Isi
Singkat Bhatara Sakti Wawu Rawuh |
|
Ketika
Ida Danghyang Nirartha berstana di Daha kemudian
mengalih ke Wilatikta Saat itu juga keturunan
Sri Maharaja Wilatikta banyak yang mengalih,
ada yang ke Pasuruhan, ada yang ke Brangbangan.
Sira Danghyang Nirartha berada di Wilatikta,
beliau mengambil istri dari Daha yang melahirkan
De Dang Hyang Panataran.
De Danghyang Panataran lalu menurunkan 2 orang
putra.
Juga ketika Ida mengalih ke Pasuruhan mengambil
prameswari putri Pasuruhan yang bernama De Danghyang
Panawasikan yang melahirkan 2 orang putra. Kemudian
beliau pergi ke Brangbangan di situlah beliau
bertengkar dengan De Sri Juru dan selanjutnya
Danghyang menuju pantai/ selat Bali dan berangkat
mengarungi laut dengan waluh kili (Labu pahit).
Tak diceriterakan dalam perjalanan beliau sampai
di pantai (Purancak).
Di situlah beliau beristirahat menghilangkan
lelahnya.
Tempat tersebut diberi nama Pura Rambut Siwi.
Setelah itu beliau melanjutkan perjalanannya,
sampailah di Desa Gadingwani.
Di situlah beliau dihadang oleh seekor Naga
yang menyerang beliau.
Tetapi Ida Danghyang Nirartha tak gentar menghadapinya
dan masuk ke dalam perutnya Si Naga tersebut
hingga matilah Naga itu.
Setelah Ida keluar dari dalam perutnya si Naga,
badannya hitam terbakar sehingga hilang wibawa
beliau.
Akibatnya putrinya Dewa Ayu Mas Melanting menjadi
ketakutan melihat wajah ayahandanya Danghyang
Nirartha.
Larilah Dewa Ayu, sampai di Tengah Desa disembunyikan
oleh penduduk Gadingwani, yang karena marahnya
beliau kutuk sehingga terjadi desa Pulaki.
Diceriterakan kembali para putra dari Danghyang
Nirartha yaitu yang ibunya dari putri Daha menurunkan
2 orang, yang laki bernama Sira Danghyang Wiragasandi.
Yang ibunya dari Pasuruhan menurunkan Ida Wayahan
Ler dan Ida Made Manuaba.
Istrinya yang ketiga dari putri Brangbangan
melahirkan Ni Dayu Swabhawa Ida Telaga dan Ida
Bukcabe.
Putranya yang lahir dari Pangeran Mas ketika
berada di Bali menurunkan Padanda Mas Timbul
dan Padanda Alang Kajeng.
Juga ada putranya yang bernama Ki Patapan.
Diceriterakan kini Ida Dalem Waturenggong berperang
dengan Sira Juru dengan diutusnya I Gusti Patih
Ularan sehingga Sira Juru terpenggal kepalanya,
yang dihaturkan kepada Dalem Waturenggong.
Dan kini dituturkan Mpu Nirartha menyucikan
Dalem Waturenggong dalam memerintah dan memegang
Bali.
Setelah beliau memberikan warah warah kepada
Dalem kembali lah Ida Mpu ke Desa Mas bersama
para putranya.
Demikian setelah lama putra beliau yang bernama
Ida Wiraga pindah dan beristana di Tarupinga
Buleleng dan Ida Manuaba tinggal di Manuaba.
Diceriterakan sebuah sumur yang didirikan oleh
Ida Danghyang Manik Angkeran dari Besakih yang
dapat mengalahkan De Dukuh Belatung.
Setelah Ida Telaga wafat dan meninggalkan putra
yang bernama Padanda Sakti Telaga Tawang.
Ida Padanda Sakti Telaga Tawang mengambil istri
ke Tabanan yang menurunkan Ida Guruning Jagat
dan Ida Made Papak.
