|
Isi
Singkat Piagem Arya Pinatih |
|
Pertama
dijelaskan bahwa cerita ini adalah asal mula
piagam Ki Arya Pinatih, disela dengan Sloka.
Mpu Sidhimantra, empat bersaudara Mpu Smaranatha,
Mpu Sidhimantra, Mpu Panawasikan, Mpu Kapakisan.
Ketiga orang bersaudara Mpu Sidhimantra telah
mempunyai keturunan.
Mpu Sidhimantra memperoleh putra dari kekuatan
yoganya, diberi nama Bang Manik Angkeran.
Mpu Sidhimantra seorang pemeluk Buddha.
Bang Manik Angkeran, amat gemar berjudi berkeliling.
Mpu Sidhimantra selalu mengadakan yoga di Basukih,
sering memperoleh hadiah berupa harta benda
dari Sang Naga Basukih, namun selalu habis untuk
berjudi oleh Bang Manik Angkeran.
Bang Manik Angkeran, pergi ke Basukih meniru
perbuatan Mpu Sidhimantra. Setelah memperoleh
hadiah, ia belum puas, maka dipotong ekor Sang
Naga, karena ingin memiliki permata yang ada
pada ekor Sang Naga.
Sang Naga marah, seraya membakar Bang Manik
Angkeran, dengan api kesaktiannya, hingga menjadi
abu.
Mpu Sidhimantra menghadap Sang Naga, memohon
ampun, dan memohon agar putranya dihidupkan
kembali.
Dengan syarat Sang Pendeta mengenakan kembali
permata itu.
Semua itu dilakukan dengan segera, atas bantuan
Bhagawan Wiswakarma.
Selanjutnya Sang Mpu Sidhimantra mengantarkan
putranya diserahkan kepada Sang Naga Basukih
sebagai abdinya.
Sang Pendeta kembali ke Jawa, dan memutuskan
tanah Jawa dengan Bali, terciptanya Selat Bali
(Segara Rupek).
Bang Manik Angkeran, berjumpa dengan Ki Dukuh
yang sedang duduk di Ujung gagang pacul yang
sedang berdiri.
Ia pun jengkel melihatnya.
Kemudian terjadi dialog antara Bang Manik Angkeran
dengan Ki Dukuh tentang asal-usul dirinya.
Selanjutnya mereka bertanding saling memamerkan
kesaktiannya.
De Dukuh Belatung merasa kalah, maka ia menyerahkan
seluruh daerah beserta isinya, yang semula dikuasai
oleh Dukuh Belatung.
Sang Bang Manik Angkeran menikah dengan seorang
putri Ki Dukuh bernama Ni Luh Warsiki, berputra
Ida Bang Banyak Wide.
Sang Manik Angkeran, beristri pula seorang bidadari
berputra Ida Bang Tulusdewa, dan putri I Pasek
Wayabya yang bernama Ni Luh Murdani berputra
Ida Bang Kajakawuh.
Ida Bang Banyak Wide ingin kembali ke Majapahit,
hendak menghadap Mpu Sidhimantra. Hal itu dirundingkan
bersama kakak dan adiknya yang dikuatkan dengan
sumpah setia bersaudara.
Ida Bang Banyak Wide, tiba di daerah Erlangga
berjumpa dengan seorang Mpu bernama Mpu Sedah.
Setelah Mpu Sedah mendengar keterangan tentang
asal-usul Ida Bang Banyak Wide, Mpu Sedah menawarkan
agar mau tinggal padanya sebagai ahli waris.
Ida Bang Banyak Wide tidak menolak, dan selanjutnya
dari umat pemeluk Buddha beralih menjadi pemeluk
Siwa.
Ida Bang Banyak Wide bertemu dengan Ni Gusti
Ayu Pinatih putri Ki Arya Belitung. Mereka pun
kawin, dan atas persetujuan Mpu Sedah dan Ki
Arya Belitung, Ida Bang Banyak Wide dijadikan
Arya Pinatih.
Mpu Sedah memberikan sebilah keris bernama I
Brahmana, juga diberikan pedoman tata cara melaksanakan
upacara kematian sampai dengan kurun waktu berkabung.
Juga tata cara mengatur hubungan kekeluargaan.
Upacara pernikahannya dipuja oleh pendeta Siwa
Buddha.
Ida Bang Banyak Wide memperoleh putra Ni Gusti
Ayu Pinatih bernama Ida Bang Bagus Pinatih.
Ida Bang Bagus Pinatih berputra Ida Bagus Pinatih.
Dan Ida Banyak Wide menasihatkan kepada anak
cucunya, bahwa telah menjadi Arya. Maka Ida
Bagus Pinatih berubah namanya menjadi Ki Arya
Pinatih, mewarisi kekuasaan Ki Arya Belitung.
Ki Arya Pinatih berputra Sirarya Pinatih Kejot,
Sirarya Pinatih Resi, Sirarya Bija Pinatih.
|
|
Terjadi
ekspedisi Gajah Mada ke Bali, Bali mengalami
kekalahan.
Datang seorang Adipati (Dalem Kresna Kepakisan)
didampingi oleh para Arya, termasuk di dalamnya
Sirarya Pinatih beristana di Kretalangu.
Raja berkedudukan di Samprangan, dan para Arya
yang lain ditempatkan tersebar di desa-desa.
Dalem Samprangan (putra Sulung Dalem Kresna
Kepakisan) tidak mampu mengendalikan kerajaan.
I Gusti Kubon Tubuh, mencari Dalem Ketut ke
Pandak, dijadikan raja beristana di Gelgel.
