, tetapi beliau juga dicandikan di Wisesapura yang terletak di Boyolangu (Tulungagung, Jatim).