|
Huruf maduita dalam pasang sastra Purwadresta, ditulis satu
saja dalam tulisan Bali Latin, seperti:
Perlu ditambahkan, bahwa duita karena surang dalam
Pasamuhan Agung Kecil Bahasa Bali tahun 1963 dihapuskan, karena kurang
dapat dipertanggung jawabkan, di samping kebetulan di antaranya menyalahi
hukum daerah artikulasi (pakadangan aksara), misalnya tulisan:
kalau kita perhatikan duita-nya yaitu
adalah termasuk murdania sedangkan
adalah termasuk dantia. Hal ini tidak mungkin sekaligus dapat diucapkan
atau dibentuk oleh lidah kita dalam keadaan tempat yang berbeda. Berdasarkan
hasil keputusan ini, maka uger-uger yang berbunyi: Saluiring kruna
lingga, yening aksarane ring arep masurang, ring pungkur wenang maduita,
sudah tidak berlaku lagi.
Dengan demikian maka:
MULA-MULA |
KINI DITULIS |
TETAP DIBACA |
|
|
karna |
|
|
arka |
|
|
surya |
|
|
parwa |
Jadi bentuk duita yang ada sekarang menurut keputusan tersebut ialah
duita disebabkan karena perubahan bentuk dari akar kata menjadi kata
dalam bahasa Sanskerta ditetapkan, umpama:
AKAR KATA |
KATA |
DITULIS |
wrt |
wrtta |
|
cit |
citta |
|
budh |
buddha |
|
dan lain sebagainya
|
|
|