Pura Goa Giri Putri----------
Tempat Memohon Segala Keberkahan
Kehidupan umat Hindu di Bali dan umumnya di Indonesia,
tidak bisa dipisahkan dari kegiatan ritual keagamaan. Setiap
hari ritual upacara selalu digelar, mulai dari tingkatan
terkecil (rumah) hingga lebih besar (di pura). Tentunya
dengan harapan mendapat kemakmuran dan kesejahteraan. Dengan
srada dan bakti yang benar-benar tulus, suci, nirmala, umat
tentu sangat berharap dapat mewujudkan tujuan hidup Moksartam
jagatdhita ya ca iti dharma. Untuk pura, banyak lokasi yang
bisa dikunjungi yang tersebar di seluruh Bali. Hingga luar
Bali bahkan luar negeri. Bagaimana dengan di Bali?
======================================================
Di Bali, salah satunya yang bisa dituju adalah Pura Goa
Giri Putri. Tepat, bila umat tangkil ke pura ini memohon
anugerah kesejahteraan lahir batin, agar murah rezeki, dipermudah
jalan menuju kesuksesan dalam berusaha, kedamaian hidup,
keselarasan dan keharmonisan rumah tangga serta memohon
anugerah kemaslahatan umat manusia dan lainnya.
Goa merupakan tempat/lubang besar atau kecil yang ada di
dalam tanah, baik diperbukitan atau gunung yang memiliki
rongga dengan lebar dan panjang tertentu. Giri Putri, merupakan
nama yang diberikan untuk sebuah goa di Dusun Karangsari,
Suana, Nusa Penida. Giri artinya bukit/pegunungan. Putri
artinya perempuan cantik. Dalam konsep ajaran Hindu, putri
yang dimaksud adalah sebuah simbolis bagi kekuatan/kesaktian
Tuhan yang memiliki sifat keibuan (kewanitaan).
Jadi, Goa Giri Putri dimaksudkan sebagai sebuah lubang
yang memiliki rongga, ruang dengan ukuran tertentu sebagai
tempat bersemayamnya kekuatan/kesaktian Tuhan dalam manifestasinya
berupa seorang perempuan/wanita cantik yang disebut ''Hyang
Giri Putri'' yang tiada lain adalah salah satu saktinya
dan kekuatan Tuhan dalam wujudnya sebagai Siwa.
Goa Giri Putri berada di ketinggian 150 meter di atas permukaan
air laut. Memiliki panjang sekitar 310 meter dan terdapat
6 tempat bersembahyang/pelinggih. Sebelum tahun 1990, Goa
Giri Putri hanyalah sebuah goa yang dijadikan objek wisata
lokal, terutama saat hari raya Galungan dan Kuningan. Di
samping air yang ada di Taman Goa dijadikan air suci/tirta
(utamanya oleh masyarakat Karangsari) serangkaian dengan
diadakannya upacara Panca Yadnya.
Sebagai bentuk pelestarian dan menjaga keberadaan Goa Giri
Putri sebagai tempat persembahyangan sekaligus objek wisata
spiritual dan budaya, muncullah ide pembangunan pelinggih-pelinggih
sebagai tempat pemujaan kepada para dewa yang bersemayam
di Pura Goa Giri Putri. Ada enam pelinggih dan kekuatan
Tuhan yang bersemayam di Pura Goa Giri Putri di antaranya
Pelinggih Hyang Tri Purusa, Pelinggih Hyang Wasuki, Pelinggih
Hyang Giripati, Pelinggih Hyang Giri Putri, Pelinggih Payogan
dan Pelinggih Hyang Siwa Amerta, Sri Sedana/Ratu Syahbandar
dan Dewi Kwam Im.
Bukan hanya saat piodalan yang berlangsung pada Purnamaning
Kalima, Pura Goa Giri Putri selalu padat dikunjungi pemedek
setiap harinya. Apalagi, Pura Goa Giri Putri masuk dalam
daftar deretan pura yang dijadikan objek wisata spiritual
di Nusa Penida. Bukan hanya umat Hindu, pejabat tinggi nasional
juga kerap bersembahyang di Pura Goa Giri Putri, terutama
saat ada kegiatan di Kecamatan Nusa Penida.
