Pura Bukit Mentik di Gunung Lebah (Batur)
 
 
Pura Bukit Mentik di Danau Batur

Tasyarthe Sarvabhutanam
goptaram dharmamat majam.
Brahma tejomayam dandam
Asrjat purva isvarah.
(Manawa Dharmasastra VII.14).

Maksudnya:
Demi untuk patuhnya masyarakat pada norma hidup yang baik, Tuhan telah menciptakan dharma sebagai anaknya untuk melindungi semua makhluk, itulah bentuk kejayaan dari dari Brahman.

Tuhan menciptakan alam seperti bumi ini dengan segala isinya serta menciptakan tuntunan suci yang disebut dharma untuk menuntun kehidupan semua makhluk di bumi ini. Alam dan aturan suci itu sesungguhnya ciptaan dan milik Tuhan. Pura Bukit Mentik dekat Danau Batur terdapat dua Meru Tumpang Tiga berada di sebelah kiri Meru Tumpang Lima yang merupakan pelinggih utama di Pura Bukit Mentik.

Di Meru Tumpang Lima itu dipuja Dewa Danuh yang di Pura Bukit Mentik disebut Ida Ratu Ayu Sembah Suun. Demikian Jero Mangku Jenaka atau Jero Mangku Pupul menjelaskan. Dua Meru Tumpang Tiga di sebelah kiri Meru Tumpang Lima pelinggih utama di Pura Bukit Mentik itu adalah sebagai stana Ida Ratu Maduwe Gumi dan Ida Ratu Maduwe Gama. Dua Meru Tumpang Tiga di sisi kiri Pelinggih Utama Meru Tumpang Tiga ini memberikan suatu visualisasi untuk memotivasi umat Hindu agar menumbuhkan keyakinan bahwa Tuhan itulah yang memiliki bumi yang diciptakan-Nya. Ini juga sebagai tempat umat manusia hidup dan mengembangkan kehidupannya mewujudkan cita-citanya.

Meru Tumpang Lima stana Dewi Danu yang diberi sebutan Ida Ratu Ayu Sembah Suun tiada lain adalah pemujaan Tuhan yang bercorak Waisnawa untuk memotivasi umat manusia memahami bahwa air sebagai pelindung dan pemelihara hidup dan kehidupan semua makhluk hidup di bumi ini. Air sebagai Ratna Permata Bumi adalah ciptaan Tuhan yang merupakan unsur mutlak harus ada dengan kuantitas dan kualitas yang memadai di setiap pemukiman. Hal ini dinyatakan dalam Chanakya Nitisastra 1.9.

Demikian juga di dalam pemelihara dan perlindungan mata air seperti danau dan sungai ciptaan Tuhan itu merupakan salah satu unsur Sad Kerti yang wajib untuk melindungi bagi manusia yang mendambakan hidup sejahtera. Air akan selalu ada dan terus eksis memberikan hidup dan kehidupan umat manusia apabila bumi yang juga ciptaan Tuhan dipelihara dengan baik sebagai suatu wujud bakti pada Tuhan.

Pedoman untuk memelihara bumi sumber air itu, Tuhan telah menurunkan dharma. Nampaknya konsep hidup dalam memuja Tuhan seperti itulah yang divisualisasikan secara sakral di Pura Bukit Mentik di dekat Danau Batur, Kintamani. Di depan Meru Tumpang Lima terdapat Balai Pesamuan sebagai media yang memvisualisasikan saat Ida Ratu Ayu di Meru Tumpang Lima itu tedun menerima persembahan umat saat ada upacara umum setiap hari raya keagamaan Hindu dan terutama saat ada upacara Pujawali.

Ini artinya saat Ida Ratu Sembah Suhun di alam Suksma atau Sunia Loka disimbolkan berstana di Meru Tumpang Lima. Sedangkan saat beliau ke bumi di alam Wahya dilukiskan di Pelinggih Balai Pesamuan. Karena itu upacara Masineb atau Ngeluhur beliau kembali di Pelinggih Meru Tumpang Lima. Karena Meru itu lambang Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit.

Tumpang-tumpang Meru pinaka uriping bhuwana muah patalaing bhuwana. Artinya tumpang-tumpang Meru itu lambang jiwa alam semesta dan juga lambang lapisan alam semesta. Bumi adalah alam yang paling dekat dengan manusia. Bumi ini akan menjadi tempat hidup untuk mengembangkan kehidupan mulia apabila dipelihara dengan spiritual agama sabda Tuhan dan ilmu hasil pengembangan para ahli seperti para Resi.

Oleh karena itu ada Meru Tumpang Tiga di sebelah kiri Meru Tumpang Lima sebagai stana Ida Ratu Maduwe Gama. Ini berarti untuk menata bumi ini hendaknya didasarkan pada petunjuk-petunjuk agama yang dikembangkan menjadi berbagai ilmu oleh para Vipra atau orang-orang bijaksana. Kalau dua hal itu terpadu maka perbukitan yang ada di sekitar Gunung Batur itu akan tumbuh menjadi sumber pengembangan kesejahteraan hidup masyarakat sekitar.

Hal inilah yang mungkin mengapa pura tersebut diberi nama Pura Bukit Mentik atau pura untuk menumbuhkan bukit itu menjadi bukit yang subur makmur. Pura Bukit Mentik ini sebagaimana Pura-pura Kahyangan Jagat lainnya juga memiliki Pura-pura Jajar Kemiri atau Pura Prasanak. Menurut Nyoman Lasteng dan Guru Nengah Suarta sebagai Paduluan Pura Bukit Mentik, ada sepuluh Pura Prasanak Pura Bukit Mentik yang ada di sekitar pura tersebut.

