|
Isi
Singkat Babad Tutuan |
|
Tersebutlah
ceritanya I Mantri Tutuwan adalah I turunan
Dalem Mangori, Ida Dalem Mangori adalah putra
dari Dalem Sagening yang berstana di Gunung
Agung.
Ida Dalem Sagening ketika memerintah di Bali
melahirkan putra Dalem Mangori tersebut.
Setelah Ida Dalem Sagening wafat, Ida Dalem
Mangori mempersunting ratu daerah Keling dan
beliau memerintah daerah Keling.
Kemudian lahir putranya Ratu Mangori.
Lama kemudian runtuhnya kerajaan Erlangga yang
diakibatkan oleh suatu penyakit di mana para
putranya meninggalkan istana menuju ke tengah
hutan.
Setibanya di hutan Keling bertemulah dengan
Ratu Mangori dan diberi nama I Berit Kuning.
Tak diceriterakan hubungan Dalem Mangori dengan
I Berit Kuning, lahirlah seorang putra yang
tampan wajahnya.
Karena Dalem merasa kecewa, maka bayinya itu
diserahkan kepada Sira Mpu Ati.
Setelah beberapa lama kemudian I Berit Kuning
lagi hamil dan melahirkan putra.
Karena, itu Ida Sang Maharesi bersama Sang Resi
Kuntawana menjadi marah dan terjadilah perselisihan
dengan Sang Resi Saba, akhirnya para resi gugur.
Ketika itu Sang Hyang Kala seperti I Sadug dan
I Sadeg masih berada di tengah hutan.
Ida Dalem Mangori lalu berburu ke hutan untuk
mendamaikan para resi itu.
Dengan perasaan yang berat I Berit Kuning meninggalkan
anaknya, lalu bayinya disempal-sempalnya oleh
Dalem Mangori dan disembunyikan.
|
|
Lama
kelamaan Sang Satrya Wangsa telah dewasa, ingatlah
dengan ibunya I Berit Kuning, Ida Dalem Mangori
menceriterakan sehingga menjadi Satrya yang
diangkat oleh Sang Resi Ati.
Dengan keras hatinya menanyakan ibunya, Ida
Dalem memberikan nasehat dan petuah jangan menyembah
ibunya.
Bila menyembah ibunya I Brit Kuning, maka derajatnya
akan diturunkan.
Setelah di tengah hutan, didapati ibunya di
tengah pondok atau gubuk kecil.
Ibunya disembahnya dari luar pondok, sehingga
mulai saat itu diturunkan statusnya menjadi
I Mantri Tutuan yang tidak diperkenankan memakan
timbul (buah seperti nangka) karena ibunya,
I Berit Kuning meninggal dan tumbuh sebuah pohon
Timbul.
Ketika Dalem Mangori wafat, datanglah Bhatara
Gni Jaya yang tinggal di Gunung Mekah yang menguasai
daerah Alas Terik.
Juga dikatakan Raja yang bijaksana I Mantri
Tutuwan pernah menjadi hamba kepada Ida Sang
Prabu Airlangga di Kadiri. Sekembalinya dari
Kadiri Mantri Tutuwan menghamba kepada Dalem
Tegal Besung di Bali.
Adapun putra Ida prabu Erlangga adalah Raja
Koripan.
Beliau ini tinggal di Bukit Buluh, di sini I
Mantri Tutuwan diperintahkan memelihara kerbau.
Ida Mantri Tutuwan berganti nama menjadi I Rare
Angon.
Demikian asal usul Tutuwan melahirkan I Mangku
Tambahan dengan gelar I Dawuh Bukit Bwayang.
I Bwayang, dan I Gunaksa bergelar I Dawuh Baingin
dan menurunkan Surekerta, yang di Bwayang bernama
I Bandesa bersatu untuk pindah.
Perjalanan I Rare Angon dalam mengemban tugas
menggembalakan lembu dan kerbau, dan datang
putra I Dauh Baingin yang bernama I Surakerta
yang meminjam lembu dan dengan dibunuhnya I
Rare Angon oleh I Surakerta bersama Gunaksa
yang sangat malas melakukan persembahyangan
untuk memohonkan agar sang pitaranya terlepas
dan hukuman.
Rasa bakti dan hormatnya I Mantri Tutuwan melaksanakan
perintah Dalem, yang berstana di Gelgel dengan
gelar Ida Dalem Tegal Besung.
Setelah lembunya itu dipelihara 7 hari lalu
menghilang.
|
|
Nama/
Judul Babad : |
Babad Tutuan |
Nomor/
kode : |
Va.5031, Gedong Kirtya Singaraja |
Koleksi
: |
Ida Bagus Made Rai |
Alamat
: |
Geria Kanginan, Kamasan, Kecamatan
dan Kabupaten Klungkung. |
Bahasa
: |
Jawa Kuna |
Huruf
: |
Bali |
Jumlah
halaman : |
8 lembar |
Ditulis
oleh : |
Ida Bagus Made Rai |
|
|
|
|
|
|