|
Isi
Singkat Babad Batur |
|
Diceriterakan
Sang Prabu Majapahit mengambil istri ke Desa
Emas Betel yang bernama I Dewa Ayu Mas Arak
Api. Ketika, Dewa Ayu hamil, Sang Prabu tak
disadari menyiksa seorang hamba sampai meninggal.
Ibunya Bhatara Guru yang bernama Ida Dewayu
Mas Malepud. Dengan hadirnya Bhatara Guru ke
bumi ditugaskan untuk memberitahu para manusia
agar membuat parhyangan yang bernama "Kamulan"
(Bali: Nama parhyangan untuk pemujaan para leluhur).
Kemudian Ida Dewayu Mas Malepud hamil ketiga
kalinya, tak disadari lahir dan menghilang.
Hatinya sangat gelisah, berkaul lah Dewa Ayu
kepada para leluhurnya agar putranya yang lahir
dan menghilang itu datang kembali. Setelah itu
datang lah putranya dari angkasa dan diberi
nama I Gede Bhatara Indra. Sekarang I Dewa Ayu
Mas Mageng prameswari Bhatara Indra mempunyai
3 orang putra: I Gusti Pamucangan diutus mengiringkan
Sang Prabu pergi ke Bali, tak diceritakan perjalanannya
sampailah beliau di Pura Empul. Dewa Ayu Mas
kembali bertemu dengan Bhatara Indra dan bercakap-
cakap Ida di sana sehingga Ida Bhatara Indra
memberkati parhyangan kepada putranya seperti
adanya I Gede Putu Gunung Agung. Setelah itu
I Gede Putu dikaruniai Bali serta dikaruniai
air suci yang bernama Tirta Toya Mas Kusuma.
Kemudian I Gede Putu dikawinkan dengan I Yayu
Mas Kaot. I Pucangan lalu disuruh memondong
tuannya I Gede Putu ke Desa Tukad Belahan. Dalam
perjalanan beliau mengadakan desa-desa Basangaah,
Pengotan. Setelah lama berkata diberikan I Pucangan
, potongan bambu (bumbung) untuk tempat air
suci (tirta), yang bernama Toya Mas Mampeh.
Diceritakan Bhatara Guru mengambil istri yang
bernama Dewayu Mas Gagelang dan mempunyai seorang
istri yang bernama Yayu Mas Magelung, Dan putrinya
yang kedua bernama Dewayu Mas Wilis serta putranya
yang laki bernama I Gede Putu. Bersabdalah Bhatara
Indra dengan putranya yang kedua bahwa tempat
pemujaannya dibangun bersama rakyat Mengwi,
dan upacara pujawali diselenggarakan pada bulan
penuh sasih Kedasa (antara bulan April-Mei).
Dan juga dinasehati mendirikan parhyangan di
Pangastulan dan juga tatacara melaksanakan pemujaan.
Ida Prabu Majapahit mengambil istri dari Betawi
yang bernama Ida Dewayu Mas Malejer dan menurunkan
I Gede Manik Pancer dan setelah dewasa diberikan
kekuasaan dan menguasakan I Pasek Trunyan. I
Gede Manik Pancer meminta gong kepada I Madusara
dengan mengutus I Pasek Turunyan. Gong itu kemudian
dititipkan kepada I Pasek. Setelah itu Ida Bhatara
Indra didatangi oleh utusan yang bernama I Mimis
untuk menanyakan apakah gong itu sudah disampaikan
oleh I Pasek. Diceritakan Ida Bhatara Indra
menurunkan Ida Dalem Ketut di Gelgel yang diiringkan
oleh Pan Dukuh. Pan Dukuh diberikan tempat di
Tegalwangi tempatnya pasraman Dalem Suladri.
Disuruh memelihara taman Tirta Mas Arum itu
dengan baik. Suatu ketika terlihatlah seorang
anak kecil di atas daun teratai pada taman itu.