Pura Prasanak tersebut adalah Pura Ratu Gede Pemapas. Pura ini sebagai awal pemujaan untuk menuju Pura Bukit Mentik. Pura ini kemungkinan sebagai pemujaan Batara Gana sebagai Dewa Wighna-ghna tempat mohon Tirtha Pengelukatan agar jangan mendapatkan halangan dalam pejalanan menuju Pura Bukit Mentik sebagai puncak pemujaan.

Seterusnya Pura Belong stana Batara Ratu Mas Magelung. Pura Pandan Harum stana Masula Masuli, selanjutnya Pura Gua yang terletak di sebuah goa terbuka dengan wujud pelinggih mirip Lingga stana Sang Hyang Pasupati. Pemujaan Sang Hyang Pasupati sebagai media memuja Batara Siwa untuk menguasai sifat-sifat yang disebut Asuri Sampad agar sifat-sifat Dewi Sampad agar eksis mengendalikan hidup ini menuju pengembangan sifat-sifat kedewataan. Karena kecenderungan yang disebut Dewi Sampad dalam Bhagawad Gita akan membawa manusia berlaku mulia bagaikan Dewata.

Pura Prasanak selanjutnya adalah Pura Batu Kembang tempat pemujaan Ratu Mas Melanting dan Ratu Mas Muncar. Selanjutnya Pura Taru Alit sebagai stana Ratu Aji Luwih. Pura Jati sebagai stana Bujanggan Ida Batara. Juga sebagai Prasanak adalah Pura Ratu Subandar sebagai tempat pemujaan umat yang berprofesi sebagai pedagang. Pemujaan selanjutnya barulah menuju pemujaan puncak ke Pura Bukit Mentik.

Upacara Pujawali di Pura Bukit Mentik setiap Sasih Kapat. Sasih Kapat ini adalah sasih di mana alam menghadirkan musim untuk menumbuhkan (mentikan) berbagai tumbuh-tumbuhan bahan makanan, obat-obatan dan juga untuk memelihara tumbuhan yang disebut tanem tuwuh. Tumbuhan hutan sebagai pengayom lingkungan yang memiliki fungsi yang amat luas. Tumbuhan Tanem Tuwuh itu juga dibutuhkan ada di pusat-pusat pemukiman untuk mengurangi polusi udara. * I Ketut Gobyah

http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2007/10/10/bd1.htm

 
Rabu 4 Februari 2009 yang lalu, Panitia piodalan Pura Bukit Mentik Gunung Lebah Batur masimakrama ke Gedung Pers Bali K. Nadha. Dalam kunjungan tersebut dibahas mengenai rencana dan persiapan piodalan serangkaian upacara Beras Gegunungan Mujung Sari Mupuk Pedagingan lan Padudusan Agung yang jatuh pada Oktober 2009 mendatang.

Rombongan panitia piodalan diterima langsung Pimpinan Kelompok Media Bali Post (KMB), Satria Naradha. Jero Penyarikan Pura Bukit Mentik Ardiasa mengatakan, pujawali atau piodalan di Pura Bukit Mentik dilaksanakan sebanyak 5 kali dalam setahun, yakni pada purnamaning sasih kasa, purnamaning sasih katiga, purnamaning sasih kapat, purnamaning sasih kelima dan purnamaning sasih kesanga. Akan tetapi pujawali Ida Betara-Betari tedun kabeh (ngusaba) dilaksanakan tiap tahun sekali yaitu pada saat purnamaning sasih kapat.

Serangkaian piodalan mendatang kami berharap segenap masyarakat bisa ikut bersama untuk ngayah dan datang melakukan persembahyangan. 'Bagi masyarakat yang datang ke Pura Bukit Mentik diharapkan tidak mengonsumsi daging babi,' ujarnya.

Jero Mangku Janaka sebagai Ketua I panitia piodalan yang ikut dalam rombongan memaparkan, Pura Bukit Mentik sendiri merupakan pura terletak di sebelah barat kaki Gunung Batur atau Gunung Lebah, dan termasuk dalam wilayah Desa Pakraman Batur, Kecamatan Kintamani Bangli. Pura Bukit Mentik berlokasi kurang lebih 3 km sebelah timur Desa Adat Batur dan sekitar 30 km dari pusat kota Bangli.

Sebagai gambaran, Bukit Mentik diyakini sebagai sebuah tempat yang semula lokasinya dalam dan curam, kemudian tertimbun secara bertahap dan terus-menerus sehingga muncul seolah-olah seperti bukit. Selain itu, di sekitar lokasi pura juga terdapat banyak anak gunung (bukit).

Di Pura Bukit Mentik terdapat enam buah meru tumpang tiga yang berada di sebelah kiri dan kanan meru tumpang lima, merupakan palinggih utama di Pura Bukit Mentik. Pada meru tumpang lima sebagai stana Ida I Ratu Ayu Sakti Sembah Suun atau manifestasi Tuhan sebagai Wisnu yang dapat memotivasi umat manusia bahwa air sebagai pelindung, pemelihara hidup dan kehidupan semua makhluk hidup di bumi ini.

Menjadi pengempon atau penyungsung Pura Bukit Mentik sampai dengan sekarang ini 621 KK. Terdiri dari krama ageng dan krama alit, di mana sebagian besar krama pengempon-nya adalah krama Desa Batur, tetapi ada juga pengempon yang berasal dari luar wilayah Desa Batur seperti Denpasar, Gianyar, Singaraja dan Karangasem. (kmb)