|
Isi Singkat Babad Buleleng. |
|
Pulau Bali
diperintah oleh Dalem Gelgel di bawah pemerintahan
Dalem Anom Sagening. Prameswari beliau dari
Desa Manggis bernama I Dewa Ayu Manggis yang
kemudian menurunkan Raja Gianyar, dan putranya
itu adalah Dalem Di Made.
Ida Dalem Sagening mengambil hambanya yang bernama
Ni Luh Pasek. Karenanya Ni Luh Pasek mempunyai
ciri-ciri gaib pada air seninya yang bersinar
telah diketahui oleh Dalem. Dalam hal ini tak
diceritakan lahirlah Ki Barak Panji. Waktu lahir
Ki Barak diserahkan kepada Ki Patih Jelantik
Bogol demi menghindari kekeruhan di dalam istana.
Begitu juga permaisuri Ki Patih Jelantik mempunyai
anak yang bernama I Gusti Jelantik Brangsinga.
Setelah berumur 12 tahun Ki Barak disangsikan
oleh permaisuri Ki Patih Jelantik, maka dikembalikan/
dihaturkan Ki Barak kepada Dalem. Ida Dalem
Sagening merasa kawatir dengan kekuatan gaib
Ki Barak, dengan jalan halus diutus Ki Barak
menguasai/ memerintah di Den Bukit.
Dalam perjalanan Ki Barak ke Den Bukit diiringi
oleh rakyat Dalem yang bernama Taruna Goak sebanyak
40 orang yang lengkap dengan perlengkapannya.
Setelah sampai di Bukit Mejan Ki Barak mohon
air dari kerisnya Baru Semang, karena rakyat
beliau kehausan. Dengan memancarnya air itu.
Yang kini disebut dengan Toya Katipat. Sedang
asik Ki Barak bersama pengiringnya menikmati
membuka perbekalannya, tiba-tiba datang Ki Panji
Landung seraya mengangkat ke atas sampai Ki
Barak dapat melihat sekeliling wilayah. Sejauh
pandangan Ki Barak ketika diangkat itu adalah
merupakan daerah wilayahnya kelak.
Dilanjutkan perjalanannya menyelusuri bukit
yang memanjang dan turun melewati Desa Sawan,
Menyali, terus ke Sinabun dan akhirnya sampai
di Pantai Sangsit yang pada saat itu diserang
oleh ikan lele. Hal ini dapat dibantu dan diselamatkan
dari bahaya, lalu melanjutkan perjalanan sampailah
di Pura Penimbangan yang mana terlihat orang
berkerumun melihat kapal yang sedang terdampar,
Dengan hal ini Ki Barak dapat membantunya dengan
kekuatan dari keris pusaka Ki Baru Semang, Dengan
jasa dari Ki Barak, maka kapten kapal itu memberikan
2 pasang Gong yang bernama Ki Sekar Gadung dan
Ki Sekar Sandat. Dengan kegaiban dari Keris
Ki Barak, Pungakan Gendis menjadi iri hati dan
menantangnya untuk berperang. Dalam perselisihan
ini Pungakan Dangdang Gendis meninggal di atas
kudanya, Selanjutnya anak Ki Dangdang Gendis
diperistri oleh Ki Barak yang bernama Dewa Ayu
Juruh. Setelah Ki Barak tahu dengan kekuatannya,
lalu mendirikan istana di Panji. Dalam perkawinan
ini lahirlah 4 orang putra dan seorang putri
yang bernama I Gusti Ayu Sakti dipersunting
oleh Ida Dewa Agung Nyalian. Di samping itu
juga Ki Barak Panji mengambil gadis di Den Bukit
yang menurunkan I Gusti Wayan Padang dan I Gusti
Made Banjar.
Setelah lama di Den Bukit, juga untuk memperluas
daerahnya, maka istana kerajaan dipindahkan
ke Sukasada. Dari Sukasada lah beliau memperluas
wilayahnya dengan menaklukkan kerajaan di Bondalem
di bawah I Gusti Mandala, kemudian menyerang
I Gusti Jambe Pule di Badung serta mengambil
putrinya yang selanjutnya menurunkan I Gusti
Alit Oka dan I Gusti Made Padang. Juga penyerangan
berikutnya ke Batur dan mengalami kemenangan,
Oleh karena wilayahnya bertambah luas, maka
istana kerajaan dipindah diperluas sampai ke
Buleleng dengan gelar I Gusti Panji Sakti.
