Diceriterakan
Ida Pedanda mempunyai rakyat seperti macan,
kera, dan segala binatang. Tetapi macan sering
mengganggu Prabu Madura. Maka dari itu, Sang
Prabu memerintahkan Sang Pandya Gandring untuk
membunuh dan menyiksa Ida Pedanda. Dengan disiksanya
Sang Pedanda, terdengar kabar beritanya sampai
kepada I Macan, I Macan lalu mengajak buron/
binatang-binatang lainnya untuk membebaskan
Sang Pedanda. Dalam keadaan ini, Sang Prabu
dibelit oleh si naga.
Dengan tertangkapnya Sang Prabu, maka Sang kera
berkata agar Sang Pedanda dilepaskan, kalau
tidak demikian niscaya Sang Prabu akan mati
terbunuh. Karena itu sampai sekarang Sang Padanda
tidak mau menyelesaikan upacaranya Sang Pandya
baik suka maupun duka sampai pada seketurunan
nya.
Diceriterakan putranya Sang Pandya yang bernama
Ida Wala telah banyak mempunyai putra dan istrinya
juga. Adapun putra-putranya antara lain:
Yang tertua bernama I Danu, yang kedua bernama
I Darsi yang tugasnya menjadi pande emas. Yang
ketiga bernama Ida Tusta. Yang keempat bernama
Ida Tonjok pekerjaannya menjadi pande besi.
Yang istri bernama Dewayu Putu Sara diambil
oleh I Gusti Lanang Dawuh di Gelgel yang menurunkan
I Gusti Pande.
Dewayu Made Sari diambil oleh I Gusti Panji
di Buleleng tetapi tidak mempunyai keturunan,
Dewayu Santun dipingit oleh Bhatara di Gunung
Batu Kawu.
Dan yang paling kecil bernama Ida Wana yang
menjadi tukang ukir (arsitek).
Karena sedihnya Ida Wala yang disebabkan tidak
mempunyai alat perhiasan untuk dipersembahkan
kepada ayahandanya, lalu mohon kepada Bhatara
Brahma dan Bhatara Brahma mengabulkan dan diberi
nama Pandai Beratan.
Tersebutlah Desa Batur diserang oleh para Brahmana,
sehingga rakyat itu lari masuk desa-desa, ada
yang ke desa Kapal, ada ke Desa Taman, ke Mengwi,
ke Buleleng, ke Klungkung dan kesemuanya ini
pekerjaannya menjadi pande.
Dan juga ketentuan dalam melaksanakan upacara
yajnya/Ngaben |