Jika tangkil ke Pura Goa Giri Putri, saat turun di pelataran
parkir kemudian menyeberang jalan, pemedek langsung berhadapan
dengan jalan berundak-undak (anak tangga) yang berjumlah
110 undak. Sampai di atas, bertemu pelinggih pertama (Pelinggih
Hyang Tri Purusa) berupa sebuah Padmasana yang berada persis
di depan mulut goa.
Bendesa Pakraman Karangsari I Nyoman Dunia, S.Pd. dan Pemangku
Pura Goa Giri Putri Ketut Darma, MBA menuturkan, sesuai
petunjuk niskala yang sering diterima para supranatural,
yang malinggih di pelinggih itu adalah kekuatan Ida Sang
Hyang Widhi dalam perwujudannya sebagai Hyang Tri Purusa
(ajaran Siwa Sidantha) yang terdiri atas Paramasiwa, Sadasiwa
dan Siwatma.
Paramasiwa berarti Nirguna-Brahman yakni Tuhan dalam keadaan
nirguna/suci murni tanpa terkena pengaruh maya. Kekal abadi,
tidak berubah, tidak dilahirkan dan tidak mati, wyapi wyapaka
nirwikara dan lainnya. Sadasiwa yakni saguna-brahman, Tuhan
dalam keadaan saguna (Mahakuasa), bersifat gaib, suci dan
mulia. Sedangkan Siwatma yakni Tuhan dalam pengaruh maya
yang menjadi sumber hidup atau jiwatma bagi segala makhluk.
Jadi, kekuatan Tuhan yang dipuja di pelinggih pertama itu
yakni Hyang Tri Purusa. Di mana, tempat memohon anugrrah
perlindungan dari segala pengaruh negatif, kebahagiaan lahir
batin dan memohon tuntunan dalam menjalankan tugas hidup.
Setelah bersembahyang di Pelinggih Tri Purusa, pemedek
lanjut memasuki areal Goa Giri Putri. Kesan pertama bagi
siapa pun yang baru pertama kali tangkil ke pura ini, pasti
akan merasa takut, waswas dan berpikir tidak mungkin bisa
masuk karena ketika melihat mulut goa yang berukuran kecil.
Hanya bisa dilalui satu orang saja. Namun, pikiran tersebut
akan sirna, ketika pemedek sudah memasuki area goa. Mulut
goa yang kecil hanya akan dilalui sekitar 3 meter saja.
Selebihnya, pemedek akan tercengang dengan keajaiban yang
ada dan pasti tidak menyangka bahwa rongga goa sangat lebar
dan tinggi, diperkirakan bisa menampung hingga 5.000 pemedek.
Begitu melewati terowongan, pemedek kembali menemukan pelinggih
kedua, yakni Pelinggih Hyang Wasuki yang berupa Sapta Petala.
Hyang Wasuki merupakan salah satu manifestasi Ida Sang Hyang
Widhi Wasa dengan sifat penolong, penyelamat dan pemberkah
kemakmuran. Karena Hyang Wasuki diwujudkan dalam bentuk
naga bersisik emas berkilauan penuh pernak-pernik mutiara
dan mahkota hingga ke ekor.
Hyang Wasuki juga senantiasa menjaga keseimbangan alam
bawah (pertiwi) demi keselamatan dan kesejahteraan umat
manusia beserta mahkluk lainnya. ''Makanya, umat Hindu yang
tangkil di pelinggih ini selalu memohon keselamatan, kedamaian
dan ketenteraman umat pada umumnya dan khususnya keluarga,''
ujar Mangku Ketut Darma.
Usai melakukan persembahyangan di Pelinggih Hyang Wasuki,
pemedek melanjutkan persembahyangan di pelinggih ketiga
berupa Padmasana. Pelinggih ini merupakan tempat berstananya
Hyang Giripati/Siwa, Penyineban Ida Batara dan tempat pelukatan.
