|
Isi
Singkat Babad Dalem |
|
Kata pendahuluan
penulis, dengan memanjatkan doa ke hadapan Hyang
Maha kuasa, dan kepada leluhur, agar karyanya
berhasil dengan selamat, serta mengharapkan
kesentosaan sampai turun- temurun. Kemudian
dilanjutkan dengan ceritera- ceritera raja yang
bersifat loba, moha dan murka, yang dibinasakan
oleh Dewa Indra (Hyang Puru Hutakantep). Lahirnya
Sri Masula-Masuli, dan yang terakhir adalah
raja Topahulung atau Sri Gajah Wahana, di Bedahulu
dengan patihnya Ki Pasung Grigis ditaklukkan
oleh Majapahit atas pimpinan Arya Damar dan
Patih Gajah Mada. Pasung Grigis tertawan kemudian
ditugaskan menyerang Sumbawa. Gajah Mada memerintahkan
Mpu Dwijaksara serta keturunan Mpu Sanak Pitu
untuk menyelenggarakan upacara di kahyangan-
kahyangan di Bali. silsilah Dalem Ketut Kresna
Kepakisan yang dimulai dari Mpu Bajra Satwa,
turun- temurun. Kyayi Patih Wulung dan kawan-
kawan menghadap Raja Kala Gemet, mohon agar
di Bali segera diisi seorang adipati. Dalem
Ketut Kresna Kepakisan dikirim ke Bali tahun
Çaka 1274. (yogan, muni, netra, baskara).
dibantu oleh para Arya. Raja berkedudukan di
Samprangan. sedangkan para Arya ditempatkan
di desa- desa yang dianggap rawan. Timbul pemberontakan-
pemberontakan di desa-desa Bali Aga seperti
Batur, Songan, Cempaga, dan lain-lain. Adipati
Bali hendak kembali ke Jawa, tetapi tidak diijinkan
oleh Gajah Mada, Adipati Bali dianugerahi pakaian
kebesaran dan keris Si Ganja Dungkul. Adipati
Bali mengadakan pembagian tugas dan wewenang
kepada warga Pasek keturunan Sapta Resi. Sri
Kala Gemet wafat. Diadakan sayembara untuk menjodohkan
putri- putri baginda. Dimenangkan oleh kerajaan
Koripan dan Gagelang. Kemudian lahir Sri Hayam
Wuruk, yang nantinya bertahta di Majapahit.
Adipati Bali, Dalem Ketut Kresna Kepakisan telah
wafat, tinggal putra- putra baginda. Ida I Dewa
Samprangan, Ida I Dewa Taruk, Ida I Dewa Ketut
Ngulesir lahir dari Ni Gusti Ayu Tirta putri
Sirarya Gajah Para. Yang bungsu yaitu Ida I
Dewa Tegal Besung, lahir dari Ni Gusti Ayu Kutawaringin
putri Sirarya Kutawaringin, Ida I Dewa Samprangan
menggantikan ayahnya menjadi raja berkedudukan
Samprangan. tetapi, kurang mampu memegang tampuk
pemerintahan. Kyayi Bendesa Gelgel Klapodyana
mencari Ida I Dewa Ketut ke Desa Pandak. Dengan
berbagai usaha, sampai-sampai Kyayi Bendesa
Klapodyana menyerahkan rumahnya untuk istana
raja. Maka, mulailah Kerajaan Gelgel dengan
raja Ida I Dewa Ketut bergelar Dalem Ketut Smara
Kepakisan. Para Arya yang telah banyak meninggal
dunia, jabatan digantikan oleh putra- putranya.
Tiga menteri utama, yaitu I Gusti Patandakan,
Ki Gusti Pinatih dan Ki Gusti Kubon Tubuh. Di
Majapahit diadakan suatu upacara besar- besaran
dengan mengundang adipati-adipati di luar Majapahit.
dikisahkan perjalanan utusan Majapahit ke tiap-
tiap daerah. Diuraikan persidangan raja Bali
menerima utusan Majapahit dan merencanakan perjalanan
ke Majapahit. Perjalanan Sri Smara Kepakisan
ke Majapahit, dengan rombongan di bawah pimpinan
Kryan Patandakan, Kryan Penatih dan Kryan Kubon
Tubuh. Diuraikan liku- liku perjalanan dengan
segala keindahannya. Selama di Majapahit, Sri
Smara Kepakisan selalu aktif mengikuti kegiatan-
kegiatan yang diadakan. Suatu saat baginda Raja
Majapahit menghadiahkan sebilah keris kepada
Adipati Bali yang kemudian terkenal dengan nama
Ki Bangawan Canggu, karena pada saat kembali
ke Bali, keris itu pernah jatuh di Bangawan
Canggu, sedang namanya semula adalah Ki Sudamala.
Sri Smara Kepakisan diundang oleh Adipati Madura
untuk menghadiri upacara yajnya. Baginda sempat
singgah di Majapahit, dan memperoleh keterangan
dari seorang pendeta yang bernama Çiwa
Waringin tentang sebab-musabah runtuhnya Majapahit.