Ida Guruning Jagat menurunkan 6 orang yaitu
Padanda Sakti Gusti, Padanda Made Kaniten, Padanda
Nyoman Bandesa, Padanda Ketut Panida dan istri
Ni Dayu Sinjang Mas Ginepeng, dan Padanda, Jumpung
(Ida Gede Lepang).
|
|
Ida
Padanda Sakti Gusti tinggal di Kamasan yang
menurunkan 7 orang, Padanda Nyoman Bandesa mengalih
ke Sanur, Padanda Ketut Panida mengungsi ke
Kediri Tabanan dan Sira Danghyang Wiraga Sandi,
Kamenuh yang menurunkan 5 orang.
Serta Padanda Sakti Kamenuh mengalih ke Desa
Kamenuh.
Ida Danghyang Wayahan Ler berputra 2 orang yang,
bernama Padanda Sakti Mambal dan Padanda Sakti
Batu Lumbang.
Lagi Ida Wayahan Mas yang menurunkan Padanda
Sakti Kalang Kajeng, Padanda Sakti Timbul, Padanda
Sakti Tarukan, dan Padanda Sakti Sigaran.
Ki Patapan mempunyai 3 orang putra yang bernama
Ki Wayan Kukub, Sira Made Tabanan, dan Sira
Nyoman Prabangsa yang kemudian tinggal di Mas.
Sira Danghyang Bukcabe menurunkan Padanda Tembawu,
Padanda Sakti Sangsi. Kemudian Ida Padanda Sakti
Gusti mengambil putra dari I Gusti Ngurah Batulepang
yang nantinya menurunkan Ida Padanda Putu Kramas,
dan Ida Ketut Lepang yang gugur dalam perang
melawan Dewa Agung Jambe Ida Padanda Putu Kramas
pindah dari Katahegan menuju Puri Jumpung.
Kemudian Ida Padanda Sakti Gusti dari Kamasan
pindah ke puri I Gusti Ngurah Batulepang dan
selanjutnya mengambil istri Brahmana yang menurunkan
Padanda Made Kelingan yang mengambil istri dari
banjar Pande.
Padanda Wayahan Kadiri mengambil prameswari
dari Bajing menurunkan putra 5 orang.
Ida Padanda Ketut Paketan pulang ke Geria Jumpung
bersama 6 orang putranya.
Padanda Wayahan Tangkeban mengalih tempat ke
Desa Gunaksa.
Ida Padanda Wayahan Kebon mengalih ke Tabanan
(Geria Pasekan).
Padanda Nyoman Jumpung mengalih ke Dawan Klod.
Ida Ketut Gunaksa menurunkan 6 orang putra.
Padanda Nyoman Bandesa mengalih dan Sanur ke
Desa Duda Karangasem.
Padanda Made Alangkajeng, menurunkan Padanda
Alangkajeng yang mengalih Tabanan dan Padanda
Made Sanur mengalih ke Desa Gwang, Gianyar.
Padanda Nyoman Alangkajeng menurunkan Padanda
Made Sanur, Padanda Alangkajeng, dan Padanda
Bun Tamu.
Padanda Ketut Angkatan menurunkan Padanda Ketut
Smara dan Padanda Ketut Smara ini menurunkan
Ida Made Gianyar.
|
|
Nama/ Judul Babad :
|
Bhatara Sakti Wawu Rawuh |
Nomor/ kode :
|
Va. 4906, Gedong Kirtya Singaraja |
Koleksi :
|
Ida Padanda Gede Putu Sigaran |
Alamat :
|
Batu Agung, Jembrana |
Bahasa :
|
Jawa Kuna Tengahan bercampur
Bali |
Huruf :
|
Bali |
Jumlah halaman :
|
34 halaman |
Ditulis oleh :
|
Ida Padanda Gede Putu Sigaran |
Colophon/ Tahun :
|
Puput sinurat ring rahina
Ra, Pa, wara Pahang, sasih, 8, Çaka
1879, Tanggal Nasional: 16 Februari 1958 |
|
|