|
Isi
Singkat Babad Durmanggala |
|
Ada seorang
raja yang sangat bijaksana selalu hormat dan
sujut kepada Bhatara dan lebih-lebih pada hari
bulan mati dan bulan purnama. Pemerintahan Ida
di Gianyar Yang bernama I Dewa Manggis. I Dewa
Manggis mempunyai 4 orang putra yang bernama
I Dewa Ngurah Agung, I Dewa Gede Raka, I Dewa
Gede Oka dan I Dewa Gede Tangguli. Adapun asal
beliau di Desa Beng, putra dari Dalem Sagening
dari Gelgel.
Diceriterakan
Satrya Dalem ada yang di Desa Peliyatan, di
Ubud, dan di Emas, ada lagi di Payangan, Tampaksiring,
Pejeng dan Nyalian. Kekuasaan Arya Blahbatuh
adalah Slega, Bona, Toyan, Sabha, Burwan. Manca
Dalem yang di Negara bernama I Dewa Gede Oka
dengan luas wilayahnya Singapadu, Batuyang,
Lodtunduh, Guwang, Negari, dan Kaliki. Oleh
karena banyak para manca dan para mantri Ida
Dalem, timbul lah angkara murka I Dewa Gede
Oka. Setelah diangkat I Dewa Agung di Istana
Gelgel Klungkung karena keberaniannya I Dewa
Gede Oka selalu menentang Gianyar dan mau menghancurkan
istana Gianyar dengan pasukannya yang bernama
pasukan Sikep. Sedih lah hati Raja Gianyar.
Pada saat diselenggarakan sabungan ayam di Gianyar,
Ida Anak Agung Manggis berkata dengan I Gusti
Ngurah Ketut, bersama I Gusti Ngurah Made dari
Blahbatuh dan para putranya untuk diminta kehormatannya
kepada beliau. kemudian I Dewa Ngurah Agung
diutus menghadap kepada I Dewa Agung Rahi untuk
diminta kesanggupannya. Ternyata I Dewa Agung
Rahi sangat bakti kepada I Dewa Manggis. Ketika
Ida Agung Rahi sedang bercakap- cakap dengan
I Dewa Manggis, tiba-tiba datang utusan bahwa
pasukan Sikep sedang di perjalanan akan menyerang
Klungkung. Dalam hal ini penyerangan I Dewa
Gede Oka membabibuta. Tetapi serangan ini dapat
dipadamkan oleh Cokorda Made bersama I Dewa
Agung Putra. Setelah aman lalu I Gusti Ngurah
Made kembali ke Blahbatuh. Kemudian I Gusti
Ngurah mengungsi bersama I Dewa Gede Agung dari
Sukawati menuju Daerah Peliatan. Setelah esok
hari dilanjutkan ke Sangeh. Setelah. itu dilanjutkan
ke Desa Panarungan selama 10 hari berada di
sana.
|
|
Adalah utusan
dari Karangasem, seorang Brahmana yang bernama
Ida Ketut Burwan yang beristana di Pidada. Ida
Ketut Burwan diantar oleh I Gusti Lanang dari
Talibeng. Si utusan ini sampai di Desa Mas menginap
yang esok pagi dilanjutkan perjalanannya.
I Dewa Gede
Abian Sedah lalu pergi ke Sidemen dan tinggal
selama sebulan dan kembali ke Karangasem. Tak
terhingga senang hati Ida Anak Agung Jelantik
dapat berkumpul bersama I Dewa Gede Abian Sedah.
Ada juga putra dari Klungkung yang bernama Cokorda
Plonot, Di situ Ida Cokorda Plonot mengamuk
yang dibantu oleh para hambasahayanya.
I Dewa Agung
Klungkung marah kepada Mengwi dan Peliatan,
tetapi I Mengwi minta bantuan kepada Karangasem.
Ida Anak Agung Karangasem sampai di Klungkung
diutus menentramkan Daerah Mengwi. Setelah keadaannya
tentram, Anak Agung Karangasem pulang dan I
Gusti Gde Kelodan dan I Dewa Gede Dangin tetap
tinggal di Mengwi.