Sri Smara Kepakisan wafat setelah disucikan
(di-diksa). oleh Mpu Kayu Manis dari Keling,
tahun 1882 (=sapangranga dwipak agni surya =
1460 Masehi). Diganti oleh Sri Watu Renggong.
Pada masa pemerintahan Dalem Watu Renggong datang
Dang Hyang Nirartha ke Bali, bersama anak istrinya.
disebutkan pula alasan beliau meninggalkan Brangbangan
dan riwayat perjalanannya sampai ke Gelgel.
Baginda raja beranjangsana ke Padangbai, Danghyang
Nirartha dan Kyayi Dauh Baleagung langsung ke
Padangbai. Kesusastraan berkembang baik. Karangan-
karangan Dang Hyang Nirartha: Gegutuk Menur,
Cara Kusuma, Ampik, Legarang, Mahisa Langit,
Darma Pitutur, Mahisa Megat Kung, Darma Putus,
Usana Bali, Anyang Nirartha, Wasista Sraya,
Sebun Bangkung. Karangan Pangeran Dauh: Rareng
Canggu Saha Wilit, Wukir Padelengan, Segara
Gunung, Karas Nagara, Jagul Tuwa, Wilet Mayura,
Anting- anting Timah. Peristiwa penyerangan
ke Brangbangan yang dipimpin oleh Kyayi Ularan,
Sri Juru terbunuh. Kemudian Kyayi Ularan pindah
ke Patemon. Pada masa jayanya Dalem Watu Renggong,
Ida I Dewa Tegal Besung wafat. Tinggal Putra-putranya,
yaitu: I Dewa Anggungan, I Dewa Gedong Arta,
I Dewa Nusa, I Dewa Bangli, I Dewa Pagedangan.
Datang seorang utusan untuk mengislamkan baginda
raja, bernama Ki Moder, tidak berhasil. Para
Menteri terkemuka: Kyayi Batan Jeruk, Kyayi
Pinatih, Kyayi Klapodyana dan para Arya yang
lain, semua setia kepada raja menurut jabatan
dan tempatnya masing-masing. Dalem Watu Renggong
ingin menjadi seorang Pendeta (Begawan), Mengundang
Danghyang Angsoka untuk Nabe, beliau tak berkenan,
tetapi merestui agar berguru kepada Danghyang
Nirartha, tercipta kidung Sarakusuma dan Smara
Racana. Kemudian Pendeta Buda Astapaka datang
ke Bali, maka di Bali mulai diadakan upacara
yajnya api (homa). Semua musuh yang ingin menyerang
Bali, utamanya musuh dari luar dapat diusir.
Contohnya: pertahanan di Kelahan. Melakukan
anjangsana ke daerah-daerah kekuasaannya yaitu
Lombok dan Sumbawa, mendirikan padarman di Lingsar.
Memberikan piagam penghargaan (prasasti) pada
pemuka-pemuka masyarakat. Dalem Watu Renggong
wafat tahun 1472 Çaka(= sapranga, pandita,
catur, janma), tahun 1550 Masehi. Putra Dalem
Watu Renggong: Ida I Dewa Pemahyun dan Ida I
Dewa Dimade (Seganing). Diasuh oleh putra I
Dewa Tegal Besung yaitu: I Dewa Gedong Arta,
I Dewa Anggungan, I Dewa Bangli, I Dewa Pagedangan.
I Dewa Pemahyun (Bekung) bertahta menjadi raja
dengan patih I Gusti Batan Jeruk. Timbul peristiwa
perebutan kekuasaan yang dipimpin oleh I Gusti
Batan Jeruk tampil Kyayi Manginte untuk mempertahankan
kerajaan bersama Kyayi Kubon Tubuh dan lain-lain.
Kedua putra raja Watu Renggong berhasil diselamatkan
oleh I Gusti Kubon Tubuh.
|
|
Terjadi pertempuran
hebat, I Gusti Batan Jeruk mengalami kekalahan,
beliau gugur tahun 1482 Çaka(= bahu,
pasa, yoga, bwana)= 1560 Masehi, Ki Gusti Nginte
menggantikan menjabat Patih Agung. Kryan Pande,
putra Kryan Dauh Bale Agung, yang ikut pada
peristiwa I Gusti Batan Jeruk, diampuni oleh
Dalem, kemudian berhasil mengalahkan lawan-
lawan di Sumbawa dan Tuban. Tampak kelemahan
dan ketidakbijaksanaan Dalem Bekung memegang
kendali pemerintahan. Dikisahkan tentang Ida
Telaga dan saudara- saudaranya, Karangan Ida
Telaga; Ender Rangga Wuni, Amerta Masa, Amurwa
Tembang, Patol, Wilit Sih Tan Pegat, Rareng
Taman, Rara Kaduri, Kebo Dungkul, Caruk Mirta
Masa, Kakangsen, Tepas. Peristiwa terbunuhnya
I Gusti Telabah, yang mengakibatkan gugurnya
Ki Gusti Pande dan kawan-kawan. Tercipta kidung
Arjuna Pralabda. Ki Gusti Jelantik dikirim untuk
menyerang Pasuruhan. Beliau gugur dalam pertempuran
tanpa senjata. kemudian lahir putranya, diberi
nama I Gusti Jelantik Bogol. Dalem Bekung digantikan
oleh Dalem Anom Seganing. Keamanan pulih kembali.