Diceriterakan I Gusti Panji Sakti membantu Raden
Mas yang berselisih dengan Sultan Agung (Kerajaan
Mataram) dengan diutusnya Taruna Goak yang dipimpin
oleh putranya yang bernama I Gusti Danudresta.
Tetapi dalam hal ini I Gusti Panji Danudresta
mengalami kegagalan dan meninggal, maka I Gusti
Panji Sakti mengamuk datang ke Blangbangan hingga
Sultan Agung tidak dapat berkutik, dengan demikian
sebagai tanda kemenangan I Gusti Panji Sakti,
Pakubuwono menyerahkan rakyat yang beragama
Islam, bersama seekor gajah yang kini adanya
Desa Pegayaman.
|
|
Diceriterakan
Gelgel mengalami keributan, I Gusti Jelantik
minta bantuan kepada I Gusti Panji Sakti untuk
menjaga keamanan di istana. Pada keributan ini
I Gusti Ngurah Dukut Kreta dibunuh dan Kiyai
Agung Maruta lari kucar-kacir. Setelah aman
I Gusti Panji Sakti kembali ke Buleleng. Juga
Ki Panji Sakti dapat membantu Adipati Cakraningrat
raja Madura yang berselisih dengan Bupati Surabaya.
Kemudian I Gusti Panji Sakti menyerang Mengwi
karena Raja. Mengwi tidak mau menerima lamaran
beliau untuk mempersunting adiknya yang bernama
I Gusti Ayu Rai. Dalam penyerangan ini Mengwi
mengakui keunggulan I Gusti Panji dan adiknya
diserahkan. Selanjutnya lahirlah I Gusti Ayu
Panji, I Gusti Ayu Panji menurunkan I Gusti
Ayu Rai, dan diperistri oleh I Gusti Agung Anon
yang nantinya menurunkan keturunan di Kapal.
Juga I Gusti Panji Sakti menyerang raja Gianyar,
yang menyebabkan terbunuhnya Gajah tunggangan
Ki Barak itu, Setelah I Gusti Panji Sakti moksa,
lalu digantikan oleh putranya yang bernama I
Gusti Panji Gede, yang. dulunya memerintah di
Blangbangan. Karena I-Gusti Panji Gede kembali
lie Sukasada, pemerintahan di Blangbangan diserahkan
kepada Pangeran Mangku Ningrat, I Gusti Panji
Gede menurunkan I Gusti Ayu Rawit diambil oleh
I Gusti Ngurah Panji Bali. Dalam perkawinan
ini lahirlah 1 Gusti Ngurah Jelantik, I Gusti
Ngurah Panji berkedudukan di Sukasada, dan I
Gusti Ngurah Jelantik berkedudukan di puri Buleleng.
Dalam perselisihan I Gusti: Ngurah Jelantik
dengan I Gusti Ngurah Panji yang diakibatkan
oleh daya upaya raja Karangasem, sehingga dibunuhnya
I Gusti Ngurah Panji. Wilayah Buleleng sebagian
dikuasai oleh I Gusti Karang sebagai hadiah
dari I Gusti Ngurah Jelantik. Dalam kesempatan
ini I Gusti Ngurah Karang terbunuh oleh seorang
Mandar, Digantikan oleh putranya yang bernarma
I Gusti Ngurah Pahang. Pemerintahan I Gusti
Ngurah Pahang yang mendesak I Gusti Ngurah Jelantik
serta dengan kejam melakukan pembunuhan terhadap
keluarga I Gusti Ngurah Panji, sehingga I Gusti
Bagus Jobog mengungsi ke Tabanan I Gusti Bagus
Celagi bersembunyi di Banjar Bali di rumahnya
Haji Yusuf. I Gusti Ayu Jogog bersembunyi di
Bontiying dan di situ lah lahir putranya yang
bernama I Gusti Ngurah Rai dan I Gusti Bagus
Bebed.
Pemerintahan Anak Agung Pahang di Buleleng sangat
kasar, sehingga tidak lama memerintah dan digantikan
oleh I Gusti Nyoman Karangasem yang berkedudukan
di Bungkulan. Beliau menurunkan I Gusti Ketut
Jelantik Polong yang berpuri di Puri Kanginan.
