Siang kemarin, terik matahari begitu menyengat. Di jalan
setapak sepanjang kurang lebih 300 meter masuk agak ke selatan
itu tidak terlihat satu pun warga yang melintas. Sepanjang
jalan selebar kurang dari dua meter itu nampak pohon pisang
menyambut. Jalan tersebut adalah jalan satu-satunya menuju
Pura Buwit yang berlokasi di pinggir pantai. Lokasi pura
sangat gampang dicari lewat jalan bypass Prof Ida Bagus
Mantra. Lokasinya percis di timur jembatan Lebih- Tulikup.
Agar tidak membingungkan umat, di pinggir jalan tersebut
diisi plang khusus.
Lokasi pura sendiri terletak di tengah sawah dan sangat
asri. Di utama mandala sendiri belum semua pembangunan permanen.
Hanya terdapat sebuah palinggih pesamuan alit yang belum
selesai dikerjakan. Tembok pura juga belum semuanya terpasang.
Pura yang luasnya kurang lebih sepuluh are itu diempon warga
Sangging se-Bali. Jumlah warga Sangging di Pulau Dewata
ini diperkirakan mencapai 18 ribu jiwa. Hal itu dibenarkan
oleh Ketut Wijana Sangging, salah satu pengempon Pura Buwit.
Menurutnya, piodalan di Pura Buwit berlangsung setiap Tumpek
Wayang setiap enam bulan sekali. Sangging menceritakan,
nama Buwit sendiri berarti pelabuhan. Ini tercantum dalam
berbagai Susastra. “Dulu di sekitar pura diyakini
menjadi pelabuhan para arya yang datang ke Bali. Sebagai
bukti ada gundukan kecil yang ada di tengah pura,”
ujar Sangging meyakinkan.
Menurutnya, setiap berlangsung piodalan semua warga Sangging
se-Bali datang sembahyang di pura tersebut. “Pura
Buwit diyakini sebagai pura dasar Sangging di Bali,”
cetusnya meyakinkan.
Renovasi beberapa palinggih di utama mandala pura demikian
Sangging dilakukan tahun 2005. “Renovasi belum bisa
dilakukan secara penuh. Ini karena faktor biaya. Kita lakukan
secara bertahap,” ujarnya.
Yang penting kata Sangging, bagaimana warga Sangging di
Bali bisa mengetahui keberadaan pura yang memiliki sejarah
yang cukup tinggi. ” Ini ibarat kawitan. Jangan sampai
umat tidak mengetahui,” ujarnya.***
http://www.jawapos.com/index.php?act=detail_radar&id=151199&c=94
|