Isi
Singkat Dukuh Jumpungan |
|
Tersebut
Ida Bhagawan Kanda dari Kompyang I Renggan yang
bernama I Dukuh Jumpungan yang berstana di Gunung
Indrakila, lalu diceriterakan silsilah keturunannya,
baik dari Purusa maupun dari Pradana.
I Renggan ketika masih kecil selalu diajak bekerja
oleh ayahnya.
Kemudian suatu ketika I Jumpungan sedang membuat
parit tiba tiba I Renggan hanyut oleh banjir
sebab ia terlalu asik mencari batu karang di
desa Abyan Muntig.
Karena itu I Gotra mengeluarkan kata-kata dengan
sedihnya, serta memohon kepada para orang-orang
halus untuk menjadikan Daerah Nusa ini menjadi
angker.
Di suatu ketika di Pura Tolangkir diselenggarakan
upacara di mana Ida Bhatara Gede dan Jero Gede
Macaling diiringkan oleh para Buta Kala dan
orang-orang halus lainnya.
Setiap sasih Kelima Jro Gede Macaling selalu
datang ke Daerah Badung dan di pesisir Sanur
diiringkan oleh para Butakala seperti I Papak-Cemeng,
I Badel Basang, I Bukti Ktitanah, Sang Kulika
dan sebagainya.
I Renggan telah mengajarkan kepada masyarakat
desa Nusa agar menghaturkan sesajen selalu demi
memohon keselamatan dunia.
Sesajen yang dihaturkan itu dilengkapi dengan
caru/ santapan para Butakala dan setiap menghaturkan
diperkenankan menyebut-nyebut/ memanggil nama
Bhatara Gede Ratu Gede dan Jero Gede Macaling.
Dengan demikian Jero Gede Macaling akan mengaruniai
keselamatan serta ikut menjaganya di Desa Mica.
Dan sajen-sajen yang dihaturkan itu disesuaikan
dengan waktu, misalnya beryadnya pada sasih/
bulan-kenem dengan menghaturkan sajen yang perhitungannya/
jumlahnya serba enam.
Karena semua masyarakat mengadakan pemujaan,
lalu para Butakala membagi wilayah dan menyebar
di Bali seperti Kompyang I Renggan I Dukuh Jumpungan
bertempat di Gunung Indrakila, Kompyang I Renggan
Istri bertempat di Bukit Biang bersama Ni Juring,
Ni Lulut, Ni Lunik.
Diceriterakan juga I Kompyang Renggan Istri
bernama Ni Puri, dan Datuknya yang jejaka tua
bernama I Mrajeng.
Ayahnya I Renggan bernama I Undur-undur, Ibunya
bernama Ni Gotra dan Ni Mrahim.
Saudaranya yang hebat istri bernama Ni Tole
yang kawin dengan Penguasa di Desa Jungut Batu
yang bernama I Priya.
|
|
Ajaran
ajaran mistik dikembangkan oleh I Macaling bersama
mantra-mantra Ki Dukuh Jumpungan.
Ada pula sarana yang digunakan untuk membersihkan
tempat tempat yang angker adalah berupa air.
Mantra yang sakti untuk menghadapi makhluk halus
yang mengganggu.
Juga berjenis jenis guna-guna dan cara penggunaan
serta penghayatan dan pengamalan telah dipelajari
dengan cermat.
Diceriterakan I Gusti mendapat restu di hutan
Camara dari Ida Pedanda Dwijendra sehingga adanya
keturunan/ wangsa Brahmana di Bali.
Setelah itu I Gusti diutus menghadap ke Pura
Dalem, dan ke Pura Puseh untuk mohon doa restu.
Setelah itu Ida Bhatara Gede, Ratu Gede dan
Jero Gede Macaling melaksanakan tugas keliling
Bali untuk memungut upeti (pajak).
Adapun jadwal perjalanan mereka itu adalah:
Pada sasih Kenem pergi ke daerah Badung.
Pada sasih Kelima ke pesisir Sanur.
Pada sasih Kepitu ke daerah Banyu Wari.
Pada sasih Kawolu pergi ke Jawa.
Kembali nya dari Jawa mereka pergi ke Gianyar,
ke daerah Sasak dan ke Sumbawa.
Pada sasih Kesanga juga mereka pergi ke Nusa
Lembongan.
Di situlah mereka menyantap makanan dengan daging
manusia.
|
|
Nama/
Judul Babad : |
Dukuh Jumpungan |
Nomor/
kode : |
Va. 5122, Gedong Kirtya Singaraja |
Koleksi
: |
Geria Telaga |
Alamat
: |
Geria Telaga, Sanur, Kecamatan
Kesiman, Badung |
Bahasa
: |
Jawa Kuna Tengahan bercampur
Bali |
Huruf
: |
Bali |
Jumlah
halaman : |
17 lembar |
Ditulis
oleh : |
Sagung Putri, Tabanan |
|
|