|
Seringnya
terjadi keributan dan kekalutan di antara banyak
desa di Lombok karena adanya tanda- tanda perebutan
kekuasaan antara Karangasem dan Mataram. Bermula
dari sengketa wilayah Desa Panuja yang termasuk
kekuasaan Karangasem, tetapi ingin masuk wilayah
Mataram. Tersebutlah Ki Gusti Nyoman Karang
yang mengutus I Kenok pergi ke Mataram, bermaksud
memohon daerah Panuja dijadikan Wilayah Karangasem.
Lama kelamaan makin meruncinglah sengketa antara
Karangasem dan Mataram. Malahan sampai timbul
usaha- usaha dari masing-masing pihak untuk
menguasai desa- desa yang bersangkutan, seperti
desa Tanjung, Kopang, Sakra, Amasbage, Dasan
Lekong, Kutaraja, Kasiksikur, Balimbing.
Ada wilayah
yang sangat penting yaitu Pagesangan dan Pringgasela,
yang selalu menjadi rebutan antara Karangasem
dan Mataram. Para pemuka yang terlibat di antaranya
Gede Bondha, Gede Sidemen, Gusti Made Oka, Gusti
Made Karang. Sebenarnya yang terlibat ini masih
satu keturunan kekeluargaan, antara datuk dengan
cucu. Dalam pertempuran dengan tujuan menguasai
wilayah- wilayah ini, mereka silih berganti
menang dan kalah. Perpecahan yang timbul di
antara sanak saudara para pangeran itu ikut
menambah rumitnya keadaan.
Sebuah desa
yang lama menjadi ajang pertempuran antara Karangasem
dan Mataram ialah desa Ruma. Silih berganti
kedua laskar yang bermusuhan menang dan kalah
di situ.
Akhirnya daerah
sebelah timur tanjung semuanya mengaku berada
di bawah kekuasaan Mataram, terutama di sebelah
selatan Babak, tetapi Praya belum dapat dikalahkan.
Pada lembaran-lembaran terakhir dari Babad ini
dituliskan sebab- sebab dan dasar permulaan
disusunnya Babad ini secara luas.
|