Isi
Singkat Babad Usana Bali Pulina |
|
Dengan
memuja Sang Hyang Pasupati, penulis memohon
ampun atas karyanya, sehingga memperoleh kesentosaan.
Bahwa pada jaman purba ada seorang raja bernama
Maya Danawa, di Bedahulu.
Karena keangkuhannya maka ia dimusuhi oleh Sang
Hyang Pasupati.
Tersebut seorang raja yang bijaksana bertahta
di Bali bernama Sri Dalem Wira Kesari Warmadewa
kerajaannya bernama Kahuripan.
Pura tempat pemujaannya bernama Slonding.
Pulau Bali aman dan sentosa.
Berturut-turut keturunan Baginda menjadi raja.
Lama kelamaan tersebutlah raja keturunan Warmadewa,
juga keturunan Dalem Slonding, berkuasa di Bali
bernama Sri Udayana.
Permaisuri baginda Dyah Guna Priya Dharma Patni,
keturunan Dang Hyang Mpu Sindok.
Baginda raja didampingi oleh Mpu Kuturan.
Keamanan dan kemakmuran Bali terjamin, penataan
pura pura mulai dilakukan, serta aci acinya.
Kemudian Mpu Kuturan bersemadi di teluk Padang
dijaga oleh penduduk Bali Aga dari desa Peneges,
kemudian di desa Tranggana dan pindah lagi ke
Tengahan Kanana.
Mpu Kuturan tiba di Teluk Padang, hari Rabu
Kliwon Wara Pahang Sukla paksa, pawaka sirsa,
coksa, Isaka Gni suku duara (923).
Sri Erlangga putra Sri Udayana yang tertua pindah
ke Jawa atas permintaan Sri Dharmawangsa.
Erlangga didampingi oleh Sang Narottama.
Menjadi raja Daha.
Kemudian salah seorang putranya hendak dijadikan
raja di Bali, tetapi ditolak oleh Mpu Kuturan.
Sri Walaprabu menggantikan Sri Udayana.
Kemudian bertahta Sri Hariprabu menggantikan
Sri Walaprabu.
Sri Hariprabu digantikan oleh Sri Jayasakti,
dan Sri Jayasakti digantikan oleh Sri Jaya Kasunu.
Sri Jaya Kasunu memperoleh wahyu dari Hyang
Nini di Dalem Kadewatan antara lain Upacara
byakala pada Anggara Wage Dungulan mendirikan
penjor.
Pada masa Sri Jayakasunu diadakan tauran Eka
Dasa Rudra, disaksikan oleh Sang Sapta Rsi.
Sri Jaya Kasunu, digantikan oleh Sri Jaya Pangus.
Piagam Puseh Cabala, erat hubungannya dengan
pura Besakih.
Sri Masula Masuli menjadi raja di Bali, diganti
oleh Sri Hyang Sidhimantra Dewa.
Pada masa itu Bali ditaklukkan oleh raja Singhasari
Maharaja Siwa Buda alias Kertanegara.
Sri Gajah Wahana (Sri Tapolung) menjadi raja
Bali dengan patih Ki Pasung Grigis.
Dibantu oleh para patih yang diam di desa desa.
Keamanan dan kesentosaan terjamin.
Bali tidak mau mengakui kekuasaan Majapahit,
tetapi Ratu Majapahit ingin menaklukkan Bali.
Memberikan mandat kepada Gajah Mada dan Arya
Damar.
Dimulai dengan siasat menyingkirkan seorang
patih Bali yang bernama Kebo Iwa (Kebo Taruna).
Majapahit menyusul mengirim pasukan untuk menggempur
Bali di bawah pimpinan Gajah Mada dan Arya Damar,
dan kepala kepala pasukan terdiri dari para
Arya.
Terjadi pertempuran yang hebat dan sengit hingga
jatuh korban di kedua pihak.
Diakhiri dengan penangkapan Ki Pasung Grigis,
Bali menjadi kekuasaan Majapahit.
Setelah takluknya Bali atas pertimbangan Pasung
Grigis ditempatkan para Arya di desa desa untuk
mengendalikan pemerintahan sampai adanya seorang
raja.
Kemudian Gajah Mada mengirim Mpu Dwijaksara
ke Bali untuk memimpin keagamaan.
Untuk segera tercipta keamanan di Bali, maka
berulang-ulang. utusan dari Bali ke Majapahit
memohon agar dengan segera ditempatkan seorang
adipati untuk memegang tampuk pemerintahan.