Sasak dikuasai lagi pada tahun Çaka 1547,
Sumbawa tahun Çaka 1552. Ki Gusti Pinatih
mengadakan perlawanan pada raja, dapat diatasi
oleh Ki Gusti Agung Widya (Patih). Putra-putra
Dalem Seganing 16 orang: Ida I Dewa Anom Pemahyun,
Ida I Dewa Dimade, Ida I Dewa Rani Gowang, I
Dewa Karangasem dan lain-lain. Pernikahan Ida
I Dewa Anom Pemahyun (putra sulung Dalem Seganing)
dengan Sri Dewi Pemahyun (putri tunggal Dalem
Bekung), melahirkan Ida I Dewa Anom Pemahyun
dan Ida I Dewa Anom Pemahyun Dimade, Ida I Dewa
Anom Pemahyun menjemput Dalem Bekung. ke Purasi
agar kembali ke Gelgel. Tahun Çaka 1572
Kyayi Lurah Singarsa menghadap Dalem Seganing,
memohon agar cucu baginda berkenan menerima
putrinya sebagai: permaisuri, Ida I Dewa Anom
Pemahyun (putra Dalem Seganing) sebagai penguasa
daerah Singarsa (Sidemen) dengan Bagawanta Mpu
Sukaton (Ida Pedanda Wayahan Buruan). Dalem
Seganing wafat tahun Çaka 1517. Digantikan
oleh putra yang sulung yaitu Ida I Dewa Anom
Pemahyun. Terjadi perebutan kekuasaan, Ida I
Dewa Anom Pemahyun pindah ke Purasi. Tahta kerajaan
digantikan oleh adiknya Ida I Dewa Dimade (Dalem
Dimade) dengan patih Kryan Agung Maruti Dimade,
Ida I Dewa Anon Pemahyun serta putranya yaitu
Ida I Dewa Anom Pemahyun Dimade bermukim di
Purasi. Sempat menyebarkan para Arya dan Pasek
ke desa- desa untuk mengaturnya. Kemudian, baginda
pindah ke Tambega (Desa Ababi ) Pedanda Sakti
Peling, pindah dari Gelgel ke Ulah Desa Sidemen.
Ida I Dewa Anom Pemahyun Dimade pindah dari
Tambega ke Sidemen, menikah dengan I Gusti Ayu
Sapuh Jagat, berputra Ida I Dewa Agung Gde Ngurah
dan Ida I Dewa Agung Ayu Gde Raka Pemahyun.
Barang- barang pusaka, keris Ki Sudamala, dan
lain-lain semua dibawa ke Sidemen. Terjadi perebutan
kekuasaan di Gelgel, Dalem pindah ke Guliang,
kekuasaan dipegang oleh Kryan Agung Maruti.
Kryan Agung Maruti hendak menggempur Sidemen,
tetapi gagal. Ida I Dewa Anom Pemahyun Dimade
berusaha mengadakan pendekatan dengan putra-putra
Dalem Dimade di Guliang. Utusan berkali-kali
dilakukan oleh Kyayi Lurah Sidemen Cerawis.
Kemudian Ida I Dewa Agung Jambe, pindah dari
Guliang ke Sidemen dan bermukim di Ulah bersama
dengan kemenakan baginda yaitu Ida I Dewa Agung
Gde Ngurah. Mengadakan permusyawaratan untuk
menyerang Kryan Agung Maruti di Gelgel. Kemudian
penyerangan dilanjutkan, dan Gelgel (Kryan Maruti)
dapat ditaklukkan pada tahun Çaka 1626.
Ida I Dewa Agung Jambe bertahta di Smarajaya
(Klungkung) raja pertama. Ida I Dewa Agung Gde
Ngurah dilantik sebagai penguasa daerah Singarsa
berkedudukan di Sidemen.
|
|
Nama/ Judul Babad :
|
Babad Dalem |
Nomor/ kode :
|
|
Koleksi :
|
Ida I Dewa Made Oka |
Alamat :
|
Jro Kanginan, Sidemen, Karangasem |
Bahasa :
|
Jawa Kuna |
Huruf :
|
Bali |
Jumlah halaman :
|
155 lembar. |
Ditulis oleh :
|
|
Colophon/ Tahun :
|
|
Kalimat awal :
|
Ong Awighnam Astu |
Kalimat akhir :
|
ardha rajya manut ing kinandhaning
Kaprabon. Puput, |
|
|
|
|
|
|
|