Isi
Singkat Purana Bali Dwipa |
|
Didahului
dengan sembah pangastuti kepada mereka yang
telah mendahului.
Setelah Bali mengalami kehancuran di bawah Mayadanawa
dan setelah matinya Mayadanawa bertahta seorang
raja bernama Sri Kesari Warmadewa Çaka
804.
Aci-aci mulai lagi antara lain Hari Galungan.
Baginda Sri Kesari Warmadewa wafat Çaka
837 (915 Masehi).
Sri Kesari Warmadewa digantikan oleh putra baginda
bergelar Sri Ugrasena Warmadewa, seorang raja
yang bijaksana.
Baginda Sri Kesari Warmadewa wafat Çaka
864 (942 Masehi).
Sri Ugrasena Warmadewa digantikan oleh putra
baginda bergelar Sri Canda Baya Singa Warmadewa.
Baginda mendirikan Pura Tirta Empul Çaka
882 (960 Masehi).
Air suci yang memusnahkan racun yang disebarkan
oleh Mayadenawa.
Baginda Sri Canda Baya Singa Warmadewa wafat
Çaka 913 (991 Masehi).
Sri Canda Baya Singa Warmadewa digantikan oleh
putranya bergelar Maharaja Sri Dharma Udayana
Warmadewa dengan permaisuri Mahendradata Gunapriya
Darmapatni. Baginda suami istri memerintah amat
bijaksana dibantu oleh sebelas senapati, Agama
dan Kebudayaan berjalan sejajar dengan baik.
Baginda Udayana wafat tahun Çaka 940
(1028 Masehi) dimakamkan di Banyuweka.
Baginda berputra tiga orang: Sri Erlangga, Sri
Wardana Markata Tunggadewa Sri Aji Wungan.
Yang menggantikan Sri Udayana adalah Mahendradata
dengan putranya yang kedua.
Setelah Mahendradata dan putranya Sri Markata
Pangkaja Tunggadewa wafat, maka digantikan oleh
Sri Aji Wungsu Çaka 971 (1049 Masehi).
Mahendradata dimakamkan di Bukit Burwan. Sri
Markata Pangkaja Tunggadewa dimakamkan di Gunung
Kawi.
Sri Anak Wungsu, pertama digantikan oleh Ratu
Sakalindu Kirana, Sri Suradipa, dan Sri Jayasakti.
Sri Anak Wungsu wafat tahun Çaka 999
(1077 Masehi) dimakamkan di Gunung Kawi.
Ratu Sakalindu menggantikan sampai dengan tahun
Çaka 1023 (1101 Masehi). Sri Suradipa
sampai dengan tahun Çaka 1041 (tahun
1129 Masehi).
Sri Jayasakti sampai dengan tahun Çaka
1072 (1150 Masehi).
Sri Jayasakti digantikan oleh putranya bernama
Sri Jaya Pangus.
Keamanan terjamin dan ajaran agama berkembang
dengan pesat.
Baginda bertahta hingga tahun Çaka 1103
(1181 Masehi).
Jenasahnya dimakamkan di Dharma Anyar.
Putra Baginda dua orang: Sri Hikajaya dan Sri
Danadiraja.
Sri Jaya Pangus digantikan oleh Sri Hikajaya
hingga tahun Çaka 1122 (tahun 1200 Masehi).
Pura dan agama tidak mendapat perhatian.
Baginda digantikan oleh adiknya yaitu Sri Danadiraja
hingga tahun Çaka 1126 (1204 Masehi).
Agama juga tidak mendapat perhatian.
|
|
Sri
Danaraja digantikan oleh putranya yang bergelar
Sri Jaya Kasunu, baginda melakukan samadi untuk
memperoleh restu dewata agar mengadakan perbaikan
pada Pura dengan aci-acinya terutama di Besakih:
Juga agar melaksanakan kembali tata upacara
Hari Galungan.
Baginda bergelar Bhatara Sri Parameswara.
Pulau Bali kembali aman dan tentram. Baginda
berputra (buncing) yang laki bernama Sri Masula
dan adiknya bernama Sri Masuli.
Sri Kertanegara (raja Singasari) menguasai Bali
dengan senapati bernama Kebo Parud.
Kemudian Sri Kertanegara dikalahkan oleh Kediri
(Jayakatong) tahun Çaka 1222 (1300 Masehi).
Sri Jayakasunu digantikan oleh putra-putrinya
yaitu Sri Masula Masuli dengan gelar Bhatara
Mahaguru Darma Utangga Warmadewa dengan ibu
kota kerajaan Batu Anyar.
Bali aman kembali Kebo Parud tidak berada di
Bali lagi.
Baginda bertahta sampai dengan tahun Çaka
1250 (1328 Masehi).
Sri Masula Masuli digantikan oleh Putranya,
Sri Tapolung bergelar Bhatara Asta Asura Ratna
Bumi Banten.
Dalam pemerintahannya dibantu oleh para Senapati,
dengan patih utama Ki Pasung Grigis, Ki Kebo
Waruya, putra Ki Karang Buncing berkat yoga
samadi Mpu Sidhimantra.
Pada masa itu datang ekspedisi kerajaan Majapahit
oleh Gajah Mada dan Arya Damar dan para Arya
yang lain.
Terjadi pertempuran antara pasukan Bali dan
Majapahit, Bali mengalami kekalahan dan dikuasai
Majapahit pada tahun Çaka 1265 (1343
Masehi).
|
|
Nama/
Judul Babad : |
Purana Bali Dwipa |
Koleksi
: |
A A Raka Parta |
Alamat
: |
Puri Blahbatuh, Blahbatuh,
Gianyar |
Bahasa
: |
Jawa Kuna |
Huruf
: |
Bali |
Jumlah
halaman : |
12 lembar(1 a s/d. 12 b) |
|
|