Utpatti Bhagawan Brahma,
stithi Wisnuh tathewaca.
Pralina Bhagawan Rudrah,
trayastre lokya sranah.
(Buana Kosa. 25)
Maksudnya:
Tuhan sebagai Dewa Brahma sebagai pencipta Utpati, sebagai
Dewa Wisnu menjadi pemelihara atau Stithi dan sebagai Dewa
Rudra sebagai pemralina. Tuhan dalam wujud tiga Dewa itulah
pelindung bumi.
Pura Luhur Uluwatu ini berada di Desa Pecatu Kecamatan
Kuta Kabupaten Badung. Pura Luhur Uluwatu dalam pengider-ider
Bali berada di arah barat daya sebagai pura untuk memuja
Tuhan sebagai Batara Rudra. Kedudukan Pura Luhur Uluwatu
tersebut berhadap-hadapan dengan Pura Andakasa, Pura Batur
dan Pura Besakih. Karena itu umumnya banyak umat Hindu sangat
yakin di Pura Luhur Uluwatu itulah sebagai media untuk memohon
karunia menata kehidupan di bumi ini.
Karena itu, di Pura Luhur Uluwatu itu terfokus daya wisesa
atau kekuatan spiritual dari tiga dewa yaitu Dewa Brahma
memancar dari Pura Andakasa, Dewa Wisnu dari Pura Batur
dan Dewa Siwa dari Pura Besakih. Tiga daya wisesa itulah
yang dibutuhkan dalam hidup ini. Dinamika hidup akan mencapai
sukses apabila adanya keseimbangan Utpati, Stithi dan Pralina
secara benar, tepat dan seimbang.
Menurut Lontar (pustaka kuna) Kusuma Dewa Pura ini didirikan
atas anjuran Mpu Kuturan sekitar abad ke-11. Pura ini salah
satu dari enam Pura Sad Kahyangan yang disebutkan dalam
Lontar Kusuma Dewa. Pura yang disebut Pura Sad Kahyangan
ada enam yaitu Pura Besakih, Pura Lempuhyang Luhur, Pura
Goa Lawah, Pura Luhur Uluwatu, Pura Luhur Batukaru dan Pura
Pusering Jagat.
Berhubung banyak lontar yang menyebutkan Sad Kahyangan,
maka tahun 1979-1980 Institut Hindu Dharma (sekarang Unhi)
atas penugasan Parisada Hindu Dharma Pusat mengadakan penelitian
secara mendalam. Akhirnya disimpulkan bahwa Pura Sad Kahyangan
menurut Lontar Kusuma Dewa keenam pura itulah yang ditetapkan.
Lontar tersebut dibuat tahun 1005 Masehi atau tahun Saka
927, hal ini didasarkan pada adanya pintu masuk di Pura
Luhur Uluwatu menggunakan Candi Paduraksa yang bersayap.
Candi tersebut sama dengan candi masuk di Pura Sakenan
di Pulau Serangan Kabupaten Badung. Di candi Pura Sakenan
tersebut terdapat Candra Sangkala dalam bentuk Resi Apit
Lawang yaitu dua orang pandita berada di sebelah-menyebelah
pintu masuk. Hal ini menunjukkan angka tahun yaitu 927 Saka,
ternyata tahun yang disebutkan dalam Lontar Kusuma Dewa
sangat tepat.
Dalam Lontar Padma Bhuwana disebutkan juga tentang pendirian
Pura Luhur Uluwatu sebagai Pura Padma Bhuwana oleh Mpu Kuturan
pada abad ke-11. Candi bersayap seperti di Pura Luhur Uluwatu
terdapat juga di Lamongan, Jatim. Pura Luhur Uluwatu berfungsi
sebagai tempat pemujaan Dewa Siwa Rudra dan terletak di
barat daya Pulau Bali. Pura Luhur Uluwatu didirikan berdasarkan
konsepsi Sad Winayaka dan Padma Bhuwana.
