Tersebutlah seorang Pendeta bernama Empu Agnijaya,
putra Bhatara Brahma. Mpu Gnijaya mempunyai
seorang putra bernama Mpu Sidhimantra yang berstana
di Majapahit. Permaisuri Ida putra dari Mpu
Dharmakesa. Lama beliau bersuami istri, namun
belum mempunyai keturunan, lalu beliau beryoga
ke Gunung Agung memuja Bhatara Brahma. Setelah
lama Ida beryoga, dikaruniai Ida cucupu Manik.
Hatinya sangat senang. Cucupu ini dipuja selalu
di Majapahit oleh beliau. Dari cucupu emas tersebut
keluar lah bayi dan dipelihara dengan sebaik-baiknya.
Anak itu sangat dimanjakan lalu diberi nama
Ida Sang Manik Angkeran. Karena manja Ida Manik
Angkeran, senang sekali berjudi sehingga emas,
uang, perak dihabiskan dipakai taruhan.
Pada suatu ketika Ida Mpu Sidhimantra pergi
mencari susu lembu, bajra pusaka itu diambilnya
dan disembunyikan oleh Ida Manik Angkeran dan
dibawa minggat dari istana pergi menuju Besakih.
Sesampainya di depan Goa Naga Basukih, dibunyikan
genta itu. Keluar lah Bhatara Naga Basukih dengan
senangnya melihat kemenakannya datang. Tiba-tiba
terlihat oleh Manik Angkeran segumpal berlian
pada ekor Bhatara Naga Basukih itu. Timbul lah
niat jahat Manik Angkeran kepada berlian itu
lalu dipotongnya ekor naga tersebut. Ida Bhatara
menjadi marah dan dikutuknya Ida Manik Angkeran
sampai menjadi abu seketika. Keesokan harinya,
Ida Mpu Sidhimantra berniat memuja, tiba-tiba
diketahuinya genta bajra itu telah hilang bersamaan
dengan hilangnya Ida Manik Angkeran. Dengan
ketajaman pikiran Ida, diketahuinya apa yang
telah terjadi. Dengan cepat Ida Mpu Sidhimantra
datang menghadap Bhatara Basukih. Mpu Sidhimantra
mohon maaf atas kesalahan Ida Manik Angkeran,
serta memohon kepada Bhatara Basukih agar putranya
hidup kembali dan berjanji agar Ida Manik Angkeran
mengabdikan sisa hidupnya kepada Bhatara Basukih.
Setelah itu Mpu Sidhimantra kembali ke Majapahit,
dan sampai di Gilimanuk dibelahnya daratan Bali
Jawa menjadi dua. Selat itu diberi nama Segara
Rupek. Maksudnya agar Ida Manik Angkeran tidak
dapat pulang ke Jawa.
Setelah lama Ida Manik Angkeran tinggal di
Besakih, rindulah Ida pada ayahbundanya lalu
mohon diri untuk pulang ke Jawa, tetapi sampai
di Gilimanuk Ida kembali. Di situlah Ida bertemu
dengan I Dukuh Belatung yang sedang mengerjakan
sawah. Dengan kesombongannya Ida Manik Angkeran
menantang Ki Dukuh Belatung. Kedua orang itu
menjadi moksa menerjuni api unggun yang telah
dipersiapkan.
Setelah meninggalnya Ida Manik Angkeran, tinggal
2 orang putranya yang bernama Ida Sang Tulusdewa
dan Ida Sang Kosa-brata yang menuju Gelgel.
|