Isi
Singkat Kawitan Arya Pinatih |
|
Tersebutlah
Sang Pandya Sidhimantra bersaudara 4 orang laki
laki yang tertua Danghyang Smaranatha, Sang
Pandya Sidhimantra, Danghyang Panawasikan dan
yang bungsu Danghyang Kapakisan.
Danghyang Smaranatha berputra Hyang Angsoka
dan Sang Pandya Wawu Rawuh.
Danghyang Panawasikan berputra Ni Patni Talaga
Urung.
Danghyang Kapakisan berputra Ida Bagus Kresna
Kepakisan.
Kemudian Sang Pandya Sidhimantra tidak mempunyai
putra, tetapi dengan yoga samadinya, dapat mohon
putra yang diberi nama Bang Manik Angkeran.
Bang Manik Angkeran menjadi seorang penjudi.
Karena berjudi siang malam, akhirnya Ida tidak
dapat pulang.
Dengan demikian Sang Pandya Sidhimantra mencarinya
ke sana ke mari dan sampailah di Gunung Tolangkir.
Di situlah Sang Pandya bertemu dengan Bhatara
Basukih dan mohon keterangan tentang putranya
yang menghilang tak kembali sejak lama.
Bhatara Basukih memberitahukan bahwa putranya
masih hidup serta akan pulang nantinya.
Kemudian Ida Manik Angkeran menghilang dan menghadap
kepada Basukih.
Bhatara Basukih menyambutnya dengan sabda manis.
Dengan demikian timbul nafsu jahatnya Ida Manik
Angkeran dengan memotong ekor si Naga Basukih.
Dalam hal ini Bhatara Basukih menjadi marah
serta mengutuknya sehingga menjadi abu.
Tak lama kemudian datang lagi Danghyang Sidhimantra
menanyakan keadaan putranya kepada Ida Bhatara.
Di situ Danghyang Sidhimantra mohon sangat agar
putranya dapat hidup kembali serta menjanjikan
menyerahkan putranya itu sebagai hamba kepada
Ida Bhatara Basukih.
Setelah hidup putranya, Pandya Sidhimantra kembali
ke Jawa.
Sesampainya di Gilimanuk, beliau membelah daratan
menjadi dua sehingga terjadilah Segara Rupek
(selat Bali).
Setelah lama Manik Angkeran di kemudian beliau
bertemu dengan Ki Dukuh Belatung yang sedang
duduk di atas pohon, maka Ida Manik Angkeran
menjadi marah dan menantangnya.
Di situlah Ki Dukuh Belatung mengadu kesaktian
dengan Ida Manik Angkeran.
Dalam pertengkaran ini Ida Manik Angkeran memperoleh
kemenangan serta mengambil putri Ki Dukuh yang
bernama Ni Luh Warsiki.
Di samping itu Ida mengambil istri lagi yang
bernama Ni Luh Murdani dari Tolangkir serta
seorang lagi istri bidadari.
Dari bidadari ini lahirlah Ida Bang Tulus Dewa
dan dari Ni Luh Warsiki lahir Ida Bang Banyak
Wide serta dari Ni Luh Murdani lahirlah Ida
Bang Kajakawuh.
Diceriterakan Ida Bang Banyak Wide pergi ke
Majapahit, dan sampailah di pintu gerbang rumah
Mpu Sedah.
Mpu Sedah melihat anak ini menjadi kaget serta
menanyakan asal usulnya.
Diceriterakan bahwa dirinya adalah putra dari
Sang Pandya Manik Angkeran.
Dengan demikian dipungutnya anak ini serta dipelihara
dengan baik.
Setelah dewasa Ida Bang Banyak Wide, kawin lah
dengan putri Ki Arya Bleteng.
Ki Arya Bleteng adalah bahudanda dari Sri Airlangga.
Putrinya ini bernama Ni Gusti Ayu Pinatih.
Dalam perkawinan ini diharapkan agar Ida Bang
Banyak Wide melanjutkan keturunan Ki Pinatih.
Dalam perkawinan ini juga lahirlah Ida Bang
Bagus Pinatih.
Ki Arya Bleteng berpesan agar Ida Bang Banyak
Wide menyembahnya ketika Ki Arya meninggal.
Di samping itu Ida Bang Banyak Wide mengambil
selir serta menurunkan Sirarya Bija Penatih.
Disebutkan Ida Bagus Kepakisan menurunkan Ida
Wayan Kepakisan yang nantinya bersama Si Tan
Kober, Tan Mundur, dan Tan Kawur dan Sirarya
Gajah Para bertempat di Tianyar.
Dalam pemberangkatan Sri Kresna Kepakisan ke
Bali diiringi oleh Pararya serta memerintah
di daerah Bali seperti:
Ida Dalem beristana di Samprangan, Ki Arya Tegeh
Kori di Badung, Ki Arya Kenceng di Pamecutan
Sirarya Pinatih di Puri Kretalangu serta Sirarya
Bija Pinatih mendirikan puri di Desa Bhun.
Di samping itu Ki Arya Kuta Waringin menguasai
wilayah Gelgel, Ki Arya Belog di Kaba Kaba dan
Buringkit, Arya Kenceng di Tabanan, Arya Kanuruhan
di Brangsinga, Tangkas, Pagatepan.