Sebagai pura yang didirikan dengan konsepsi Sad Winayaka,
Pura Luhur Uluwatu sebagai salah satu dari Pura Sad Kahyangan
untuk melestarikan Sad Kertih (Atma Kerti, Samudra Kerti,
Danu Kerti, Wana Kerti, Jagat Kerti dan Jana Kerti). Sedangkan
sebagai pura yang didirikan berdasarkan Konsepsi Padma Bhuwana,
Pura Luhur Uluwatu didirikan sebagai aspek Tuhan yang menguasai
arah barat daya. Pemujaan Dewa Siwa Rudra adalah pemujaan
Tuhan dalam memberi energi kepada ciptaannya.
Ida Pedanda Punyatmaja Pidada pernah beberapa kali menjabat
Ketua Parisada Hindu Dharma Pusat mengatakan bahwa di Pura
Luhur Uluwatu memancar energi spiritual tiga dewa. Kekuatan
suci ketiga Dewa Tri Murti (Brahma, Wisnu dan Siwa) menyatu
di Pura Luhur Uluwatu. Karena itu umat yang membutuhkan
dorongan spiritual untuk menciptakan, memelihara dan meniadakan
sesuatu yang patut diadakan, dipelihara dan dihilangkan
sering khusus memuja Dewa Siwa Rudra di Pura Luhur Uluwatu.
Salah satu ciri hidup yang ideal menurut pandangan Hindu
adalah menciptakan segala sesuatu yang patut diciptakan.
Memelihara sesuatu yang patut dipelihara dan menghilangkan
sesuatu yang patut dihilangkan. Menciptakan, memelihara
dan menghilangkan sesuatu yang patut itu tidaklah mudah.
Berbagai hambatan akan selalu menghadang.
Dalam menghadapi berbagai kesukaran itulah umat sangat
membutuhkan kekuatan moral dan daya tahan mental yang tangguh.
Untuk mendapatkan keluhuran moral dan ketahanan mental itu
salah satu caranya dengan jalan memuja Tuhan dengan tiga
manifestasinya. Untuk menumbuhkan daya cipta yang kreatif
pujaan Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewa Brahma.
Untuk memiliki ketetapan hati memelihara sesuatu yang patut
dipelihara pujaan Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewa
Wisnu. Untuk mendapatkan kekuatan untuk menghilangkan sesuatu
yang patut dihilangkan pujaan Tuhan dalam manifestasinya
sebagai Dewa Siwa. Energi spiritual ketiga manifestasi Tuhan
itu menyatu dalam Dewa Siwa Rudra yang dipuja di Pura Luhur
Uluwatu.
Pura Luhur Uluwatu ini tergolong Pura Kahyangan Jagat.
Karena Pura Sad Kahyangan dan Pura Padma Bhuwana itu adalah
tergolong Pura Kahyangan Jagat. Di Pura Luhur Uluwatu ini
Batara Rudra dipuja di Meru Tumpang Tiga. Di sebelah kanan
dari Jaba Pura Luhur Uluwatu ada Pura Dalem Jurit sebagai
pengembangan Pura Luhur Uluwatu pada zaman kedatangan Dang
Hyang Dwijendra pada abad ke-16 Masehi.
Di Pura Dalem Jurit ini terdapat tiga patung yaitu patung
Brahma, Ratu Bagus Dalem Jurit dan Wisnu. Ratu Bagus Dalem
Jurit itulah sesungguhnya Dewa Siwa Rudra dalam wujud Murti
Puja. Pemujaan energi Tri Murti dengan sarana patung ini
merupakan peninggalan sistem pemujaan Tuhan dengan sarana
patung dikembangkan dengan sistem pelinggih. Karena saat
beliau datang ke Pura Dalem Jurit itu sistem pemujaan di
Pura Luhur Uluwatu masih sangat sederhana karena kebutuhan
umat memang juga masih sederhana saat itu.
Pura Luhur Uluwatu juga memiliki beberapa pura Prasanak
atau Jajar Kemiri. Pura Prasanak tersebut antara lain Pura
Parerepan di Desa Pecatu, Pura Dalem Kulat, Pura Karang
Boma, Pura Dalem Selonding, Pura Pangeleburan, Pura Batu
Metandal dan Pura Goa Tengah. Semua Pura Prasanak tersebut
berada di sekitar wilayah Pura Luhur Uluwatu di Desa Pecatu.
Umumnya Pura Kahyangan Jagat memiliki Pura Prasanak.
* I Ketut Gobyah |