Seperti halnya dengan Pura Selukat. Ketenangan dan kedamaian
mengalir bagi umat Hindu yang datang ke pura tersebut untuk
melukat segala mala dan menyucikan diri. Air kehidupan begitu
mengalir secara alami dari dalam bumi ke permukaan. Mereka
datang dengan ketulusan hati ke Pura Selukat, mencari ketenangan
hati dan pikiran serta kedamaian jiwa.
Mereka datang mencakupkan tangan serta melukat di Pura
Selukat untuk menyucikan diri dari segala mala. Tidak hanya
terbatas pada kelas sosial, mereka yang datang melukat di
Pura Selukat juga atas petunjuk untuk bisa sembuh dari penyakit
yang dideritanya. Seorang rohaniwan maupun pendeta juga
tak luput untuk melukat di pura petirtaan yang ada di alur
Sungai Pakerisan.
Tidak hanya untuk masyarakat umum, orang-orang yang belajar
ilmu kebatinan, bahkan para pejabat daerah dan mantan pejabat
negara kerap kali datang untuk melukat dan memohon anugerah
kepada Ida Barata Selukat. ”Mereka yang datang ke
Pura Selukat mempunyai tujuan masing-masing dengan cara
sembahyang serta melukat,” ungkap Mangku Gede Masceti
yang ngayah di Pura Selukat.
Meski bangunan pura tidak begitu luas, namun tak memperkecil
makna dari kebesaran Ida Hyang Widhi Wasa dalam berbagai
manifestasinya sebagai Tri Murti. Pura Selukat berada di
areal persawahan Subak Tuas, Desa Keramas, Blahbatuh, Gianyar.
Luasnya kira-kira sekitar 8 are terbagi dalam Tri Mandala,
yakni jaba sisi, jaba tengah dan jeroan. Pada Utama Mandala
(jeroan) terdapat bangunan Padmasana sebagai stana Hyang
Widhi, Gedong Penyimpenan dan sepasang arca pendeta.
Di bagian jaba tengah (madya mandala) hanya terdapat sebuah
Gedong yang di dalamnya terdapat pancuran yang merupakan
saluran dari sumber mata air di Pura Selukat. Dalam Gedong
Patirtaan tersebut adalah sumber air patirtaan terdiri atas
tiga sumber, dari barat, utara dan timur. Sedangkan di bagian
jaba sisi terdapat bangunan Pesandekan (peristirahatan)
serta dua pancuran yang sumber airnya berasal dari dalam
gedong untuk melukat warga yang datang ke Pura Selukat.
Kebiasaan warga setempat bahwa setiap ingin melukat di
Pura Selukat tidak serta merta langsung begitu saja masuk
ke jeroan. Meski telah dilengkapi dengan sesaji disertai
dengan berbusana adat untuk sembahyang, perjalanan melukat
diawali dengan terlebih dahulu membersihkan diri (mandi)
di tepian Sungai Solas Sowan, yang berada di sebelah timur
pura. Usai mandi baru dilakukan pangelukatan oleh pemangku
dengan air yang berasal dari dalam gedong untuk selanjutnya
dituntun masuk ke jeroan. Di tempat ini, dilakukan persembahyangan
memohon untuk dihapuskan segala mala yang ada di dalam dirinya.
Kata ‘’selukat”, menurut salah satu tokoh
Puri Keramas yang juga sebagai penulis I Gusti Agung Wiyat
S. Ardhi, berasal dari kata ”Sulukat” —
”Su” berarti baik dan ”lukat” berarti
penyucian — tempat menyucikan diri guna memperoleh
kebaikan, kerahayuan. Pura Selukat ini diyakini mampu membersihkan
diri seseorang secara niskala, sanggup menghilangkan segala
penyakit. Mereka yang datang ke Pura Selukat adalah mereka
yang sedang dirajam penyakit seperti bebai, pikiran yang
kalut/kacau, dan sebagainya.
Mangku Gede Masceti menambahkan, keberadaan Pura Selukat
sebagai tempat untuk melukat segala mala, khususnya penyakit
tercantum dalam Usada Bebai. Mereka yang terkena penyakit
ini menggunakan tirtha selukat beserta tirtha sudamala yang
disertai dengan tirtha pendukung lainnya yang jumlahnya
sebanyak 11 tirtha.
Warga yang datang untuk melukat di Pura Selukat dalam hal
ini tidak ada sesaji khusus. Hanya, jika tujuannya sebatas
menyucikan diri, memohon keselamatan, cukup membawa banten
pejati. Namun, jika pernah sakit atau sedang dalam proses
penyembuhan, selain membawa pejati juga ditambah sesaji
yang disebut tebasan pelukatan.
Di samping untuk membersihkan diri dari segala mala, Pura
Selukat juga menyimpan kekuatan lain. Pura Selukat yang
kini banyak didatangi oleh warga dari luar Gianyar ini,
juga mampu memberikan anugerah taksu pada keahlian seseorang.