Di pelinggih ini, sebelum pemedek melakukan persembahyangan,
wajib melakukan pelukatan Dasa Mala terlebih dahulu dengan
memohon tirta pelukatan kepada Ida Hyang Giri Putri, Dewi
Gangga dan Hyang Giri Pati agar segala papa klesa, sarva
roga dan hal-hal yang bersifat asuri sampat, baik sekala
maupun niskala bisa diruwat, dilebur dan dimusnahkan. ''Setelah
prosesi pelukatan selesai, baru dilakukan persembahyangan
di depan Pelinggih Giripati guna memohon pasupati pelukatan
sehingga secara lahir batin kita terlepas dari hal-hal negatif,''
timpal Bendesa Nyoman Dunia.
Persembahyangan berikutnya adalah pelinggih keempat yakni
tempat berstananya Hyang Giri Putri. Sebelum menaiki tangga,
pemedek terlebih dahulu menjumpai sebuah pelinggih berupa
pengrurah linggih Ida Ratu Tangkeb Langit sebagai penjaga
Ida Hyang Giri Putri. Sebab, harus diketahui, setelah pemedek
berada di areal luhur Giri Putri, akan dijumpai Pelinggih
Hyang Giri Putri yang berdampingan dengan pelinggih Pengaruman
sebagai tempat menstanakan simbol-simbol dewa-dewi berupa
arca dan Rambut Sedana. Yang paling unik dari pelinggih
ini, yakni keberadaannya di tengah-tengah atas dinding goa.
''Agar bisa tangkil dan bersembahyang di pelinggih ini,
harus menaiki tangga dulu (kini sudah terbuat dari pelat
mobil),'' ujar pemangku Ketut Darma.
Dipelinggih ini, pemedek dapat memohon anugerah untuk mewujudkan
harapan-harapan hidup. Pemedek juga dapat memohon penyembuhan
penyakit melalui percikan tirta suci oleh pemangku/tetua/pelingsir
rombongan yang sebelumnya didahului dengan memohon izin
dari Hyang Giri Putri, Hyang Tri Purusa, Hyang Giri Pati,
Hyang Wasuki, Hyang Mahadewa, Hyang Sri Sedana dan Dewi
Kwam Im.
Ada juga Pelinggih Payogan. Pelinggih ini berupa Padmasana,
sebenarnya dalam satu ruangan dengan Giri Putri. Jaraknya
sekitar 7 meter. Sesuai namanya pelinggih ini merupakan
tempat peraduan Hyang Giri Putri-Hyang Giri Pati. Tempat
khusus melakukan tapa, yoga dan semadi. Orang bijak sering
menyebut sebagai tempat Ida Ratu Niyang-Ratu Kakiang. Ada
juga yang menyebut linggih Ida Hyang Siwa dalam wujud Tri
Purusa.
Persembahyangan di tempat ini umumnya dilakukan bersamaan
dengan di tempat Hyang Giri Putri (ngayeng). Hanya, setiap
pemedek diharapkan mengaturkan canang sari atau pejati.
Jika pemedek ingin melakukan hening (semadi), dipersilakan
sesuai kehendak pemedek. Jenis mantra yang digunakan Siwa
Astawa atau seha sesuai dengan kemampuan pemedek.
Terakhir, Pelinggih Hyang Siwa Amerta, Sri Sedana/Ratu
Syahbandar dan Dewi Kwam im. Pelinggih ini berada di ujung
tenggara, di mana pemedek bisa melihat dengan jelas pancaran
sinar matahari yang seolah-olah memberi obor suci dari kilauan
cahaya Sang Hyang Surya. Di area pelinggih itu, ada dua
pelinggih berupa Padmasana tempat berstananya Dewa/Hyang
Siwa Amerta/Mahadewa dan Gedongsari Linggih Ida Hyang Sri
Sedana/Ratu Syahbandar, Ratu Ayu Mas Melanting serta dua
patung Kwam Im. Semuanya merupakan Dewa Pemurah, Pengasih
dan Penyayang, Penolong, Kebijaksanaan serta Dewa-dewi Kemakmuran.
Secara umum, di tempat ini merupakan perpaduan konsep Siwa-Budha
serta tempat bagi pemedek memohon anugerah kesejahteraan
lahir batin, agar murah rezeki, dipermudah jalan menuju
kesuksesan dalam berusaha, kedamaian hidup, keselarasan
dan keharmonisan rumah tangga serta memohon anugerah kemaslahatan
umat manusia dan lainnya.
* baliputra |