|
Karya tari berlakon, tanpa dialog yang
pertama diciptakan di Bali oleh I
Wayan Beratha pada tahun 1961. Mengisahkan sebuah
legenda dari Buleleng
yang terkenal, Jayaprana - Layonsari.
|
Dua anak desa, I Nyoman Jayaprana
(abdi kesayangan Raja Kalianget) bertemu dengan Ni
Nyoman Layonsari (putri Jero Bandesa Banjar Sekar).
Sejak pertemuan mereka di suatu pasar, Jayaprana dan
Layonsari saling jatuh cinta yang akhirnya bersepakat
untuk kawin. Perkawinan ini tidak bertahan lama karena
Raja Kalianget tergila-gila pada kecantikan Ni Layonsari.
Dengan menggunakan segala tipu muslihat untuk memisahkan
pasangan baru ini. I Jayaprana di utus ke Teluk Terima
bersama Patih Sawunggaling yang kemudian menikamnya
di sebuah hutan sehingga tewas. Dengan berpura-pura
meratapi kematian abdi kesayangannya, sambil menawarkan
belas kasihan, Prabu Kalianget merayu Ni Layonsari
agar mau dibawa ke puri. Permintaan ini ditolak mentah-mentah
oleh Ni Layonsari yang telah mengetahui suaminya telah
dibunuh oleh suruhan sang raja. Tak sudi menerima
perlakuan seperti itu sang raja merasa berang, lalu
memaksa Ni Layonsari. Ketika terjadi pergumulan dengan
sang raja, Ni Layonsari menarik keris sang raja untuk
menikam dirinya sendiri. Melihat hal ini sang raja
menjadi kalap lalu membunuh setiap orang yang mendekat
padanya. Kisah ini berakhir secara tragis dengan tewasnya
raja Kalianget di tangan rakyatnya sendiri.
|
|
|
|