Isi
Singkat Lalintih Pura Ring Jagat Marga |
|
Diceriterakan
dari awal, ada seorang Manggala I Nyoman Singa
bersama rakyatnya 9 orang mendirikan desa tempat
tinggal dan tempat pemujaan yang bernama Dalem
Sanggawang.
Di desa tersebut sering diganggu oleh seekor
Kijang.
Kemudian Sang Ratu Pering mengajak rakyatnya
merabas hutan untuk tempat tinggal.
Setelah desa tersebut baik menjadi tempat tinggal,
lalu diserang oleh semut sehingga penduduk menjadi
pindah dan sampailah di hutan Marga.
Adapun permaisuri beliau adalah Siluh Pacekan
dan istri selir bernama Ni Luh Jepun.
Ida Ratu Pering bersahabat dengan Ida Paranda
Batulumbang dan I Gusti Ungasan dari Tambangan
Badung.
Setelah lahir putranya yang bernama I Gusti
Batunduren.
Suatu ketika diceriterakan I Dukuh Titigantung
melaksanakan upacara dewa yadnya, datanglah
I Dukuh menghadap kepada Ida Sang Ratu untuk
menyaksikan upacara yang diselenggarakan.
Tetapi Ida Sang Ratu lupa dengan undangan I
Dukuh, Sang Ratu pergi berburu ke hutan mencari
kijang, namun tak berhasil akibat terhalang
oleh hujan angin yang deras.
Tetapi akibat halangan ini menjadikan Sang Ratu
menjadi ingat dengan undangan itu maka sang
Ratu datang ke pondok I Dukuh.
Dengan baktinya Dukuh menyangu Sang Ratu bersama
pengiringnya.
Dengan sangu yang dipersembahkan I Dukuh, prameswari
Sang Ratu Pering menjadi tersinggung, maka mohon
agar Sang Ratu membunuhnya I Dukuh.
Karena itu I Dukuh dibunuh oleh Para Manggala.
Diceriterakan I Gusti Ungasan Badung mampir
ke rumahnya I Dukuh sambil membawa barang dagangan
dilihat lah mayat I Dukuh.
Pada tengah malam, I Gusti Ungasan bermimpi
berbicara dengan I Dukuh, agar I Gusti Ungasan
mau membalas dendam dan senjata berupa ketupat
bantal yang bernama I Baru Bantal diberikan
kepada I Gusti Ungasan.
Setelah itu I Gusti Ungasan bertahta dan Ida
Sang Ratu Pering mengungsi bersama Ni Jepun
yang sedang hamil menuju hutan Marga.
|
|
Pada
saat memerintah, I Gusti Ungasan merabas pohon
kayu (bun), tiba tiba memancar air yang selanjutnya
menjadi sumur yang kini bernama Puser Tasik.
Pada saat Ni Jepun melahirkan lalu meninggal
dan putranya dipelihara oleh I Prabekel.
Ketika bayi ini tidur di tengah malam terlihat
dari ubun ubunnya bersinar Bayi ini bernama
Ida Arya.
Tetapi Ida Arya mengupayakan bersama Prameswari.
Sang Ratu, agar senjata pusaka I Baru Bantal
dan I Baru Upas didapatnya.
Sang Ratu Menyerahkan diri kepada putranya.
Diceriterakan kembali Sang Ratu Anom di istana
Perean mempunyai 5 orang yang tertua putranya
tinggal di Puri Marga dan yang kedua berada
di Puri Lebah.
Putrinya diambil oleh Raja Mangwi.
Suatu ketika didatangi oleh I Gusti Celuk Melayu.
Kemudian ada orang dari Timur mendirikan Pura
Kawitan bertempat di desa Beng bernama Pura
Gedong.
Juga didirikan kuburan baru dan Parhyangan Dalem
Tunon di Desa Anyar Bugbugan.
Karena itu Sang Ratu Marga tunduk kepada Sang
Ratu Mangwi.
Di situ mereka kerjasama untuk menyerang Raja
Badung.
Dengan percekcokan di dalam istana, maka Sang
Ratu Marga diutus ke Bangli, sesampainya di
Bangli atas perintah dari Raja Mangwi kepada
Raja Bangli Ratu Marga lalu dibunuh.
Mayatnya dibawa ke Marga.
Setelah Ratu Marga wafat, maka Raja Mengwi menguasai
Puri Marga.
Pada suatu ketika rakyat Sembung menghadap kepada
Ratu Marga untuk melaksanakan rencana mendirikan
Parhyangan Desa Sembung.
Sang Ratu sangat setuju dan mendukung rencana
tersebut.
Dengan ketulusan rakyat terhadap pemujaan baik
terhadap Tuhan maupun kepada para leluhurnya.
Setelah selesai parhyangan parhyangan itu dibagi
bagikan pemeliharaannya demi tetap tegaknya
parhyangan itu dan persatuan di kalangan rakyat
Marga.
|
|
Nama/
Judul Babad : |
Lalintih Pura Ring Jagat Marga
|
Nomor/
kode : |
Va. 4607, Gedong Kirtya Singaraja |
Koleksi
: |
Gusti Ketut Sedeng |
Alamat
: |
Marga, Tabanan |
Bahasa
: |
Jawa Kuna Tengahan |
Huruf
: |
Bali |
Jumlah
halaman : |
11 lembar |
|
|