Cokorda Plonot
pindah ke Badung dari Negara diiringkan oleh
para manca akibat diamuk oleh Cokorda dari Ubud.
Perjalanan I Gusti Kelodan dari Mengwi sampai
di Peliyatan pada hari Kamis Pon dan menginap
semalam besok pagi dilanjutkan perjalanannya
sampai di Karangasem. Akibat meninggalnya I
Gusti Agung Made, maka pramanca Mengwi mengungsi
ke Ubud. I Gusti Putu Mayun, I Gusti Made Ngurah
bersama istri dan putra-putranya, wafat di dalam
pertempuran, akibat dirampoknya daerah Badung.
Setelah di
Badung I Gusti Agung Gede Gedu, minggat mengungsi
ke daerah Peliyatan. Sesampainya di Peliyatan,
Cokorda di Ubud bersama I Gusti Agung Mengwi
mengganti memindahkan ke Desa Buduk. Kira- kira
ada 5 hari lagi diamuk oleh Badung.
Diceriterakan
juga Ida Anak Agung Ngurah Agung, minggat dari
Desa Satrya menuju Daerah Gianyar diiringkan
oleh para putra beserta istri beliau. I Bangli
memerintah di bukit Jangkrik di bukit Bata dan
diperluas sampai ke daerah Smitha, Madhangan,
Kabetan, tetapi di sini terjadi peperangan yang
sangat hebat. Banyak rakyat Bangli yang meninggal,
dan I Kabetan dan I Gusti Agung di Desa Kuramas.
Peperangan
di desa Kabetan terjadi sangat hebat, di mana
banyak mayat bergelimpangan ditusuk dengan tumbak
(pisau bertangkai panjang). Perang Bangli melawan
Ubud banyak memakan korban, ada yang mati hanyut,
mati menerjunkan diri dan bermacam- macam lantaran
matinya. Setelah lama kelamaan I Ubud mendekati
daerah Pejeng pada hari Kamis Pon Wuku Krulut.
Di situlah I Ubud menyerang penduduk dengan
membakar rumah dan rakyat Ubud dan Gianyar merampok
harta benda. Di situlah Ida Cokorda Bangli bermaksud
pindah ke Bangli yang diiringkan 400 orang.
Ida Cokorda Ubud memohon kepada Bhatara Kawitan
agar dikaruniai keselamatan.
Diceriterakan
arca di Pejeng semua digondol, pada hari Senin
Paing, Mrakih, sasih Kasanga (sekitar Maret
- April), Isaka 1615 (1895 Masehi). Lagi pula
daerah Carangsari dimasuki oleh pasukan Ubud
dan I Bangli tidak dapat berbuat apa- apa. Dengan
demikian dibuatkan peringatan di Desa Petak
pada hari Kamis, Wage Medangkungan, sasih 11
(bulan Mei), Isaka 1819 (1897 Masehi).
|
|
Nama/ Judul Babad :
|
Babad Durmanggala |
Nomor/ kode :
|
Va.4419, Gedong Kirtya Singaraja. |
Koleksi :
|
Geria Anyar, Banjar Pilihan,
Kabakaba, Kadiri, Tabanan. |
Bahasa :
|
Jawa Kuna. |
Huruf :
|
Bali. |
Jumlah halaman :
|
11 lembar, |
Ditulis oleh :
|
A. A. Istri Adi. |
Colophon/ Tahun :
|
Yekarya Pengawin, ri rawuh
ri dina Ra, Pa., Dungulan, masupatinin ring
dina, Anggara Wage, wara kadi ngarep sasih,
Kedasha, tanggal ping pat belas, rah, enem,
tenggek, tunggal , Isaka 1818.
Pangeling-eling, malih kning desha Petak
ika, ring dina Wra, Wa., Mdangkungan, sashih,
desta, panglong ping, lima, rah, enem, tenggek,
1, Isaka, 1819. |
|
|
|
|
|
|
|