PEWARIGAAN       
Bilangan Julian

Hampir tanpa kecuali, setiap kalender menandai daur tahun dengan angka tahun yang dikaitkan dengan suatu kejadian sejarah. Beberapa budaya menamai tahun berurutan sesuai dengan sifatnya. Nama itu bisa membentang sampai beberapa daur tahun. Misalnya penamaan tahun Jawa dalam satu windu (8 tahun) dan penamaan kurup (120 tahun).

Kalender Gregorian (Masehi) mengaitkan angka tahun dengan kelahiran Kristus. Kalender Islam mengaitkan dengan Hijrah nabi Muhammad dari Mekah ke Maddinah. Demikian antara lain contohnya.

Untuk memperbincangkan kurun waktu secara universal, para ahli mencari angka tahun yang murni, bebas dari kebudayaan manapun. Oleh karena itu, dengan perhitungan yang rumit antara daur tahun surya dan candra, dicarilah pertemuan siklus, mungkin dalam detik, yang memadai untuk dijadikan titik awal perhitungan waktu, secara matematik. Ditemukanlah persinggungan keduanya, yaitu pada kurun waktu 4713 tahun sebelum Masehi oleh Joseph Justus Scaliger tahun 1583.

Scaliger merumuskan bahwa periode surya dan candra yang persis sama seperti ini akan terulang lagi setiap 7980 tahun. Ia menamakannya Julian Period karena perhitungannya dilakukan berdasarkan kalender Julian waktu itu. Titik pangkal inilah yang sampai sekarang dinamakan Bilangan Julian 0. Hitungan harinya dari saat itu hingga sekarang disebut Hitungan Hari Julian (JD = Julian days count). Perhitungan komputer di seluruh dunia sebagian besar mendasarkan pada kurun itu, untuk mendapatkan ketelitian yang maksimum. Demikian pula perhitungan di kelir babadbali.com ini.