Diceriterakan tentang kerajaan Gelgel yang diperintah
oleh Dalem (raja-raja) silih berganti.
Tersebut Dalem Seganing yang banyak mempunyai
istri dan anak.
Sirarya Kenceng memohon seorang putra Dalem
untuk dijadikan raja Badung.
Yang terpilih di antara putra-putra baginda
Dalem Seganing adalah I Dewa Manggis. Sangat
disayang oleh Arya Kenceng. Kemudian I Dewa
Manggis merebut calon istri Ki Rurah Putu Pamecutan
(putra Sirarya Kenceng) bernama Ni Gusti Ayu
Nila Wati (putri I Gusti Resi Pinatih), I Dewa
Manggis hendak dibunuh, namun berhasil diselamatkan
oleh I Gusti Resi Pinatih.
Karena merasa terancam Ki Arya Pinatih menyembunyikan
I Dewa Manggis, maka dianjurkan agar mengalih
ke tempat lain, dan diberikan seorang putri
Ki Arya Bija Pinatih bernama Ni Ayu Pahang,
agar mengikutinya.
Keduanya dijadikan istri.
Perjalanan mereka diiringkan oleh warga Ki Arya
Pinatih.
Akhirnya I Dewa Manggis menetap di Hutan Bengkel.
Pengiringnya semua kembali, setelah Ki Arya
Pinatih memberikan I Dewa Manggis dua orang
abdi.
I Gusti Ngurah Resi dan I Gusti Ngurah Bija
telah meninggal digantikan oleh putra- putranya
I Gusti Ngurah Gde Pinatih dan I Gusti Made
Ngurah Pinatih dan lain-lain tetap berkedudukan
di Kretalangu.
I Gusti Ngurah Agung dari Gelgel pergi ke Besakih
akan melihat bangunan pura yang sedang dikerjakan,
mampir di pondok Sang Tulusdewa.
Setelah berdialog asal-usul, Ida Sang Tulusdewa
diajak ke Besakih, membantu tukang-tukang itu.
Kagum I Gusti Ngurah Agung melihat kecakapan
Ida Tulusdewa bekerja semakin kasih kepadanya.
Pada suatu malam mereka beristirahat sambil
bincang-bincang, Ida Tulusdewa memberikan penjelasan
mengapa Gunung Batur itu menyala/ keluar api.
Selanjutnya Sanghyang Mahadewa memberikan kesaktian
pada I Gusti Ngurah Agung dan bergelar Ki Nglurah
Agung Maruti.
Ki Nglurah Agung Maruti kembali ke Gelgel bersama
dengan Ida Tulusdewa.
Dan diberikan putrinya bernama Ni Gusti Ayu
Mranggi (Buringkit?) dijadikan istri.
Setelah beristri Ida Tulusdewa kembali ke Bukcabe.
Kemudian mempunyai seorang putra bernama Ida
Sang Bang Penataran.
Sang Bang Penataran berputra Sang Bang Singarsa.
Sang Bang Singarsa berputra Sang Bang Sidemen.
Sang Sidemen mempunyai seorang putri bernama
Ni Dayu Puniawati dilamar oleh Ki Arya Pinatih,
Tetapi ditolaknya.
Setelah diberi penjelasan tentang asal-usul
diri Ki Arya Pinatih, lamaran itu diterima dan
mulai saat itu Sang Bang Sidemen ikut menjadi
Arya bernama Ki Arya Sidemen.
Sang Bang Kajakauh tidak menyetujui dan ia pun
pergi meninggalkan tempatnya itu.
Lama kemudian Ki Dukuh Bale Agung, mertua Ki
Arya Pinatih mohon ijin akan kembali ke alam
baka (moksah). Ki Arya Pinatih tidak yakin,
bahkan mengerahkan rakyatnya agar datang menyaksikan
serta membawa alat pemukul bila Ki Dukuh tidak
mampu moksah agar dipukuli.
Ternyata Ki Dukuh berhasil moksah, Ki Arya Pinatih
dikutuk agar meninggalkan Kretalangu dikalahkan
oleh semut.
Rakyat Ki Arya Pinatih mulai terganggu.
Juga Ki Arya Pinatih, ke mana pun perginya dikeroyok
oleh semut, berbagai usaha dilakukan untuk mengusir
semut itu, namun tidak berhasil.
Akhirnya pindah ke Ebun, kemudian ke Pahang,
akhirnya menyeberang sungai bermukim di Tegal
Kapal.
Dari sana mereka berpindah-pindah lagi sampai
ada yang ke Talikup di Tegal Temesi bernama
I Gusti Ngurah Made, dan Ki Gusti Ngurah Gde
di Tulikup.
Kemudian dari Tulikup Ki Arya Pinatih pindah
ke Sulang.
Rakyatnya disebar di desa-desa.
Dari sanak saudara keturunan-keturunannya menyebar
ke desa-desa di Bali.
Catatan piagam Pinatih ini ditulis oleh Resi
Raja Muka, berdiam di Satriya, Klungkung.
Ditulis kembali oleh Ida Brahmana Walaka, di
Griya Banjar Lebah desa Sumerta, Kesiman, Badung,
selesai Hari Sabtu, Wage, Julungwangi, Sasih
ke-4, Çaka 1873 (1941 M).
|
|
Nama/
Judul Babad : |
Piagem Arya Pinatih |
Koleksi
: |
I Gusti Gde Taji |
Alamat
: |
Desa Sidemen, Kecamatan Sidemen,
Kabupaten Karangasem. |
Bahasa
: |
Jawa |
Huruf
: |
Bali |
Jumlah
halaman : |
29 lembar (1 a s/d 29 a) |
|
|
|
|
|
|
|