Lalu anak itu diambil dan disembunyikan di pondoknya.
Ida Dalem Ketut menanyakan kejadian itu kepada
Ki Dukuh tentang anak yang didapati di atas
daun teratai pada taman tersebut. Anak itu diberi
nama Gede Putu yang kemudian setelah dewasa
ditempatkan di daerah desa Nyalian. Kini Ida
I Gede Putu mengambil istri dari sebelah utara
jalan dan menurunkan dua orang putra. Setelah
dipandang dapat diandalkan menghadapi musuh,
diberikan gelar Sang Wayan Telabah. Diceriterakan
kini Dewayu Mas Maketel mempunyai putra yang
diberi nama I Gede Ngurah Den Bancingah. Setelah
I Gede Ngurah Den Bancingah turun dari Bangli,
mengambil istri putra dari Perbekel I Wayan
Batan Book. Setelah mempunyai putra diberikan
nama I Gede Ngurah Tirta Mas Arum. Tersebutlah
kini I Ratu dari Majapahit mengambil istri ke
Mas Betel yang bernama I Dewayu Tulang Nyuh
dan menurunkan I Gede Sakti yang dilahirkan
di Gunung Batukau dan adiknya Ida Bhatara Guru.
I Ratu Sakti Majapahit juga mengambil istri
ke pulau Bima yang bernama I Dewayu Mas Idering
Bwana yang menurunkan I Gede Ngrurah Cakraning
Bwana, Juga mengambil istri ke Pulau Batak yang
bernama Dewayu Mas Maningkang dan melahirkan
I Gede Ngurah. Dan istri beliau dari pulau Petingan
bernama Dewayu Mas Ngonjol yang melahirkan I
Gede Ngurah Londongan, Juga I Ratu Sakti mengambil
istri di Meru yang bernama Dewayu Mas Betel.
Istri beliau di Betawi bernama Dewayu Mas Ngalejer.
Istrinya dari Mas Betel yang bernama Dewayu
Arak Api mempunyai seorang putri yang bernama
I Dewayu Mas Membah. Juga mengambil istri dari
selat Rupek yang melahirkan I Gede Sakti dan
Bhatara Guru. Istrinya di Lase bernama I Yayu
Mas Karang melahirkan I Gede Maduwe Karang.
I Ratu Sakti mengambil istri ke Sumbawa yang
bernama Dewayu Mas Naga dan putranya bernama
I Naga Basukih. I Ratu Sakti mengambil istri
Dewayu Mas Asem menurunkan I Gede Masemsem.
Bila beliau ke Belanda mengambil istri yang
bernama Dewayu Mas Punuk yang melahirkan I Gede
Ngurah Manguntur. Putra beliau di Nyalian Putranya
dari Pulau Gresik bernama I Gede Dal yang ditempatkan
di sebelah Utara Taman Bali dengan tempat pemujaannya
bernama Dalem Tongaling.
|
|
Nama/ Judul Babad :
|
Babad Batur |
Nomor/ kode :
|
Va.4489, Gedong Kirtya Singaraja. |
Koleksi :
|
Balai Penelitian Bahasa Singaraja. |
Alamat :
|
Singaraja. |
Bahasa :
|
|
Huruf :
|
Bali. |
Jumlah halaman :
|
20 lembar. |
Ditulis oleh :
|
I Ketut Ginarsa, Banjar Paketan
Singaraja. |
Colophon/ Tahun :
|
|
Kalimat awal :
|
Om Awighnam astu.
Ida Ratu saking Majapahit, ngambil rabi
ka Emnas Betel,
mapesengan I Dewa Ayu Mas Arakapi. |
Kalimat akhir :
|
Cai turunang Bapa sakeng panagara
Nusa, apa ja pakabain bapa cai,
ne pet batu anggen cai palinggihan, ciriang
kasiden caine apanga
tegeh buin lumbang. |
|
|
|
|
|
|