Isi
Singkat Resi Waisnawa |
|
Pada
saat pemerintahan Ida Dewagung Airlangga di
Jawa Agama Siwa dan Buda disatukan dan keduanya
ini datang ke Bali yang dibawa oleh Mpu Kuturan
dengan Mpu Pradah.
Mpu Pradah beragama Buda, Mpu Kuturan beragama
Siwa.
Mpu Kuturan turun di Padang Karangasem, dan
di situlah beliau mendirikan parhyangan dan
memberi ajaran Siwa Buda.
Ketika Prabu Airlangga wafat, abu jenasah beliau
dipuja di Belahan dan dibuatkan patung Bhatara
Wisnu mengendarai Garuda.
Dengan demikian Ida Mpu menganut Siwa Waisnawa.
Kemudian pemerintahan Ida Dewagung Jayapangus
di Bali pada Çaka 1103 datanglah seorang
Mpu Gantaya dan Resi Aruna menganut paham Siwa
Waisnawa.
|
|
Kemudian
Resi Waisnawa berubah menjadi Sangguhu Waisnawa,
Sang Siwa Pasupati sebagai Brahmana, Sang Buda
Mahayana menjadi Boda anak Sang Siwa Waisnawa
menjadi Sengguhu Bujangga.
Siwa Waisnawa melaksanakan upacara penangluk-merana
(hama) dengan Catur Stawa. Pebersihan/ Pelaksanaannya
diselenggarakan oleh Tri Sadaka seperti Pendeta
Siva, Pendeta Buda dan Sengguhu Bujangga.
Hikmahnya: Pendeta Siwa menyucikan ruang angkasa,
Buda menyucikan air (apah). Bujangga menyucikan
tanah (Pertiwi).
Tri Sadaka ini yang bertugas menyelesaikan segala
upacara-upakara seperti panca-yadnya.
Sang Brahmana patut menyucikan akasa atau sesajen
untuk para Dewa Sang Boda dapat, menyucikan
pitara pitara (roh leluhur) sedangkan Sang Guru
Bujangga dapat menyelesaikan upacara Dewa dan
Butakala.
Sri Aji Kepakisan bersama Ni Laksmini mempunyai
bergelar Dalem Ularan, dan beliau mempunyai
tiga orang putra yang bernama Ida Dalem Batur
Enggong.
Tetapi Sri Aji Kepakisan berguru dengan Brahmana
dan Ni Laksmini berguru dengan Sang Boda.
Diceriterakan Ida Dalem Watur Enggong bersama
putranya Ida Dalem Ularan mengalih ke Mangwi,
datanglah utusan yang ingin membunuh Ida Dalem
Waturenggong.
Putra Ida Dalem Waturenggong mengungsi ke Kaliwungu
bertahun-tahun, hingga sampai 10 tahun.
Ida ini menuntut kekuasaan setelah dewasa.
Putranya itu bernama Mukya Kaliwungu.
Ida Dalem Ularan menjadi Satria Klungkung dan
putranya bernama Dewa Gede Tamu dan Dewa Made
Ukiran serta putrinya Dewa Ayu Wadati.
Diceriterakan Sang Bujanggaresi Gurun dan Ni
Dayu Riris pindah dari Watu Wulan ke Jungutbatu
dan Gusti Mong Arig menempati desa Klating.
Kemudian Sang Bujangga Estiguru berganti nama
menjadi Ida Sang Bhujangga Kreta. Dan I Gusti
Mong Arig memerintah di Jungutan Batu berputra
empat orang yang bernama Si Ngurah Macan Poceh,
dan Si Ngurah Tohjaya, Si Ngurah Jungutbatu
serta Ni Dayu Songkrog.
Ida Sang Bujangga Kreta di Tohjaya mempunyai
lima orang putra yang bernama Ida Bagus Catra,
Ida Bagus Gatra, Ida Bagus Met dan Ida Bagus
Citra, Ida Bagus Gatra. Ida Bagus Gatra datang.
ke Badung banjar Titih.
Ida Bagus Buja berada di Tenganan, Ida Bagus
Bagendra diangkat oleh Resi Cakra dan bertahta
di Tambahu.
Ida Bagus Bagendra di Kayuputih atau Swanegara.
Ida Sang Estiguru berputra Ida Sang Guru Tahak
berstana di Batubulan.
Setibanya I Gusti Sakra, didatangi/ disambutlah
oleh para hamba beserta rakyat semua untuk mendengarkan
wejangan wejangannya mengenai cara menangluk-merana.
Hama tikus dan belalang sangit diusirnya dari
daerah persawahan untuk menghilangkan kemelaratan
|
|
Nama/
Judul Babad : |
Resi Waisnawa |
Nomor/
kode : |
Va. 4742. Gedong Kirtya, Singaraja |
Koleksi
: |
Geria Sunya, |
Alamat
: |
Kaba-kaba, Kadiri, Tabanan |
Bahasa
: |
Jawa Kuna Tengahan bercampur
Bali |
Huruf
: |
Bali |
Jumlah
halaman : |
23 halaman |
Ditulis
oleh : |
Geria Sunya |
|
|