Diceriterakan
sejak jaman pemerintahan I Gusti Agung Kaler
yang berselisih paham dengan adiknya yang bernama
I Gusti Agung akibat saudara wanitanya yang
bernama I Gusti Ayu Agung Made Nginte yang menderita
sakit ingatan dan minta bantuan pengobatan kepada
Ida Padanda Wanasara di geria Wanasara. Tetapi
penyakit yang diderita I Gusti Ayu sangat sulit,
yaitu setiap di rumah kambuh dan bila dibawa
ke geria Sang Pendeta sembuh seketika. Oleh
karena itu lalu timbul prasangka I Gusti Agung
bahwa sakit saudaranya itu dikenai guna-guna
oleh Sang Pendeta Wanasara. Timbul kemarahan
I Gusti Agung, dan seketika berangkat menyerang
Ida Peranda Wanasara. Dengan serangan ini Ida
Pedanda mengeluarkan kutukan bahwa agar ia pecah
bersaudara serta keturunannya tidak mendapat
kepercayaan maupun kedudukan. Memang kutukan
dari Sang Pedanda demikian terjadi perpecahan
antara I Gusti Agung dengan I Gusti Agung Kaler.
Kemudian I Gusti Agung Kaler berhubungan dengan
Pangeran Kapal yang berpuri di Kapal.
Diceriterakan pada saat itu Pangeran Kapal
berselisih dengan saudaranya yang bernama Pangeran
Buringkit yang disebabkan karena adik wanitanya.
Kemudian I Gusti Agung Anom berperang dengan
I Gusti Ngurah Batu Tumpeng yang disebabkan
I Gusti Agung Anom kawin dengan adik I Gusti
Ngurah Batu Tumpeng yang bernama Ni Gusti Ayu
Tangeb. Dalam peperangan ini kalah lah I Gusti
Agung Anom, dan dalam keadaan pingsan diserahkan
kepada I Gusti Ngurah Tabanan. Setelah I Gusti
Agung Anom beberapa lama tinggal di Wetatara
dan pergi lah beliau ke Gunung Mangu untuk bertapa.
Setelah itu I Gusti Agung Anom mendapat ilham
untuk menguasai daerah Negara. Setelah beliau
mendapat kekuatan lalu menyerang Raja Mengwi
dan dikuasainya. Juga beliau menyerang I Gusti
Ngurah Batu Tumpeng di Kekeran. Setelah berhasil,
beliau mendirikan puri baru di Kaleran- Bekak,
serta mendirikan tempat pemujaan yang bernama
Pura Taman Genter.
Dari perkawinannya dengan I Gusti Ayu Panji,
lahirlah I Gusti Agung Ratu Panji. Setelah dewasa
I Gusti Agung Panji kawin dengan Ni Gusti Luh
Alangkajeng. Tak lama kemudian I Gusti Agung
Made Agung wafat, pemerintahan Mengwi diserahkan
kepada putranya. Dalam pemerintahan I Gusti
Agung Ratu Panji di Mengwi, timbul lah iri hati
dari I Dewa Kaleran dan I Gusti Ngurah Bija
dengan jalan tiba-tiba melancarkan serangan
sehingga wafat lah I Gusti Agung Ratu Panji.
Tetapi setelah meninggal, dibuatkan candi di
Padekdekan yang bernama Pura Padekdekan yang
dipuja dan disungsung oleh keluarga I Gusti
Agung Kaler. Setelah itu kerajaan dipegang oleh
I Gusti Agung Made Munggu di Mengwi sebagai
Raja-Diraja.
|