Kemudian Ida Dalem berpuri di Samprangan mempunyai
3 orang putra yang bernama Ida Dalem Samprangan,
Ida Dalem Tarukan dan Ida Dalem Ketut Ngulesir
yang senang sekali berjudi.
|
|
Diceriterakan
Ida Dalem Ketut tidak mau memerintah lalu digantikan
oleh putranya dengan gelar Sri Aji Waturenggong,
yang mana sejak kecil diasuh oleh Sira Dalem
Tegal Besung dan I Dewa Gedong Arta.
Ida Dalem Waturenggong menurunkan Ida Dalem
Pamayun dan Ida Dalem Sagening yang banyak mempunyai
istri.
Adapun putra putra Ida Dalem Sagening adalah
I Dewa Dimade, I Dewa Anom dan yang putri bernama
Ni Dewa Rangda Gwang.
Putranya yang lahir dari Desa Manggis bernama
I Dewa Manggis Kuning.
Diceriterakan Sira Arya Kenceng mohon putra
Dalem untuk diangkat menjadi raja di Badung.
Adapun putra Dalem tersebut adalah I Dewa Manggis.
Setelah demikian seorang putra dari Arya Kenceng
yang bernama Resi Pinatih yang.
bertahta di Kretalangu yang diceriterakan mempunyai
seorang putri bernama Ni Gusti Ayu Nilawati
yang nantinya dipersembahkan kepada lurah Pamecutan
tetapi sangat mencintai I Dewa Manggis.
Dengan demikian I Dewa Manggis diserang oleh
Arya Kenceng, namun demikian I Dewa Manggis
dapat meloloskan diri.
Adapun putra dari I Gusti Rurah Rai Pinatih
yang diemban oleh I Gusti Ayu Wandila Ayu Pahang
bernama I Gusti Ngurah Bija, I Gusti Gede Tumuku,
I Gusti Ngurah Jumpahi, I Gusti Putu Pahang,
I Gusti Nyoman Bona, I Gusti Nengah Pinatih.
Perjalanan beliau melalui jurang-jurang yang
tak terhingga terjalnya.
Setelah jauh dari Wilayah Badung, I Dewa Manggis
sampai di hutan Bengkel beliau ditinggalkan
oleh Arya Pinatih.
I Dewa Manggis merasa sedih dan berjanji setelah
ditinggalkan oleh Arya Pinatih.
Diceriterakan I Gusti Ngurah Rai dan I Gusti
Ngurah Bija Pinatih telah mempunyai keturunan
yang bernama I Gusti Ngurah Gde Pinatih yang
akan menggantikan kedudukan beliau.
Juga putranya dari selir bernama I Gusti Ngurah
Made Pinatih.
Kemudian diceriterakan Ida Tulus Ayu kawin dengan
Ni Gusti Ayu Mranggi yang tinggal di Gelgel
di rumah I Gusti Agung Maruti.
Ida Tulus Ayu memerintah di wilayah Singarsa
dengan menurunkan Sang Bang Sidemen.
Kemudian Sang Bang Sidemen mempunyai putri yang
bernama Ni Ayu Puniawati.
Karena kecantikan Ni Ayu Puniawati banyak raja
raja yang melamarnya.
Lalu didengar oleh Ki Arya Pinatih Badung, maka
beliau datang melamarnya.
Tak diceriterakan Ki Arya Pinatih kawin Gusti
Ayu Mranggi, keadaan negara aman dan makmur.
Tersebutlah mertua dari Ki Arya Pinatih yang
bernama Dukuh Bale Agung menyampaikan kepada
beliau bahwa Ki Dukuh akan moksa.
Tetapi hal ini tidak dipercaya oleh Ida, Ki
Dukuh dapat melepaskan diri dari badan kasar-nya.
Dengan demikian Ki Dukuh mengutuknya Ki Arya
Pinatih.
Setelah itu Kerajaan Badung diserang oleh semut,
sehingga beliau terus dikejar kejar oleh segerombolan
semut.
Akhirnya Ki Arya Pinatih meninggalkan istana
Badung dan sampai di desa Kapal, juga terus
dikejar semut.
Perjalanan Ki Arya Pinatih terus ke timur, sampailah
di jurang Melangit (desa Pucung Belong).
Tak lama kemudian Ki Arya Pinatih memerintah
di Daerah Tulikup.
Hal ini didengar oleh Ida Dalem di Linggarsapura
karena jasa dari Ki Arya Pinatih yang telah
lewat.
Banyak keturunannya yang menyebar ke Buleleng,
ke Tabanan, Bangli, Mengwi, ke Sasak, dan ada
di Karangasem.
|
|
Nama/ Judul Babad :
|
Kawitan Arya Pinatih |
Nomor/ kode :
|
Va. 5197, Gedong Kirtya Singaraja |
Koleksi :
|
I Made Raka |
Alamat :
|
Banjar Abian Kapas, Badung,
Denpasar |
Bahasa :
|
Jawa Kuna Tengahan bercampur
Bali |
Huruf :
|
Bali |
Jumlah halaman :
|
16 lembar |
Ditulis oleh :
|
De Pandya Rajamuka, asrama
ring Satria wetan ing
Unda, wawidangan Linggarsapura |
Colophon/ Tahun :
|
|
|
|