Gajah Mada mengirim Dalem Ketut Kresna Kepakisan,
untuk menjabat adipati di Bali pada tahun Çaka
1274 (yogan muni rwaning buana).
Bali tetap belum aman.
Terjadi pemberontakan pemberontakan di desa
desa Baliaga.
Adipati Bali hampir kembali ke Majapahit.
Segera Gajah Mada datang ke Bali melantik Sri
Pasung Giri (Putra Ki Pasung Grigis) sekaligus
menurunkan derajat kebangsawanannya menjadi
Arya.
Akhirnya keamanan di Bali pulih, berkat usaha
Arya Pasung Giri. Sri Aji Wawu Rawuh wafat pada
tahun Çaka 1302.
Digantikan oleh putra Baginda Sri Agra Samprangan.
Pemerintahannya lemah karena rajanya terlalu
gemar bersolek.
|
|
I
Dewa Ketut (Ngulesir) dengan gelar Sri Smara
Kepakisan, bertahta di Gelgel atas usaha Kyayi
Klapodyana (Bandesa Gelgel putra Sulung Arya
Kutawaringin).
Patih agung ialah Kryan Patandakan, Keamanan
dan ketentraman terjamin kembali.
Sri Smara Kepakisan digantikan oleh putranya
yang sulung bernama Sri Kresna Waturenggong.
Kekuasaannya meliputi sebelah timur Puger, Nusa
Penida, Lombok, Sumbawa.
Patih Agung Kryan Batan Jeruk, putra Kryan Patandakan.
Pasukan perang bernama Dulang Mangap di bawah
pimpinan Kryan Ularan putra Sirarya Regis terhitung
buyut dari Pasung Grigis.
Kisah Danghyang Nirartha di Majapahit, sampai
pindah ke Bali dengan para putranya dan menganjurkan
agar Dalem Waturenggong meminang putri Sri Juru
di Brangbangan.
Lamaran itu ditolak mentah mentah, maka Dalem
Waturenggong mengirim pasukan untuk menyerang
Brangbangan dipimpin oleh Kryan Ularan.
Selanjutnya diuraikan perjalanan pasukan Bali
dan jalan peperangannya Sampai akhirnya Kryan
Ularan menerima ganjaran harus pindah dari Gelgel.
Dalem Waturenggong hendak di-diksa.
Ingin berguru kepada Danghyang Angsoka.
Namun Danghyang Angsoka merestui agar di-diksa
oleh Danghyang Nirartha.
Pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong datang
ke Bali seorang pendeta Buddha, bernama Danghyang
Astapaka putra Danghyang Angsoka.
Danghyang Nirartha diganti oleh Mpu Di Ler sebagai
pendeta kerajaan.
Dalem Waturenggong membuat suatu persidangan
besar yang dihadiri oleh semua lapisan masyarakat.
Kemudian baginda wafat digantikan oleh Sri Pemahyun
(Dalem Bekung).
Timbul perebutan kekuasaan yang dipimpin oleh
Kryan Batan Jeruk tahun Çaka 1478, ada
usaha memanggil kembali Kryan Arya Ularan.
Sebelum tampil telah maju Pangeran Nginte yang
berada di pihak Dalem bersama Kyayi Kubon Tubuh
dan para Arya lainnya.
Kryan Batan Jeruk menderita kekalahan.
Karena Sri Pamayun Bekung, sangat lemah maka
digantikan oleh adiknya yaitu Sri Aji Anom Seganing.
Kembali menata pemerintahan dengan dibantu patihnya
Kryan Agung Prandawa dan Kryan Agung Di Ler.
Setelah wafat Sri Anom Seganing digantikan oleh
putra putranya silih berganti sampai terjadi
perebutan kekuasaan yang dilakukan oleh Kryan
Maruti, hingga Dalem Dimade mengungsi ke Guliang.
Kemudian serangan balasan dipimpin oleh I Dewa
Agung Jambe, Kryan Maruti mengalami kekalahan,
berdirilah kerajaan Klungkung.
Semua perundingan berpusat di dusun Ulah, Sidemen.
Sri Agung Gde Ngurah Pemahyun dilantik sebagai
penguasa Singarsa.
|
|
Nama/
Judul Babad : |
Babad Usana Bali Pulina |
Koleksi
: |
Ida I Dewa Gde Catra |
Alamat
: |
Jalan Untung Surapati Gang
Flamboyan No. 2, Karangasem |
Bahasa
: |
Jawa Kuna |
Huruf
: |
Bali |
Jumlah
halaman : |
47 lembar |
|
|