Kesenian Bali

TARI KONTEMPORER
Cak Subali Sugriwa

Dramatari yang berpangkal pada dramatari Cak ini ciptaan I Wayan Dibia bersama mahasiswa dan dosen ASTI Denpasar. Cak baru yang diciptakan pada tahun 1976 ini sudah tampil beberapa kali di arena Pekan Kesenian Bali, dan pada acara pagelaran lainnya, baik yang bertaraf nasional maupun internasional, di dalam maupun di luar negeri. Yang tidak kalah menariknya adalah pengaruh Cak ini sudah nampak pada pertunjukan akhir-akhir ini. Pola-pola gerak, teknik kakilitan suara cak, dan konfigurasi cak Subali dan Sugriwa kini sudah muncul ke dalam pertunjukan Cak futuristik.

Cak Subali-Sugriwa adalah sebuah garapan baru yang melakonkan pertempuran Subali dan Sugriwa. Adapun lakon yang dibawakan berjudul Kuntir yang mengisahkan perselisihan antara Subali dan Sugriwa. Kisah ini diawali dengan kedatangan Hyang Indra ke tempat Subali dan Sugriwa bersemedi. Hyang Indra meminta kedua putra Resi Gotama ini untuk membunuh Raksasa Lembu Sura dan Mahisa Sura. Jika mereka berhasil, beliau akan memberikan hadiah seorang putri cantik bernama Dewi Tara. Demi ketentraman kahyangan, Subali dan Sugriwa menyatakan kesanggupannya. Ketika Subali masuk istana goa untuk menyerang kedua raksasa ini, ia meminta Sugriwa menutup goa dengan sebuah batu besar, agar kedua raksasa itu tidak melarikan diri. Namun ketika cairan merah dan putihpun keluar dari dalam goa yang ditafsirkan oleh Sugriwa bahwa kakaknya sudah mati terbunuh.

Kisah selanjutnya dari lakon Kuntir ini adalah sama dengan yang terjadi dalam cerita Kiskenda Kanda. Sementara teknik kakilitan suara "cak - cak - cak" masih dipergunakan di dalam cak modern ini, formasi lingkaran berlapis-lapis mengelilingi lampu, seperti yang dilakukan kepada cak "tradisional", ditiadakan atau dikurangi. Para penari cak disebarkan di sekitar stage untuk membuat berbagai macam konfigurasi seperti gunung, batu-batuan tempat bertapanya Subali dan Sugriwa, goa, pepohonan, dan lain-lainnya sesuai dengan kebutuhan dekorasi cerita. Perubahan mendasar yang terjadi dalam cak ini adalah dalam hal gerak. Dalam cak ini semua penari bergerak secara aktif, secara berkelompok maupun perorangan. Ada bagian-bagian koreografi di mana penari berguling-guling di lantai atau berlari berhamburan sambil mengeluarkan suara menjerit atau ketawa-ketawa kecil secara tidak beraturan. Kadang kala ada gerak yang dilakukan secara cepat, dan ada juga secara lambat (slow motion). Lampu cak yang berbentuk piramid diganti dengan obor-obor yang dibawa oleh para penari.

Pada bagian akhir, perang antara Subali dan Sugriwa dilakukan di atas pundak orang-orang, dan mayat Subali dibungkus kain putih dan diusung keluar seperti yang terjadi dalam upacara kematian orang Bali.