Kebanyakan taksu mengalir dari Pura Selukat merupakan taksu
seniman. Namun hal tersebut tidak terlepas dari sebagaimana
yang diinginkan oleh warga yang datang ke Pura Selukat.
Dalam cermatan Agung Wiyat S., keberadan Pura Selukat dalam
hal ini seakan menjadi tempat persembahyangan wajib bagi
para seniman yang tumbuh di daerah setempat. Keterikatan
para penggiat seni dengan pura yang berlokasi di tepian
Sungai Solas Sowan ini bukan semata-mata dikarenakan lokasi
pura yang berada dalam satu desa. Para seniman yang ada
sangat percaya Ida Batara yang berstana di Pura Selukat
mampu memberikan anugerah taksu sehingga kesenian yang digeluti
menjadi hidup, bertenaga dan berkarisma. Sehingga dari desa
ini menetas puluhan penggelut seni teater Bali (Arja), seperti
I Monjong yang namanya tentu kini masih dikenang penggemar
Arja di Bali.
Ada juga yang tujuan lainnya. Mereka yang sebelum membangun
kelompok kesenian, biasanya warga tangkil ke Pura Selukat,
seakan meminta petunjuk. Setelah terbentuk, mereka kembali
lagi ke pura untuk menyatakan permakluman serta kesungguhan
hati. Setelah mendapatkan penganugerahan, para seniman ini
biasanya juga ngadegang, melakukan pemujaan khusus ke hadapan
Ida Batara Selukat di rumahnya masing-masing. Dari sana
nantinya mereka akan memohon izin kepada Beliau sebelum
akhirnya berangkat pentas.
Selain seniman di Keramas, banyak pula seniman di luar
desa bahkan Gianyar yang datang untuk memohon taksu di Pura
Selukat. Termasuk para pejabat daerah. Seperti halnya beberapa
waktu lalu, salah satu kandidat calon bupati maupun gubernur
mendatangi Pura Selukat memohon penyucian diri dan anugerah.
Keberadaan Pura Selukat dalam angka tahun sama sekali tidak
diketahui. Dari berbagai sumber menyebutkan, adanya nama
Pura Selukat ini selain terdapat dalam Usada Bebai, juga
terdapat dalam Kesuma Dewa dan Pura Keramas. Dalam Kesuma
Dewa di mana disebutkan dalam kaitannya Ida Batara Sakti
Gunung Lebah Gunung Agung dalam hal mamijilkan tirtha terebesan
danau disebutkan Tirtha Telaga Waja, Tirtha Selukat dan
tirtha yang ada di tengah segara. ”Di sana hanya disinggung
kalimat selukat sedikit,” katanya.
Namun dalam Purana Keramas disebutkan bahwa Pura Selukat
dikenal dengan sebagai sumber air kehidupan. Pura ini diperkirakan
ditemukan hampir bersamaan dengan Pura Masceti, oleh I Gusti
Agung Maruti. Saat meninggalkan Cau Rangkan (Jimbaran),
menuju arah timur laut yang diiringi 1.100 pasukan tiba
di suatu tempat dan menemukan bebaturan, berlokasi di dalam
hutan, dekat dengan pantai yang kini dinamakan Pura Masceti.
Setelah mengaturkan bakti kepada Ida Batara yang berstana
di tempat suci tesebut, beliau yang mendapatkan petunjuk
kemudian melanjutkan perjalanan menelusuri hutan yang lebat
ke arah barat laut. Dalam perjalanan, kawasan perbukitan
di pinggir Sungai Pakerisan ditemukan sumber air. Air ini
kemudian dipergunakan sebagai sarana membersihkan diri beserta
dengan iringan pasukannya.
Usai masucian, beliau beserta dengan iringan pasukannya
menyusuri tepian Sungai Pakerisan. Ternyata terdapat 10
sumber mata air lainnya ditemukan sebelum akhirnya I Gusti
Agung Maruti sampai di sebuah desa yang kini disebut Desa
Keramas.
Sejak ditemukannya sumber mata air tersebut, kini warga
di desa tersebut banyak memanfaatkan sumber air Selukat
untuk keperluan penyucian diri, mengheningkan pikiran. Lambat
laun, keberadaan Pura Pancoran Selukat — sebut orang
di sana — kini banyak didatangi oleh orang-orang dari
Tabanan, Denpasar, Bangli dan sejumlah daerah lainnya yang
ada di Bali. Ketenaran pura semakin bertambah ketika dibuka
Jalan IB Mantra. Mereka yang ingin tangkil dari luar daerah
lebih gampang mencari air kehidupan untuk ketenangan dan
kedamaian hati, pikiran serta jiwa, dan anugerah taksu dalam
kehidupan. (dar)
http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2008/4/9/bd2.htm
|