Selanjutnya Buleleng diserang oleh Belanda,
raja Buleleng di bawah Raja Karangasem untuk
menggeser I Gusti Jelantik. Atas usul I Nyoman
Gempol dari banjar Jawa, diangkat lah I Gusti
Ngurah Rai dari Sawan untuk bertahta di Sukasada.
Tak lama kemudian terjadi perselisihan maka
pemerintahan diserahkan kepada adiknya I Gusti
Ngurah Bebed. Begitu juga I Gusti Nyoman. Karangasem
diangkat Belanda yang berkedudukan di Puri Kawan
dan mengambil istri yang bernama Jro Trena.
Oleh karena dalam perkawinan beliau tidak membuahkan
keturunan, lalu diangkatnya anak I Gusti Ngurah
Bebed yang bernama I Gusti Bagus Panji Tingting
dan I Gusti Made Putra Tiblang.
Diceriterakan kembali Ki Gusti Made Rai berputra
Ki Gusti Bagus Rai dan Ki Gusti Made Ksatra,
Ki Gusti Nyoman Karang, Ki Gusti Ketut Tangi
dan masih banyak lagi. Ki Gusti Nyoman Panarungan
menurunkan Ki Gusti Bagus Bebed yang berpuri
di Sukasada. Keturunan beliau yang berpuri di
Bangkang adalah Ki Gusti Made Banjar menurunkan
Ki Gusti Ayu Dangin yang diperistri oleh Ki
Gusti Nyoman Gunung dari Tukadmungga, Ki Gusti
Ayu Mas, Ki Gusti Nyoman Jlantik dan Ki Gusti
Made Panji. Ki Gusti Nyoman Banjar menurunkan
Ki Gusti Ayu Kompiang Panji Ki Gusti Made ,Selat
dan Ki Gusti Ketut Putu. Ki Gusti Wayan Jlantik
menurunkan Ki Gusti Putu Gede, Ki Gusti Made
Jelantik, Ki Gusti Ayu Nyoman Ayu yang diambil
oleh Ki Gusti Nyoman Jelantik, Ki Gusti Ayu
Kajeng, Ki Gusti Ayu Rai diambil oleh Ki Gusti
Putu Jlantik, Ki Gusti Putu Intaran di Bangkang,
Ki Gusti Ayu Ketut Panji diambil oleh Ki Gusti
Ketut Putra dari Tukadmungga. Ki Gusti Nyoman
Oka menurunkan Ki Gusti Putu Intaran, Ki Gusti
Made Celagi, Ki Gusti Nyoman Jlantik, Ki Gusti
Putu Gianyar dan Ki Gusti Made Kaler.
Kemudian Ki Gusti Ketut Jelantik berputra Ki
Gusti Ayu Kompiang Rai diperistri oleh Ki Gusti
Ketut Gede dari Tukadmungga. Kemudian Ki Gusti
Putu Batan menurunkan Ki Gusti Ayu Putu Sekar
diambil oleh Ki Gusti Ketut Ksatra dari Bangkang,
Ki Gusti Ayu Made Jlantik diambil oleh Ki Gusti
Made Celagi.
|
|
Nama/ Judul Babad :
|
Babad Buleleng |
Nomor/ kode :
|
Va. 4491, Gedong Kirtya Singaraja. |
Koleksi :
|
I Ketut Ginarsa. |
Alamat :
|
Banjar Paketan Singaraja. |
Bahasa :
|
Jawa Kuna bercampur Bali. |
Huruf :
|
Bali |
Jumlah halaman :
|
40 lembar |
Ditulis oleh :
|
Balai Penelitian Bahasa Singaraja. |
Colophon/ Tahun :
|
|
Kalimat awal :
|
Awighnam astu. Pranamian sira
dewam, bukti mukti i tarta ya,
prawaksia tatwa wijnyayah brahmanem Ksatriadih,
pataye swarah. |
Kalimat akhir :
|
Kunang Ki Gusti Ngurah Ketut
Jlantik uryaning Ratuning Buleleng
ring kaping untat, presida turuhaning pura
Kubutambahan, ana
wijanira stri sawiji, sang anama Ki Gusti
Ayu Kompiang, inalap
makastri de Ki Gusti Made Singaraja ring
Singaraja. |
|
|
|
|
|
|
|